Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Berita Tempo Plus

Tips Kesehatan

21 Februari 2005 | 00.00 WIB

Tips Kesehatan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ketika Anak Merasa Ditolak

Para ibu patut berhati-hati. Sebuah penelitian menyimpulkan anak-anak yang diasuh oleh ibu yang mengalami depresi berisiko mengalami masalah perilaku. Penelitian yang dimuat dalam Archives of General Psychiatry itu melibatkan 1.116 pasangan anak kembar.

Penelitian ini menemukan sejumlah anak yang cenderung menunjukkan perilaku antisosial seperti berbohong, mencuri, dan melakukan penyerangan fisik saat berusia tujuh tahun. Mereka ternyata hasil asuhan ibu yang mengalami depresi pasca-melahirkan.

Seorang ibu yang mengalami depresi mungkin punya kesulitan untuk sekadar bangun pagi dan mengurus dirinya sendiri. Akibatnya, ia tak peduli pada anaknya. Sang anak akan merespons sikap ini sebagai penolakan si ibu atas kehadirannya.

Kondisi lebih parah pada anak ditemukan bila sang ibu ternyata memiliki perilaku antisosial pula. "Temuan kami menguatkan pendapat bahwa faktor keturunan semata tak menjelaskan masalah secara menyeluruh," kata Dr Julia Kim-Cohen, yang terlibat dalam penelitian. Kabar baiknya, kata Kim-Cohen, depresi masih bisa diobati dengan pengobatan dan konseling.

Penelitian Kim-Cohen dilakukan ketika anak-anak berusia 5 sampai 7 tahun. Ibu para anak kembar tersebut diperiksa saat anak berusia 5 tahun. Para peneliti juga mengumpulkan informasi kecenderungan antisosial orang tua, seperti catatan kejahatan, pelanggaran hukum, atau perilaku tak bertanggung jawab lain.

Secara keseluruhan, satu dari empat ibu mengalami depresi berat ketika anaknya berusia 5 tahun. Saat mereka berusia 7 tahun, anak-anak inilah yang cenderung menunjukkan perilaku antisosial dibandingkan dengan teman mereka.

Detektor Asam Lambung

Penderita radang kerongkongan kini punya pilihan baru untuk mengetahui kadar penyakitnya. Enam bulan lalu, untuk mendeteksi keasaman lambung di kerongkongan masih diperlukan selang. Tapi sekarang telah ditemukan alat baru berbentuk kapsul berukuran kecil.

Penggunaan alat tersebut sangat sederhana. Cukup dipasang di kerongkongan bawah, alat itu akan memberikan sinyal listrik ke monitor. Dalam waktu 24-48 jam hasilnya sudah keluar. Kita bisa mengetahui paparan asam lambung yang ada.

Alat buatan Amerika itu bernama Bravo dan sudah mendapat izin dari Food and Drug Administration (FDA). Di Indonesia, RS Cipto Mangunkusumo, sebagai rumah sakit pusat rujukan, berkesempatan pertama menerapkannya.

Selain untuk pelayanan, menurut dr Ari Fahrial, spesialis penyakit dalam di RSCM, alat ini juga akan dikembangkan untuk penelitian seberapa besar pasien yang menderita penyakit itu. Dalam penelitian yang dilakukannya pada 1997-2002, dari 1.800 endoskopi pasien rata-rata sekitar 15 persen mengalami penyakit radang kerongkongan.

Pada tahun pertama penelitian, pasien yang menderita radang kerongkongan hanya 8 persen. Tapi, lima tahun berselang telah meningkat menjadi 20 persen. "Peningkatan yang fantastis," kata Ari. Penyakit yang dikenal dengan istilah GERD ini memiliki gejala panas di dada, asam naik, mulut pahit, nyeri ulu hati, mual, kembung, cepat kenyang, batuk yang tidak sembuh-sembuh.

Semula, pasien yang menderita gejala tersebut menyangka mereka mengidap penyakit jantung atau paru-paru. Tapi, setelah diperiksa, tidak ada penyakit di dua organ itu. Ternyata mereka menderita radang kerongkongan.

Jika tak segera ditanggulangi, radang kerongkongan bisa mengakibatkan radang kronis. Akibatnya, penderita akan sulit makan lantaran terjadi penyempitan saluran makanan. Kemungkinan lebih buruk bisa terjadi. "Kalau paparan asam terus terjadi di kerongkongan bawah, itu bisa mengakibatkan kanker," kata Ari.

Sayangi Hati, Minumlah Kopi

Ini kabar gembira bagi para pecandu kopi. Tak cuma mendatangkan kehangatan dan kenikmatan, kopi ternyata bisa mencegah hampir semua jenis kanker hati. Temuan itu didapat tim peneliti yang dipimpin Monami Inoue dari Pusat Kanker Nasional di Tokyo, Jepang. Tim peneliti menduga kandungan antioksidan dalam kopi yang cukup tinggi menjadi penyebab sel kanker hati tak bisa berkembang.

Penelitian Inoe sendiri melibatkan lebih dari 90 ribu penduduk Jepang. Hasilnya, mereka yang minum kopi setiap hari, atau hampir tiap hari, berisiko lebih kecil terkena kanker hati ketimbang mereka yang tak pernah minum kopi. Persisnya, risikonya hanya setengah. Efek perlindungan muncul pada mereka yang minum kopi satu hingga dua cangkir sehari. Dan terus meningkat pada mereka yang minum tiga hingga empat cangkir sehari.

Sebelumnya, penelitian terhadap hewan telah membuktikan adanya hubungan antara kopi dan kanker hati. Kemudian Inoue meneliti selama 10 tahun untuk membuktikan kopi bisa pula digunakan untuk mencegah kanker hati pada manusia.

Mereka yang tak pernah atau hampir tak pernah minum kopi berisiko terkena kanker hati dengan rasio 547,2 kasus per 100 ribu orang. Namun, mereka yang minum kopi tiap hari berisiko lebih kecil terkena kanker hati dengan rasio 214,6 per 100 ribu orang.

(Reuters/AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus