Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

5 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahaya Obat Pereda Nyeri

Obat pereda nyeri yang selama ini dianggap aman ternyata memiliki efek samping cukup berbahaya. Pria paruh baya yang rutin mengkonsumsi obat-obatan semacam asetaminofen, ibuprofen, atau aspirin terancam terkena penyakit darah tinggi.

Riset terbaru yang dirilis Archives of Internal Medicine, yang dilansir situs Healthday pekan lalu, menunjukkan pemakaian obat-obatan ini secara rutin--lebih dari 15 pil per minggu--bisa meningkatkan tekanan darah. Kalau itu terus dibiarkan, penyakit jantung pun bakal segera mampir.

Kesimpulan ini diperoleh tim peneliti dari Brigham & Women’s Hospital, Boston, Amerika Serikat, yang dipimpin Dr Gary Curhan setelah meneliti 16.031 pria sehat berusia sekitar 64 tahun. Para responden ini sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi. Selama empat tahun, semua responden diminta secara rutin menenggak obat-obatan pereda nyeri. Pada akhir penelitian, terungkap 1.968 responden terkena hipertensi.

”Masyarakat sebaiknya waspada, ternyata obat-obatan ini memiliki efek yang jauh lebih berbahaya,” ujar Curhan. Sebelumnya, risiko penggunaan obat-obatan ini sebatas perdarahan di lambung. Curhan mengimbau agar masyarakat membatasi penggunaan obat-obatan antinyeri tanpa indikasi medis yang jelas. ”Kalau mereka memang memiliki gejala kronis yang memerlukan obat-obatan ini, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu ke dokter,” ujarnya.

Kedelai Hitam Versus Obesitas

Bagi Anda yang ingin mengontrol berat badan, cobalah rajin menyantap makanan yang terbuat dari kacang kedelai hitam. Riset terbaru yang dipublikasikan Journal of the Science of Food and Agriculture pekan lalu menyebut bahwa kacang kedelai hitam mampu membantu mencegah obesitas, menurunkan kadar kolesterol darah, dan mengurangi risiko terkena diabetes.

Penelitian memang baru dilakukan pada tikus percobaan. Sebanyak 32 tikus diberi makanan berlemak ditambah kacang kedelai hitam yang jumlahnya bervariasi selama dua minggu. Hasilnya, pertambahan bobot tikus tersebut cuma setengah dari kenaikan berat badan tikus yang tidak diberi kacang kedelai hitam. Kadar kolesterol juga turun sampai 25 persen, dan LDL (low density lipoprotein) alias kolesterol jahat turun hingga 10 persen. Hal itu terjadi karena protein kedelai hitam dapat mengurangi produksi asam lemak dan kolesterol dengan cara mempengaruhi metabolisme lemak di hati dan jaringan lemak (adipose).

Perubahan Otak Perokok

Mengapa orang yang berniat berhenti merokok mudah tergelincir kembali merokok? Ilmuwan dari National Institute on Drug Abuse (NIDA) Amerika Serikat memiliki jawabannya. Para perokok cenderung kecanduan karena otak mereka telah mengalami perubahan.

Penelitian yang ditulis di jurnal Neurosience, seperti dikutip situs BBC pekan lalu, dilakukan dengan mengamati contoh jaringan otak mayat. Para ilmuwan mengumpulkan 24 contoh jaringan otak: 8 sampel otak mayat perokok, 8 otak mantan perokok yang sudah 25 tahun tak menyentuh rokok hingga meninggal, dan sisanya contoh otak bukan perokok.

Setelah dibandingkan, ternyata otak perokok dan mantan perokok mengandung kadar enzim protein Kinase A dan adenylate cylase lebih tinggi ketimbang yang bukan perokok. Adanya kedua enzim secara berlebih di otak mengakibatkan orang kecanduan.

Efeknya sama dengan bila seseorang mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti kokain. ”Pengaruh enzim ini sangat kuat, bahkan setelah mereka berhenti merokok,” tutur Dr Bruce Hope, kepala peneliti. Tak mengherankan bila keinginan merokok atau menggunakan obat terlarang bisa kambuh sewaktu-waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus