Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pulau Samosir menjadi wilayah yang banyak dipilih untuk menikmati keindahan Danau Toba. Tak hanya danau terbesar di Asia Tenggara yang bisa dicecap pesonanya. Pulau seluas 1.419 kilometer persegi ini juga memiliki peninggalan sejarah Suku Batak Toba. Sedikitnya ada empat lokasi di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara ini, di mana wisatawan bisa belajar banyak tentang suku yang tinggal di Pulau Samosir tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Makam Raja Sidabutar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merupakan makam penguasa Samosir di masa silam yang terbuat dari batu utuh berukuran besar. Batu tersebut diletakkan begitu saja di atas tanah.Memasuki makam raja yang terkenal kesaktiannya ini, wisatawan harus menggenakan ulos. Raja meninggal pada 1544. Objek wisata ini berada tak jauh dari dermaga di Tomok. Wisatawan tinggal berjalan kaki untuk mencapai objek wisata ini.
2. Huta Siallagan
Berupa sebuah kompleks yang terdiri atas beberapa rumah Batak Toba, makam raja, serta seperangkat meja dan batu yang menjadi tempat mengadili para pelaku kriminal di masa silam. Yang terakhir inilah yang disebut batu persidangan dan menjadi ciri khas dari objek wisata di sini.
Di kursi batu itulah raja bersama penasihat membahas hukuman untuk seseorang yang berbuat kejahatan. Hukumannya bisa berupa hukuman pancung.
Siallagan sendiri tak lain dari nama sebuah marga. Huta atau kampung Siallagan ini berada di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo. Kampung juga dikelilingi oleh batu besar, yang juga berfungsi sebagai benteng.
Salah satu rangkaian tarian yang dipertunjukkan di Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Tempo/Tony Hartawan
3. Museum Huta Bolon Simanindo
Lokasinya 20 kilometer dari dermaga Tomok, tepatnya di Simanindo, Samosir. Di sini wisatawan bisa mencermati koleksi museum yang berupa peninggalan Suku Batak Toba, di antaranya berupa kain jenis tradisional setempat — kain ulos, peralatan memasak dan perlengkapan masyarakat di masa silam. Ada juga deretan rumah khas Batak Toba di tempat wisata ini.
Di museum ini, wisatawan bisa juga mengenal tarian lawasnya. Salah satunya tradisi tarian Sigale-gale. Berupa pertunjukan boneka dari kayu yang disertai tarian tor tor. Kegiatan ini diadakan setiap hari, pada pukul 10.30 dan pukul 11.45. Di akhir cerita, penonton pun diajak untuk menari.
Baca Juga:
4. Desa Penenun Ulos, Lumban Suhi-suhi
Mengenal kain ulos tak hanya di museum saja, wisatawan bisa juga melihat langsung aksi penenun di Desa Lumban Suhi-suhi. Para penenun umumnya kaum perempuan, dari remaja hingga kaum sepuh. Wisatawan bisa belajar corak pada kain ulos dan maknanya.
Aktivitas dilakukan di depan rumahnya yang umumnya masih berbentuk tradisional. Biasanya para perempuan di Pulau Samosir ini menenun di pagi hari. Bila berminat membeli ulos, lebih baik berbelanja langsung ke pengrajin ini.
RITA NARISWARI