Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Capsule wardrobe dapat berisi 30-40 item, termasuk pakaian, sepatu, dan aksesori lain.
Istilah lemari kapsul ini pertama kali diciptakan oleh penulis asal London, Inggris, Susie Faux.
Selain bikin hidup lebih ringan, konsep capsule wardrobe memudahkan orang menentukan gaya pakaian.
Baju yang bertumpuk di lemari terkadang dapat menimbulkan masalah bagi Chyntia Suci Lestari. Karena itulah, setahun terakhir, ia menerapkan konsep capsule wardrobe dalam berpakaian sehari-hari. Pemengaruh atau influencer yang aktif mengkampanyekan gaya hidup minimalis itu mengaku kini hanya punya sekitar 40 item pakaian yang dikenakan bergantian. “Itu sudah termasuk baju, celana, dan hijab dalam satu lemari,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Capsule wardrobe (lemari pakaian kapsul) merupakan koleksi yang terdiri atas sejumlah item yang relatif sedikit, tapi serbaguna. Ide utamanya adalah memiliki pakaian yang bisa dipadu-padankan satu sama lain, sesuai dengan gaya pribadi. Istilah lemari kapsul ini pertama kali diciptakan oleh penulis asal London, Inggris, Susie Faux. Ia menulis buku berjudul Wardrobe: Develop your Style and Confidence.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Capsule wardrobe dapat berisi 30-40 item, termasuk pakaian, sepatu, dan aksesori lainnya. Konsepnya adalah memiliki sedikit pakaian, tapi terlihat banyak karena saling dipadu-padankan. Mereka yang menerapkan lemari kapsul biasanya hanya punya satu lemari dan baju yang sedikit.
Seiring dengan meningkatnya penganut gaya hidup minimalis, cara ini mulai banyak diminati. Istilah capsule wardrobe menjadi salah satu tren fashion yang paling banyak dicari di media sosial. Sejak kemarin, tanda pagar capsule wardrobe telah dilihat 1,7 miliar kali di TikTok.
Ilustrasi capsule wardrobe. Shutterstock
Chyntia, pemengaruh dengan 29 ribu pengikut di Instagram, juga penganut gaya hidup minimalis. Ia bahkan mendirikan Lyfe With Less, komunitas gaya hidup minimalis di Indonesia. Dari akun Instagram pribadi dan komunitasnya itu, ia aktif menyuarakan hidup sederhana, termasuk dalam hal berpakaian.
Untuk menerapkan capsule wardrobe, Chyntia lebih dulu mengurasi beberapa baju yang dibutuhkan sebelum memulai padu padan gaya. Chyntia mengaku hidupnya semakin lega setelah menerapkan konsep capsule wardrobe. Beberapa baju yang jarang dipakai sudah tidak ada lagi di lemarinya. “Biasanya saya donasikan ke keluarga,” ucapnya.
Menurut Ajeng Dewi Swastiari, seorang pengarah gaya profesional, selain membuat hidup lebih ringan, konsep capsule wardrobe dapat memudahkan orang menentukan gaya pakaian. “Terutama bagi perempuan yang aktif bekerja,” kata Ajeng, Senin, 30 Oktober lalu. Menurut dia, biasanya perempuan akan kebingungan memilih baju karena jumlahnya terlalu banyak di lemari.
Ajeng merupakan pengarah gaya bagi beberapa selebritas terkenal. Beberapa di antaranya adalah Titi D.J. dan Isyana Sarasvati. Walau dalam pekerjaan ia dituntut mengoleksi banyak item pakaian, dalam hidupnya sehari-hari perempuan 39 tahun ini juga menerapkan capsule wardrobe. Ia merombak lemari kapsulnya seminggu sekali dan mengaku hanya meletakkan tiga jins yang dipakai bergantian.
Ilustrasi capsule wardrobe. Shutterstock
Fashion stylist berusia 39 tahun ini menyukai gaya berpakaian dengan warna netral, seperti hitam, putih, dan abu-abu. Menurut dia, hal itu memudahkannya dalam menerapkan capsule wardrobe. Ia mengatakan warna netral lebih mudah dipadu-padankan. “Kalau colorful lebih tricky,” ujarnya. Karena itu, ia menyarankan, sebelum menerapkan capsule wardrobe, perlu mengenali lebih dulu preferensi gaya dan warna yang diinginkan.
Bagi penyuka warna-warni bisa menerapkan aneka warna tersebut pada rompi, ikat pinggang, atau sepatu dengan warna dasar baju tetap netral. Menurut Ajeng, meski mengurangi jumlah, kualitas pakaian harus dinaikkan. Memilih pakaian berkualitas juga memperpanjang usia baju. “Karena itu akan dipakai terus dan lebih sering dicuci.”
Ajeng menambahkan, konsep gaya dengan capsule wardrobe juga mendukung fashion berkelanjutan. “Dengan menerapkannya, orang tidak akan lagi melakukan impulsive buying—berbelanja barang yang tidak perlu,” ujarnya. Konsumsi belanja baju yang berkurang juga membantu mengurangi limbah tekstil.
Memilah Pakaian dengan Decluttering
Konsep yang sama juga diterapkan Sarah Safira Soviani, ibu rumah tangga asal Setiabudi, Jakarta Selatan. Untuk membuat capsule wardrobe-nya, Sarah lebih dulu mengurasi pakaian dengan cara decluttering. Istilah ini adalah upaya menyingkirkan barang-barang yang tidak terpakai di rumah. Secara sederhana metode ini dilakukan dengan mengurangi clutter atau kekusutan di rumah.
Cara ini ia dapat saat mempelajari konsep hidup minimalis sejak 2019. Ia mengaku mulanya menerapkan decluttering di rumahnya dengan menyeleksi barang-barang yang benar-benar digunakan dan yang tidak diperlukan. Hasilnya, kediaman Sarah menjadi lebih lega.
Ia mengaku mendapat inspirasi dari banyak pemengaruh di media sosial. “Terutama influencer luar yang menerapkan gaya hidup sederhana.” Dalam setahun terakhir, Sarah juga mulai mengurasi pakaiannya dengan menggunakan konsep decluttering. Ia mengeluarkan seluruh baju di lemari, mencoba dan meraba bahan-bahannya. Baju yang disukai disisihkan untuk masuk dalam lemari kapsul. Sedangkan yang tidak digunakan ia sumbangkan.
Saat ini ia mengaku baju-bajunya sudah sangat jauh berkurang. Ia juga tidak kerepotan memilih baju untuk berangkat kerja karena sudah tahu item mana yang akan dipadupadankan. “Setelah decluttering dan menerapkan capsule wardrobe, saya merasa sangat cukup dengan apa yang saya punya sekarang.”
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo