Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alkohol Merangsang Stroke
Menenggak minuman keras sungguh berbahaya, apalagi dalam jumlah besar. Sebuah penelitian menyebutkan, pria yang minum tujuh gelas atau lebih minuman beralkohol dalam sehari bisa mengalami atrial fibrillation, yaitu tidak teraturnya detak jantung yang bisa menimbulkan stroke. Hal itu diungkap Dr Kenneth J. Mukamal, ahli penyakit dalam dari Beth Israel Deaconess Medical Center, Boston, Amerika Serikat.
Mukamal menyatakan, 15 sampai 20 persen penderita stroke disebabkan atrial fibrillation. Mula-mula muncul gumpalan darah beku dalam jantung yang menutup pembuluh nadi sehingga bisa berlanjut dengan stroke.
Penelitian dilakukan terhadap lebih dari 16 ribu penduduk di Kopenhagen, Denmark, selama 18 tahun dan hasilnya dipublikasikan pada September ini. Ternyata, pria yang minum 35 gelas atau lebih minuman keras dalam seminggu lebih berisiko mengalami atrial fibrillation dibanding mereka yang konsumsinya kurang dari segelas seminggu.
Hanya 3,5 persen wanita yang minum minuman keras lebih dari 21 gelas seminggu. Mereka juga tidak mengalami atrial fibrillation. Menurut Mukamal, akan lebih aman berasumsi bahwa menenggak minuman keras tetap berbahaya bagi pria maupun wanita.
Kedelai Menghambat Osteoporosis
Beruntunglah wanita yang suka mengkonsumsi makanan atau minuman dari bahan kedelai. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyatakan, kacang kedelai mengandung protein yang dapat mengurangi risiko osteoporosis (tulang keropos) pada wanita menopause. Penelitian ini dipublikasikan dalam Archives of Internal Medicine pada Senin pekan lalu.
Dilakukan oleh Shanghai Women’s Health, studi ini melibatkan 24 ribu partisipan selama tiga tahun. Selama penelitian berlangsung, mereka diberi makanan dari bahan kedelai. Kelompok pertama diberi makan kedelai dalam jumlah banyak, yakni 13 gram setiap hari; kelompok kedua diberi 8,5 gram per hari; yang ketiga hanya 5 gram per hari. Hasilnya, semakin banyak orang makan kedelai, semakin kecil risiko tulang keropos yang mereka alami.
Menurut Xiangla Zhang dari Vanderbilt University di Nashville, Tennessee, AS, yang memimpin penelitian, wanita menopause umumnya mengalami perubahan hormon yang dapat melemahkan tulang. Karena hormon estrogennya menurun, memasuki 5–7 tahun masa menopause, wanita biasanya mengalami sakit tulang.
Untuk menggantikan estrogen yang hilang, bisa dilakukan terapi hormon,tapi terapi ini mengandung risiko stroke. Cara lain untuk mengurangi risiko penyakit tulang adalah dengan memperbanyak olahraga dan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium, vitamin D, dan protein kedelai.
Langsing karena Sereal
Sereal ternyata menyehatkan. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di Amerika Serikat membuktikan, sarapan semangkuk sereal sebelum berangkat ke sekolah dapat membantu remaja putri menjaga kestabilan berat badannya.
Penelitian itu dilakukan oleh National Lung and Blood Institute bekerja sama dengan salah satu perusahaan sereal di Amerika. Peneliti menganalisis data 2.300 responden remaja putri yang dikumpulkan selama 10 tahun. Sebagian besar mereka makan sereal sejak kecil.
Hasilnya, remaja putri yang makan sereal tiga kali seminggu atau lebih memiliki indeks berat badan yang lebih rendah daripada mereka yang tidak makan sereal. Penelitian ini dimuat dalam Journal of the American Dietetic Association baru-baru ini. ”Anak perempuan yang memakan sereal umumnya lebih kurus daripada yang tidak makan sereal sama sekali,” kata Dr Bruce A. Barton dari Maryland Medical Research Institute di Baltimore, AS.
Sereal menimbulkan efek positif karena rendah lemak serta mengandung kalsium dan serat. Barton menganjurkan agar sereal dijadikan makanan pilihan untuk sarapan.
Reuters, HealthDay News
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo