Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengontrol Kolesterol Ketika Lebaran

Tidak ada yang salah dengan makanan dan hidangan Lebaran. Hal yang terpenting adalah bisa memasak dan mengkonsumsinya dengan cara yang sehat.

1 Mei 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi makan bersama saat lebaran. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Berbagai hidangan Lebaran dapat memicu kolestrol jika dikonsumsi berlebihan.

  • Ketahui cara mengkonsumsi makanan agar terhindar dari risiko kesehatan.

  • Jangan memanaskan makanan bersantan atau berminyak secara berulang.

Opor ayam, sambal goreng ati, rendang, hingga aneka kue kering sangat jamak tersaji sebagai hidangan dan makanan Lebaran. Namun tidak semua orang peduli dan awas bahwa berbagai makanan itu bisa membuat tubuh bereaksi dan berisiko bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Akhirnya muncullah keluhan darah tinggi kumat, asam urat kambuh, kadar gula darah naik, hingga tingginya kadar kolesterol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter spesialis gizi klinis di Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, Sheena R. Angelia, membenarkan bahwa sejumlah hidangan Lebaran bisa memicu lonjakan kadar kolesterol. "Contohnya daging berlemak, jeroan, serta makanan tinggi lemak jenuh, seperti kue kering, cake, hidangan bersantan dan yang digoreng, bisa memicu lonjakan kadar kolesterol," kata Sheena.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apalagi jika selama berpuasa cenderung berbuka dengan menu rendah nutrisi serta tinggi gula dan lemak, sementara aktivitas fisik berkurang. Hal-hal semacam itu dapat menyebabkan timbulnya dislipidemia, yang mendukung munculnya berbagai penyakit, seperti stroke dan sakit jantung.

Ada banyak cara mengontrol kadar kolesterol, seperti mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mengurangi makanan yang berlemak jenuh, meningkatkan aktivitas fisik, berolahraga secara teratur selama 15-30 menit 3-5 kali sepekan, menghindari rokok, dan mengelola stres dengan baik. Pencegahan lonjakan kolesterol ini juga dapat dibantu dengan mengkonsumsi plant stanol ester 2-3 gram setiap hari. Plant stanol ester bersumber dari bahan makanan nabati, seperti minyak nabati, gandum, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan.

Selain itu, hal yang perlu dilakukan adalah mengerem nafsu makan. Hindari ngemil kue-kue kering secara berlebihan. "Biasanya orang ngemil beberapa jenis, beberapa menit kemudian diulangi lagi," kata ahli gizi dr Tan Shot Yen MHum dalam sebuah video di akun Instagram-nya. Ia menganjurkan agar kue-kue itu dinikmati setelah makan besar, ketika perut kenyang, guna menghindari keinginan untuk terus mencicipnya.

Ilustrasi makanan khas lebaran. Shutterstock

Begitu pula dengan makanan bersantan, yang tidak dilarang dikonsumsi tapi perlu diperhatikan dengan benar porsi dan cara  memperlakukannya, sehingga tidak memberi pengaruh buruk bagi kesehatan. Makanan bersantan, misalnya, tidak boleh dihangatkan berulang kali.

Menurut dokter Tan, santan yang dihangatkan berulang kali membuat lemak jenuh teroksidasi dan memunculkan radikal bebas. Jenis makanan tinggi lemak jenuh terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Lemak jenuh bisa memicu peningkatan kadar kolesterol jahat, faktor utama penyebab gangguan kardiovaskular. "Jadi, konsumsi makanan bersantan secukupnya saja."

Karena itu, dokter Tan menegaskan bahwa tak ada yang salah dengan aneka masakan Lebaran. Hidangan itu juga sering kita temui dalam keseharian. "Opor atau masakan bersantan lain yang dihangatkan berkali-kali ini yang menjadi masalah," ujarnya dalam IG Live bertajuk "Pentingnya Menjaga Kadar Kolesterol Saat Lebaran, Jangan Kalap", Kamis, 21 April 2022. Adapun memasak dengan minyak dan santan dalam jumlah secukupnya, menurut dia, aman.

Dokter Tan lalu berbagi tip menghindari terbentuknya lemak jenuh dalam makanan. Saat Lebaran, sebelum salat Idul Fitri, usahakan mengisi perut lebih dulu dengan makanan berkuah, seperti sup atau soto. Barulah, setelah salat Id, kita bisa menyantap hidangan yang bersantan. "Biasanya masih fresh, belum basi, belum dihangatkan, dan tubuh belum jenuh. Begitu malam, balik lagi cari yang berkuah," ujar dokter Tan.

Karena itu, dokter Tan menyarankan agar hendaknya tidak memasak dalam porsi besar. Biasakan masak habis untuk sekali makan. Selain itu, proses memasak mempengaruhi timbulnya lemak jenuh. Jika memasak opor dalam porsi besar, ia menganjurkan agar jangan diberi santan sekaligus. Bisa dibagi dalam beberapa porsi yang sudah berbumbu tanpa santan lebih dulu, selebihnya dengan santan. Ketika akan dikonsumsi atau dipanaskan, barulah ditambahkan santan. "Jadi, opor atau sambal gorengnya lebih terasa fresh, bukan nget-ngetan (dihangatkan)."

Dokter Tan menambahkan, kolesterol tidak selalu berbentuk santan. Beberapa bahan makanan juga mengandung kolesterol. Ia juga mengingatkan agar tidak berlebihan mengkonsumsi camilan yang terbuat dari bahan lemak trans (salah satu lemak jenuh), serta memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah.

DIAN YULIASTUTI | ANTARA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus