Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola sekolah dan lembaga pendidikan diminta bijak dalam menyosialisasikan dan menerapkan sistem pelaporan untuk mencegah perundungan di lingkungan pendidikan. Psikolog anak, remaja, dan keluarga Sani Budiantini menjelaskan beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk membantu pemulihan trauma anak korban perundungan di lingkungan sekolah. Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu mengatakan ada kalanya orang tua perlu memindahkan anak korban perundungan ke sekolah yang dinilai aman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada kalanya juga memang anak itu harus pindah sekolah, si korban karena trauma yang berkepanjangan, yang menghambat kemajuan sekolahnya, menghambat konsentrasi, melemahkan kesehatan mental. Kalau kasus seperti ini, memang disarankan anak tersebut masuk ke sekolah yang dirasa aman," jelas Sani, Sabtu, 18 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan orang tua harus berusaha memastikan anak berada di lingkungan sekolah yang aman dari perundungan. "Tentunya rasa aman itu banyak hal, misalnya dari sisi lingkungan, dari sisi kasus-kasus yang ada di sekolah tersebut, dari sisi penanganan guru, pengamanan, pengawasan sekolah, kayak CCTV," ujarnya.
Siapa yang harus pindah sekolah?
Sani mengungkapkan seharusnya pelaku perundungan yang dikenai konsekuensi pindah sekolah, bukan korban. Namun, kadang ada korban perundungan yang memang perlu dipindahkan ke lingkungan sekolah yang baru karena merasa trauma di lingkungan sekolah tempat dia mengalami perundungan.
Ia menuturkan pindah sekolah tidak serta merta menjamin korban perundungan bisa pulih dari trauma. Anak yang mengalami trauma karena menjadi korban perundungan di sekolah butuh bantuan tenaga profesional untuk memulihkan diri.
"Jadi ada pendampingan psikologis. Tentunya ada pemeriksaan di awal untuk melihat intensitas atau sejauh mana hal tersebut mengganggu kesehatan jiwanya," paparnya.
Sani juga mengatakan perlunya sekolah membangun sistem pendukung untuk membantu dan mendampingi pemulihan korban perundungan.
"Mendengar curhatnya tanpa menghakimi, tanpa melabeli, atau bahkan menyalahkan karena ada juga lingkungan yang memang menyalahkan korban. Itu enggak boleh dilakukan karena akan menambah luka batin yang lebih dalam untuk korban," tambah Sani.