Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serum Pemusnah Rabies
Keganasan rabies atawa penyakit- an-jing gila bakal bisa ditangkal. Orang yang digigit anjing dan berpotensi me-nularkan rabies mesti cepat diberi serum antirabies immune globulin. Serum kom-binasi dari dua monoclonal antibodies (MAbs) itu didapat dari darah kuda atau orang yang terinfeksi virus rabies.
Cara kerja serum adalah memproduksi antibodi yang bisa digunakan untuk menetralkan rabies pada pasien yang baru saja terinfeksi virus tersebut. Begitulah hasil penelitian yang menggunakan he-wan percobaan hamster, se-perti dilansir Journal of Infectious Disease, pertengahan Ma-ret lalu. Penelitian dilakukan Jaap Goudsmit dari Crucell Holland BV, Leiden, Belanda.
”Dengan pemberian serum da-lam waktu 24 jam setelah ter-kena virus rabies, hamster tersebut telah terlindungi,” ka-ta Goudsmit, seperti dikutip- Reu-ters, pekan lalu. Ia me-ngatakan, pemberian serum ini aman dan bisa menjadi alter-natif terapi pada masa mendatang.
Penyakit anjing gila disebabkan virus yang masuk ke tubuh melalui gigitan anjing yang sakit. Masa inkubasi-nya 1-3 bulan atau lebih. Adapun gejala ba-gi orang yang terinfeksi virus rabies adalah demam, berkeringat, salivasi (mengeluarkan liur), lakrimasi (mencucurkan air ma-ta), kejang otot larings dan pernapasan, kejang umum, koma, diikuti kematian.
Kedelai Cegah Kanker
Berbahagialah kaum Hawa yang biasa mengkon-sum-si makanan berbahan kacang kedelai. Penelitian mu-takhir dari dua tim univer-si-tas terso-hor asal Amerika Se-rikat mem-buktikan kedelai po-tensial mencegah kanker payu-dara.
Penelitian tim Universitas- John Hopkins, Baltimore, dan Universitas Georgetown,- Washington, itu dilansir- da-lam Journal of the National Cancer Institute, pekan lalu. ”Asupan makanan kedelai me-ngurangi risiko kanker pa-yudara,” kata Leena Hilakivi-Clarke dari Georgetown.
Khasiat itu meru-pakan berkah dari ting-ginya kandung-an isoflavone dalam kedelai. Berdasar pengamatan pada 18 komu-nitas yang berbeda. Tim pe-neliti mendapati kebiasaan orang Kaukasia mengkonsumsi makanan dari kedelai menurunkan risiko kanker payudara hingga 14 persen.
Khasiat serupa ternyata tak terdapat pada suplemen yang mengandung kedelai.- Maka, Bruce Trock dari Johns Hopkins menganjurkan,- wanita yang berisiko tinggi atau per-nah terkena kanker payu-dara tak perlu mengkonsumsi suplemen tinggi kedelai tersebut.
Jika mau memetik manfaat kedelai, tiru saja kebiasaan wanita Kaukasia. Selain secara alamiah melakukan diet tinggi kedelai, me-reka juga lebih banyak melakukan- aktivitas fisik, le-bih sedikit me-nenggak al-ko-hol, dan le-bih awal melahirkan-.
”Kebiasaan seperti itu mam-pu menurunkan risiko terkena kanker payudara,” ka-ta Trock, seperti dikutip- Reu-ters. Ia menambahkan, penelitian ini menjadi bukti bahwa mengkonsumsi kedelai sejak awal, termasuk se-belum masa pubertas, men-jadi faktor sa-ngat penting untuk mencegah kanker payudara.
Awas Obat Kedulawarsa
Konsumen yang biasa membeli obat keras atau daftar G di luar apotek mesti was-pada. Hasil investigasi Badan Penga-was Obat dan Makanan (POM) menunjukkan masih banyak beredar obat kategori itu yang kualitasnya tak bisa dipertanggungjawabkan. Bia-sanya obat sudah kadalu-warsa tapi tanggal kadaluwarsanya diganti.
Agar terhindar dari risiko yang dapat membahayakan keselamatan jiwa, POM minta masyarakat tak membeli obat keras di sembarang tempat. Sedangkan para pedagang diminta segera meng-hentikan tindakannya.
”Selain melanggar hukum, tindakan mereka membahaya-kan kesehatan masyarakat,” kata Weddy Mallyan, Kepala Pusat Penyidikan Obat dan Ma-kanan Badan POM, akhir Maret.
Ia mengancam akan mela-ku-kan tindakan hukum bila pedagang tetap membandel.
Beberapa merek obat yang tanggal kedaluwarsanya telah dihapus dan diganti sendiri misalnya Clabat 500 ka-plet, Claneksi 500 kaplet salut film, Claritin, Fansidar, Fenocin 125, Incidal, Norvask,- Tensivask tablet, Ponstan 250 kapsul, dan Rifampisin 300 miligram kapsul.-
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo