Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Tren kuliner saat ini begitu bervariasi. Mulai dari makanan lokal sampai mancanegara dan umumnya lebih cocok ke selera anak muda. Namun bagi Jongkie Tio, waktu seolah tak berputar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi pemilik Restoran Semarang di Jalan Gajah Mada, Kota Semarang, Jawa Tengah ini, wisata kuliner adalah wujud autentifikasi cita rasa yang sama sejak dulu kala. Sebab itu, dia ajek menyuguhkan aneka kuliner khas Semarang.
"Harus ada orang 'gila' yang mempertahankan warisan kuliner zaman dulu itu," kata pemilik Restoran Semarang, Jongkie Tio di Semarang, Rabu 10 Juli 2019. Menurut dia, masakan kampung kini sulit ditemukan di Semarang.
Restoran Semarang yang didirikan sekitar tahun 1991 ini setia pada kuliner khas Semarang, seperti bestik Jawa pendrikan, semur, glewo koyor, asem-asem daging koyor, bakmi Jawa kampung, dan lontong opor cap go meh. Selain biasa disebut sebagai masakan kampung, hidangan yang disajikan itu merupakan kuliner akulturasi yang memiliki latar belakang sejarah masing-masing.
Pemilik Restoran Semarang di Jalan Gajah Mada, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jongkie Tio. Antara
"Bahan baku dan penyajiannya kami upayakan sama persis dengan aslinya," kata Jongkie Tio, 78 tahun. Menurut dia, masih banyak konsumen yang datang mencari masakan kampung. "Mereka ingin nostalgia."
Seiring waktu berjalan, menurut Jongkie Tio, muncul berbagai tantangan dalam menjaga kelanggengan masakan kampung tersebut. Salah satunya adalah juru masak yang mumpuni untuk mewarisi cara membuat hidangan khas Semarang tadi.
Jongkie Tio mengaku selalu melatih serta mendidik langsung para juru masak. "Tapi sesudah dididik setengah mati, mahir, justru keluar untuk buat restoran sendiri," ujarnya.