Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

11 Permainan Tradisional di Indonesia yang Harus Tetap Dilestarikan

Simak 11 permainan tradisional di Indonesia yang indentik dengan aktifitas di luar ruangan yang mengajak anak untuk tetap aktif bergerak dan sehat.

22 Oktober 2023 | 22.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Permainan tradisional Indonesia telah jarang dimainkan oleh anak-anak, karena mereka lebih sering menggunakan gadget daripada bermain dengan teman sebayanya. Beragam permainan tradisional yang bertujuan untuk melatih kekompakan, kebersamaan, dan saling menghargai mulai hilang satu persatu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eksistensi permainan yang mulai hilang dari kehidupan, sudah semestinya dilestarikan bagi anak muda dan dikenalkan kepada anak-anak di lingkungan sekitar, sebab peninggalan warisan nenek moyang ini tidak ternilai harganya. Untuk itu, mari ketahui 11 permainan tradisional di Indonesia berikut ini.

1. Gobak Sodor

Permainan yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni setiap kelompok memiliki anggota paling sedikit tiga orang disebut sebagai gobak sodor. Permainan ini terbagi dengan satu kelompok bertugas sebagai penjaga kotak atau daerah, sementara kelompok lainnya bertugas sebagai penyerang yang harus mampu melewati daerah tanpa menyentuh anggota kelompok penjaga. Menariknya, kelompok penjaga juga berusaha untuk menangkap kelompok penyerang dan kelompok penyerang berusaha menghindarinya.

2. Kelereng

Permaianan anak-anak dengan menggunakan bola kaca ini sangat populer pada masanya. Bahkan bola-bola kaca menjadi koleksi karena dianggap unik dan jagoan. Bermain kelereng bisa dilakukan dengan cara membuat garis atau gambar kotak lintasan, kemudian meletakkan beberapa kelereng dan menyentilkan satu kelereng hingga kelereng lainnya keluar dari lintasan, dan berubah menjadi miliknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepasang tangan mengambil acang-ancang untuk melesatkan kelereng ke sasarannya dalam permaian kelereng di kawasan Kamal Muara, Senin (30/05). Kini, kelereng dan permainan tradisional lainnya semakin tergerus oleh berbagai permainan modern. TEMPO/Yosep Arkian

3. Bermain Layang-layang

Saat memasuki musim kemarau dan berangin memang paling cocok bermain layang-layang. Layangan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki. Tapi tidak menutup kemungkinan orang dewasa pun kerap memainkannya.

Kini layangan tidak hanya berbentuk kotak biasa, tapi juga bentuknya burung, naga, hingga perahu. Permainan layang-layang akan membuat anak-anak saling berusaha untuk menerbangkan layangannya setinggi mungkin.

4. Lompat Tali Karet

Lompat tali adalah permainan asal Eropa yang dibawa ke Indonesia dengan minimal pemain sebanyak tiga orang, kemudian dua pemain membentangkan tali dan memegangnya, sementara satunya melompati tali dan harus berhasil melewati tali tersebut tanpa menyentuhnya. Tinggi tali diatur mulai dari seperut, sedada, hingga di atas kepala, apabila gagal melewatinya maka harus berganti pemain untuk memegang tali tersebut.

5. Engklek

Berlatih menjaga kestabilan dapat dilakukan dengan bermain engklek yakni permainan membentuk huruf L, kincir angin, dan gunung, dengan cara melempar koin ke kotak terdekat, kemudian melompati setiap petak tanpa boleh menginjak koin tersebut. Setelahnya, pemain kembali ke garis awal dan mengambil koin, lalu melempar koin ke kotak berikutnya. 

Sejumlah remaja dan anak-anak memainkan permainan engklek, permainan memainkan huruf dan kata, salah satu permainan tradisional Indonesia di Taman Prestasi, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/4). TEMPO/Fully Syafi

6. Petak Umpet

Jago menentukan strategi untuk bersembunyi memang paling cocok melakukan permainan petak umpet. Permainan tradisional khas Indonesia yang populer dimainkan anak-anak ini, memang cukup menarik karena salah satu pemain harus menjaga pos dengan mata terpejam, kemudian sisanya bersembunyi dan penjaga pos mencari semua pemain yang bersembunyi.

7. Egrang

Permainan tradisional Indonesia ini memiliki sebutan sendiri di tiap daerah Indonesia. Namun bahan pembuatan dan cara memainkannya tidak berbeda jauh, yakni batang bambu diubah menjadi pijakan kaki panjang. Cara memainkannya cukup sulit sebab, seseorang harus bisa berjalan menggunakan egrang atau batang bambu panjang kemudian melakukan lomba lari sambil memakai egrang.

8. Cublak-cublak Suweng

Masyarakat Jawa Tengah memiliki permainan populer bernama cublak-cublak suweng yang dimainkan dengan cara, salah satu pemain membungkuk dan menghadap ke bawah dengan mata terpejam. Kemudian, pemain lainnya meletakkan tangan di atas punggung pemain yang membungkuk dan memindahkan kerikil yang digenggamnya sambil menyanyikan lagu cublak-cublak suweng. Setelah lagu selesai, pemain yang membungkuk harus menebak seseorang yang menyembunyikan kerikil tersebut.

Sejumlah anak memainkan permainan tradisional "Cublak-cublak Suweng" saat ngabuburit dolanan di Kampung Dolanan, Surabaya, Jawa Timur, Jumat 8 April 2022. Kegiatan ngabuburit dolanan tersebut bertujuan untuk melestarikan permainan tradisional sekaligus menunggu datangnya waktu berbuka puasa. ANTARA FOTO/Moch Asim

9. Congklak

Kerang atau biji congklak, serta papan congklak yang memiliki 16 lubang berasal dari kebudayaan kuno timur tengah sejak 7000-5000 SM. Permainan yang hanya bisa dimainkan oleh dua orang ini, memuat 98 buah biji congklang yang harus diisi pada setiap lubang congklak dan mengambil semua biji pada satu lubang, kemudian mengisi lubang lainnya satu persatu dari kiri ke kanan. Jumlah biji paling banyak akan memenangkan permainan congklak ini.

10. Ular Naga Panjang

Pada malam hari memang paling menyenangkan bermain ular naga panjang karena cara memainkannya cukup mudah, yakni tentukan dua orang sebagai penjaga, sisanya harus berjalan melewati penjaga. Kemudian, sisa orang berbaris dan meletakkan tangan di pundak penjaga dan penjaga harus bisa menangkap satu orang agar orang tersebut keluar barisan.

11. Gangsing

Gangsing adalah mainan tertua yang ditemukan arkeolog di berbagai situs arkeologi sejak 3.500 tahun Sebelum Masehi. Mainan putaran yang mengandalkan keseimbangan ini dibuat dari kayu yang berbentuk pentolan diatasnya, kemudian ditarik menggunakan tali dari kulit pohon, agar gangsing bisa dilempar ke tanah sekuat mungkin, dan berputar lebih lama tanpa melewati garis.

NUR QOMARIYAH

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus