Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Wajah Baru Isabelle

Dokter Prancis sudah berhasil mencangkokkan wajah orang mati ke pasien. Negara-negara lain berlomba melakukan operasi serupa.

3 April 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Isabelle Dinoire menikmati asap tembakau yang telah sembilan bulan tak ia hirup. Hari itu 18 Januari 2006. Ia kembali berada di rumah setelah hampir enam bulan dirawat di rumah sakit. Udara dingin yang menyelinap ke dalam kamar membuat perempuan 38 tahun itu makin dalam mengisap rokok yang terjepit di jemari tangannya.

Melalui jendela, Isabelle memperhatikan guyuran salju yang memutihkan jalan-jalan dan rerumputan di halaman rumahnya di Valenciennes, daerah di utara Prancis. Pekarangan itu menyimpan cerita seram sepanjang hidupnya.

Di halaman itulah, pada penghujung musim semi 2005, Isabelle menjadi korban keakrabannya dengan Tania, anjing labrador kesayangannya. Ketika itu, ibu dua putri yang mengalami depresi itu menenggak pil tidur hingga tak sadarkan diri di depan rumahnya.

Melihat majikannya tergeletak, Tania datang dan berusaha membangunkan dengan menjilat wajahnya. Tapi Isabelle tak juga siuman. Kesal dicuekin, Tania mulai menggigit mulut dan hidung tuannya. Dalam hitungan detik, mulut dan hidung Isabelle habis dikoyak. Bukan cuma wajah menjadi rusak, ia juga tak bisa makan dan bicara.

Dengan kondisi yang teramat rusak, sekadar operasi plastik tak akan bisa mengembalikan wajah Isabelle seperti semula. Ia sulit memiliki kembali wajah seperti manusia normal lainnya. Maka, para dokter bedah di Rumah Sakit Amiens Prancis memutuskan langkah berani. Mereka mencangkokkan wajah orang lain ke wajah Isabelle. Peristiwa- ini merupakan yang pertama dalam sejarah kedokteran. Tindakan mereka- bahkan lebih berani ketimbang perlakuan dokter terhadap Siti Nurjazilah, 22 tahun, yang menjalani operasi transplantasi kulit punggung ke wajah.

Kendati muncul kontroversi seputar etika, tim dokter yang dipimpin duet Bernard Devauchelle dan Jean Michel Dubernand itu tetap melangsungkan operasi pada 27 November 2005. Bagian paling rusak dari kulit wajah Isabelle, yaitu segi tiga hidung dan mulut, diangkat dan diganti dengan bagian serupa milik mendiang Maryline St. Aubert.

Pemberi wajah, alias donor, merupa-kan pasien yang sebelum meninggal mengalami kematian otak karena ber-usaha bunuh diri. Usia Aubert lebih tua delapan tahun dari Isabelle. Operasi dilaporkan berjalan lancar. Kondisi Isabelle berangsur stabil.

Devauchelle dan Dubernand sempat khawatir ketika mengetahui pasiennya merokok. Mereka khawatir racun asap rokok akan mempengaruhi proses pe-nyembuhan. Tapi, kurang tiga pekan kemudian, mereka optimistis penyembuhan berjalan sesuai dengan rencana.

Tepat 6 Februari lalu, untuk pertama- kalinya Isabelle dihadirkan dalam jumpa pers. Saat itulah wartawan baru me-ngetahui jatidiri ibu dari Lucie dan Laure ini, yang sebelumnya dirahasia-kan. ”Mereka mengembalikan wajah saya, luar biasa,” kata perempuan berstatus janda itu.

Wajah baru Isabelle memang belum sempurna. Bekas operasi masih tampak jelas dan hidungnya tidak lurus. Untuk- mencegah penolakan dari tubuhnya terhadap wajah baru itu, Isabelle harus- melahap obat immuno-suppression—obat-obatan untuk menekan penolakan tubuh terhadap benda asing—sepanjang sisa hidupnya.

Toh, semua itu sudah menjadi pilihan Isabelle. Ketimbang harus memakai masker setiap keluar rumah, atau menerima ejekan orang lain. Bahkan, ke-dua putrinya yang masih belasan tahun juga terus prihatin melihat wajah bunda mereka.

Lepas dari kontroversi etika dan psi-kologi, keberhasilan cangkok se-bagian- wajah Isabelle memicu para ahli di ne-gara lain melakukan tindakan yang le-bih berani lagi, yaitu transplantasi wajah total. Di Amerika Serikat, Cleveland Clinic, yang mendapat izin transplan-tasi wajah sejak 2004, berusaha melakukan- operasi serupa. Tapi, ken-dati pasien sudah di tangan, donor masih sulit dipe-roleh. Jika keduanya sudah didapat pun tak otomatis operasi bisa dilakukan. Harus dipastikan kecocokan antara pasien dan donor.

Tak mau ketinggalan, Cina optimistis dalam waktu dekat juga akan melakukan transplantasi wajah. Trio dokter bedah terkemuka negeri itu—Li Qingfeng, Hong Zhijian, dan Chen Huanran—telah memilah pasien sejak Desember lalu.

Pada 2003, mereka telah sukses memindahkan kulit kepala dan telinga seorang donor berusia muda kepada pasien berusia 72 tahun yang terkena kanker kulit. Harapan mereka agaknya segera terwujud. Seorang petani ber-usia 44 tahun di utara Cina sudah menyatakan bersedia menjadi donor jika dirinya meninggal.

Adek Media Roza

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus