Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur DI Yogyakarta yang juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, menuturkan perayaan pasar malam saat tradisi Sekaten akan digelar secara berkala dua tahun sekali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sultan menuturkan telah ada kesepakatan dengan Pemerintah Kota Yogyakarta, selaku penanggungjawab penyelenggaraan pasar malam saat tradisi Sekaten itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kesepakan kami, keramaian pasar malam hanya dua tahun sekali, jadi Sekaten ada Pasar Malam itu baru tahun depan," ujar Sultan di Komplek Kepatihan Yogya Jumat 4 Oktober 2019.
Sebelumnya Divisi Kesenian dan pertunjukan Keraton Yogyakarta, Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhomardowo Kanjeng Pangeran Hario Notonegoro telah menyatakan pasar malam saat Sekaten tahun ini ditiadakan, "Break dulu Pasar Malam Sekaten, agar kondisi Alun Alun Utara lebih bagus dan makna Sekaten seperti awal," ujar Notonegoro.
Adapun Pani Radya Pati DI Yogyakarta, lembaga yang bertugas menyerap aspirasi masyarakat, Beny Suharsono, menuturkan bahwa pihaknya akan mengkaji mengenai pelaksanaan pasar malam sebagai perayaan Hajad Dalem Sekaten.
"Sekaten akan ditiadakan sama sekali itu tidak betul dan tidak ada pernyataan seperti itu. Kajian ini memang tidak bisa serta merta direduksi semua dan harus mempertimbangkan berbagai aspek terutama yang mempunyai hajat bersama Pemkot Yogyakarta harus terus berdialog," ujarnya.
Wahana bianglala di Pasar Malam Sekaten Yogyakarta sempat jungkir balik bikin panik warga|Tempo| Pribadi Wicaksono
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menuturkan bahwa tahun ini tidak ada Pasar Malam. Namun prosesi Sekaten sendiri masih terus berjalan. "Pasar malam nantinya akan digelar di tahun-tahun genap, dua tahun sekali, jadi tahun ini memang tidak ada, tapi prosesi Sekaten sendiri tetap terus ada," ujar Haryadi.
Wakil Ketua II Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara
sebelumnya menuturkan bahwa pada tradisi Sekaten ini, Keraton Yogyakarta berkeinginan mengembalikan semangat dan tradisi Sekaten -- yang merupakan kegiatan keagaman yang diiringi oleh seni budaya.
Putri bungsu Sultan ini menyampaikan bahwa selama pelaksanaan Prosesi Sekaten, Keraton Yogyakarta akan menggelar Pameran Sekaten yang akan berlangsung pada 1-9 November 2019.
Lokasi yang akan digunakan adalah Bangsal pagelaran dan Kompleks Sitihinggil Keraton Yogyakarta. Untuk tema yang diangkat pada pameran tersebut yakni Sri Sultan Hamengku Buwono I: Menghadang Gelombang, Menantang Zaman.
Segala jenis koleksi yang dipamerkan dan pementasan yang digelar akan berkaitan dengan tema tersebut. GKR Bendara menambahkan, bahwa Pameran Sekaten sendiri sejatinya merupakan bagian dari pelaksanaan rangkaian Hajad Dalem Garebeg Mulud.
"Prosesi akan dimulai dengan Miyos Gangsa sebagai tanda dimulainya Sekaten pada tanggal 3 November, dilanjutkan Numplak Wajik pada 7 November, lalu Kondur Gangsa pada 9 November dan Garebeg Mulud pada 10 November," ujarnya.
Sekaten sendiri sejatiya merupakan prosesi yang selalu digelar oleh Keraton Yogyakarta setiap tahunnya pada tanggal 6 hingga 12 Mulud berdasarkan Kalender Jawa Sultan Agungan. Ada yang memaknai arti harfiah Sekaten dari kata Syahdatain, atau merujuk pada dua buah gamelan yang disebut Sekati yakni Kanjeng Kiai (KK) Gunturmadu dan KK Nagawilaga.
Suasana Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) di Alun-Alun Kraton Yogyakarta, Selasa (22/1). PMPS merupakan pesta rakyat dalam rangkaian Upacara Sekaten atau peringatan Ulang Tahun Nabi Muhammad saw yang diadakan tiap tanggal 5 bulan Jawa yang jatuh 24 Januari 2013. TEMPO/Subekti
Kedua gamelan ini dikeluarkan dari keraton pada tanggal 6 Mulud melalui prosesi Miyos Gangsa untuk ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe hingga tanggal 12 Mulud. Kemudian selanjutnya dikembalikan ke dalam keraton melalui prosesi Kondur Gangsa. Puncak dari rangkaian prosesi Sekaten adalah Garebeg Mulud yang digelar pada pagi hari seusai Kondur Gangsa. Garebeg Mulud tersebut juga menandai telah berakhirnya rangkaian prosesi Sekaten.
PRIBADI WICAKSONO