Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan delapan orang dilaporkan meninggal di Tanzania diduga terinfeksi virus Marburg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada 13 Januari 2025, WHO menginformasikan kepada negara-negara anggota dan para pihak dalam Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) tentang wabah dugaan penyakit virus Marburg di wilayah Kagera, Tanzania," kata Tedros di platform media sosial X, pada Rabu, 15 Januari 2025, dikutip Antara.
Apa Itu Virus Marburg?
Dikutip dari situs web WHO, virus Marburg berasal dari famili Filoviridae, yakni kelompok yang sama dengan Ebola. Virus ini menular ke manusia melalui kontak dengan kelelawar buah (Rousettus aegyptiacus). Virus Marburg pertama kali terdeteksi pada 1967.
Virus ini muncul di Marburg dan Frankfurt (Jerman) dan Beograd (Serbia). Penularan ini berawal dari petugas laboratorium, dan diikuti beberapa tenaga medis serta anggota keluarga yang merawat mereka. Sebanyak 31 orang sakit dan tujuh meninggal. Orang pertama yang terinfeksi virus Marburg diduga tertular dari monyet hijau Afrika yang diimpor dari Uganda untuk keperluan penelitian.
Setelah masuk menginfeksi manusia, virus menyebar melalui kontak langsung dengan darah, organ, sekresi, atau cairan tubuh orang yang terinfeksi. Virus ini juga menyebar melalui benda atau permukaan yang terkontaminasi cairan tersebut, termasuk pakaian dan tempat tidur. Infeksi Marburg biasanya ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak enak badan secara tiba-tiba. Sebagian orang dilaporkan mengalami sakit otot yang parah dan nyeri selama periode ini.
Masa inkubasi virus Marburg bervariasi mulai dari 2 hari hingga 21 hari. Pada hari ketiga, orang yang terinfeksi akan mengalami diare, sakit perut, kram, mual, dan muntah. Diare bisa bertahan selama sepekan. Pada fase ini, mata pasien cekung dan kelesuan yang ekstrem.
Selama fase berat, pasien mengalami demam tinggi dan gangguan sistem saraf pusat. Kondisi ini menyebabkan kebingungan dan mudah marah. Dalam kasus yang fatal berakibat kematian.
Diagnosis virus Marburg juga cukup sulit. Banyak tanda dan gejala yang mirip penyakit menular lain (seperti malaria atau demam tifoid) maupun demam berdarah yang memang mewabah di suatu daerah, (seperti demam Lassa atau Ebola).
Dikutip dari Antara, virus yang sama juga melanda Rwanda pada 27 September 2024. Pada 8 November 2024, tercatat 66 kasus terkonfirmasi, termasuk 15 kematian, dengan tingkat fatalitas kasus sebesar 23 persen. Dari jumlah tersebut 51 pasien telah dinyatakan sembuh, sementara pasien terakhir dinyatakan negatif melalui uji PCR pada 8 November 2024.
Nia Heppy Lestari, Michelle Gabriela turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Risiko Tahapan Infeksi Virus Marburg
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini