Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pameraan produk industri kreatif Crafina 2019 melibatkan 357 perusahaan kerajinan di Indonesia. Mulai dari batik, produk berbasis tekstil, kayu, batu-batuan, logam, mineral, fiber dan kulit juga dipamerkan di sini. Acara bertema "From Natural Resources to Creative Product for Lifestyle“, acara ini diharapkan mengangkat originalitas produk kerajinan Indonesia memanfaatkan sumber daya alam yang berkecukupan di Indonesia dalam menghasilkan produk-produk kerajinan unggulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu peserta pameran yang unik adalah pengrajin batik yang hanya menggunakan dua warna, yaitu hitam dan putih. Beragam produknya seperti kain, kemeja, busana luaran hingga pashmina yang dipamerkan di booth hanya terdiri dari dua warna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilik De'Youl Batik, Ninuk, yang berasal Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, bahwa koleksi batiknya terinspirasi dari konsep Yin dan Yang. Inilah yang membuat koleksi batiknya berbeda dari pengrajin batik yang warnanya lebih bervariasi. "Hitam dan putih itu kepastian, iya ya iya, enggak ya enggak, tegas," ujar Ninuk di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu 19 Oktober 2019.
Kisaran harganya bervariasi, mulai dari Rp250.000 hingga Rp10 juta, tergantung dari bahan hingga lama pembuatan. Pembeli yang berdompet tebal dapat membeli busana batik tulis dari bahan sutra, sedangkan yang ingin lebih kasual bisa memilih baju-baju berbahan katun yang relatif lebih terjangkau.
Selain motif-motif seperti Sekar Jagad, Ninuk juga membuat motif lain yang lebih modern, sederhana tapi menarik saat dikenakan. "Sekarang temanya daun pisang," kata dia sambil menunjuk kain-kain bermotif daun pisang. Alasannya simpel, kawasan rumahnya yang juga jadi tempat kerja para pengrajin banyak ditumbuhi pohon pisang.
Bisnis yang dirintis sejak 2009 ini sudah dipamerkan dan dijual ke berbagai negara, seperti Singapura, China, Jepang, Belgia dan Rusia. Ninuk sudah punya strategi dalam menggaet pasar berbeda. Dia menyesuaikan bahan, motif hingga model busana agar cocok dengan selera pembeli di negara lain. "Di Jepang saya bikin kimono, gambarnya dibuat sesuai pangsa pasar, misalnya geisha," kata dia. Di Rusia, pembeli lebih suka membeli busana luaran, sementara pembeli di China biasanya lebih memilih bahan sutra berkualitas.