Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Aksi Dalang hingga Karnaval HUT Yogyakarta ke-266 Sedot Antusiasme Wisatawan

Sejumlah gelaran peringatan HUT ke 266 Kota Yogyakarta yang digelar sejak awal Oktober dan masih berlangsung hingga saat ini dipadati kunjungan wisatawan.

5 Oktober 2022 | 16.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah gelaran peringatan HUT Kota Yogyakarta ke-266 yang digelar sejak awal Oktober dan masih berlangsung hingga saat ini dipadati kunjungan wisatawan. Beragam acara yang digelar secara maraton seperti aksi ratusan dalang cilik, karnaval pelajar, pameran di mall hingga flashmob baik yang dipusatkan di Jalan Malioboro maupun titik lain di Kota Yogyakarta nyaris tak pernah sepi pengunjung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terlebih, dari total 14 acara yang disiapkan sejak 1 hingga 7 Oktober nanti, acara pamungkas berupa karnaval jalanan Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) belum digelar. "Kami optimis target kunjungan lebih dari 20 ribu wisatawan khususnya saat WJNC tahun ini tercapai, naik dibanding event 2019 lalu yang dihadiri sekitar 15 ribu wisatawan,” kata Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Andrini Wiramawati, Rabu, 5 Oktober 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gelaran acara pada HUT Yogya tahun ini difokuskan bisa mendongkrak lebih efektif sektor wisata dan menambah lama tinggal wisatawan yang memanfaatkan momentum landainya Covid-19.

Pada Selasa lalu, sebanyak seratus dalang cilik dari Kota Yogyakarta dan sekitarnya melakukan tarian flashmob berjudul Abur-Aburan Gatotkaca di kawasan Jalan Malioboro lengkap dengan pakaian adat Jawa dan wayang kulit. Aksi tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan perayaan HUT Kota Yogyakarta yang bertajuk Malioboro Seribu Kelir dalam bingkai acara besar Ruang Masyarakat Ketemu atau Rumaket. 

Pertunjukan wayang dengan bingkai media baru ini membuat kawasan Malioboro disesaki wisatawan.

Adapun tajuk Malioboro Seribu Kelir merupakan makna kiasan dari penyelenggaraan kegiatan Rumaket, yang dalam salah satu rangkaian agendanya terdapat pertunjukan wayang, dengan menggunakan beberapa titik objek di Malioboro sebagai kelir atau bisa disebut juga sebagai kelir tanpa batas.

Rumaket berlangsung selama dua hari, yaitu pada Selasa dan Rabu, 4-5 Oktober 2022, yang dilaksanakan di sekitaran Jalan Malioboro. Pada hari pertama, terdapat pertunjukan flashmob seratus dalang cilik, lomba fotografi wayang dan kolaborasi wayang. Sementara pada hari kedua akan dimeriahkan dengan dagelan, Gank X dan penampilan dari grup musik Letto.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan seratus dalang cilik yang terlibat adalah anak-anak yang mengikuti kelas pelatihan dalang di Disbud Kota Yogyakarta, sanggar seni, siswa dari sekolah dan beberapa dari luar kota yang memang ingin berpartisipasi dalam aksi itu. "Setiap hari minggu kami punya kelas pelatihan dalang, jadi mayoritas dari mereka terlibat dalam Malioboro Seribu Kelir, sisanya dari luar kota Yogyakarta dan ekstrakurikuker sekolah," ujarnya.

selain pertunjukan flashmob dalang cilik dan kolaborasi wayang, dilakukan lomba fotografi wayang yang dilakukan selama kegiatan berlangsung. "Masyarakat umum yang hobi dalam fotografi bisa menikmati sajian seni yang ditampilkan sekaligus berkarya membidik momen terbaik dalam Malioboro Seribu Kelir, sebanyak 77 fotografer terlibat dalam momen ini," kata Yetti. 

Pada lomba fotografi tersebut melibatkan Fotografer senior Risman Marah, Johnny Mendarta, dan Fauzie Helmy untuk menjadi juri atas karya-karya peserta lomba fotografi wayang. Peserta dengan karya terbaik akan mendapatkan apresiasi dan hadiah jutaan rupiah.

Tak hanya Malioboro yang meriah. Sejumlah titik Kota Yogyakarta sepanjang awal pekan ini ramai karnaval pelajar yang menampilkan berbagai aksi unik. 

Salah satunya yang dilakukan SMP Negeri 9 Yogyakarta dengan mengadakan karnaval budaya pelajar yang diikuti oleh 600 orang siswa pada Selasa. Para siswa sekolah itu melakukan flash mob Beksan Wanara di perempatan Gedongkuning Yogyakarta.

Flashmob Tarian Beksan Wanara yang sering disebut Tari Kethekan merupakan tarian klasik Keraton Yogyakarta. Tari itu bercerita tentang perang tanding antara Sugriwa dan Subali pada cerita Ramayana.

Para siswa itu memancing perhatian warga dengan pakaian khas seperti berkebaya, baju petani ataupun baju bergodo. Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Yogyakarta Sugiharjo mengatakan karnaval budaya pelajar ini diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi siswa siswi SMP Negeri 9 Yogyakarta bahwa Kota Yogya kental dengan budaya.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus