Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Alasan Perlunya Patuhi Radius Aman Gunung Merapi: Ada Potensi Bahaya Baru di Sisi Barat Laut

Potensi bahaya baru dari sisi barat laut ini terdeteksi pasca Gunung Merapi mengeluarkan rentetan awan panas 11-12 Maret 2023.

22 Maret 2023 | 08.12 WIB

Awan panas Gunung Merapi pada 17 Maret 2023. Dok. BPPTKG Yogyakarta
Perbesar
Awan panas Gunung Merapi pada 17 Maret 2023. Dok. BPPTKG Yogyakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mendeteksi adanya potensi bahaya baru di sisi barat laut Gunung Merapi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Potensi bahaya baru dari sisi barat laut ini terdeteksi pasca Gunung Merapi mengeluarkan rentetan awan panas 11-12 Maret 2023. Gunung Merapi pada fase erupsi yang membuat status aktivitasnya naik menjadi Siaga sejak November 2020 ini, sebelumnya hanya memiliki dua kubah lava aktif saja, yakni sisi barat daya dan tengah kawah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Namun, pasca rentetan awan panas 11-12 Maret 2023 lalu, diketahui adanya aktivitas kubah lava di sisi barat laut. Aktivitas ini diduga dipicu akibat deformasi atau perubahan bentuk Merapi selama dua tahun terakhir yang panjangnya sekitar 16 meter.

"Kubah lava Merapi di sebelah barat laut itu merupakan kubah lava lama (yang terbentuk) tahun 1888 silam," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso dalam konferensi pers secara daring, Selasa, 21 Maret 2023.

Kubah lava lama di barat laut Merapi itu diketahui masih bergerak hingga sekarang meski disertai proses deformasi yang cenderung linear dan landai. "Meski deformasi landai, kubah lava barat laut ini tetap menyimpan potensi bahaya berupa longsoran material vulkanik apabila kondisinya tak stabil," kata Agus.

Potensi bahaya kubah lava lama ini digambarkan berupa bongkahan batu dengan ukuran sekitar dua juta meter kubik yang sewaktu-waktu bisa longsor ke bawah. "Jika bongkahan kubah lava barat laut itu longsor, jarak luncur materialnya diperkirakan maksimal sejauh tiga kilometer atau masih dalam zona bahaya yang ditetapkan saat ini," kata Agus.

Pasca rentetan awan panas 11-12 Maret lalu, kondisi kubah lava barat daya sebagai kubah Merapi paling aktif saat ini, tercatat memiliki suhu berkisar 100 derajat Celsius. Sehingga kubah barat daya yang volume materialnya saat itu terpangkas sekitar 1 juta meter kubik, masih berpotensi tinggi runtuh sewaktu-waktu, terutama bila terjadi ketidakstabilan akibat aktivitas gunung. 

Hanya saja, jangkauannya jika kubah barat daya itu longsor juga masih masuk dalam kawasan rawan bencana yang ditetapkan. "Jadi kita cukup mengikuti rekomendasi zona potensi bahaya saat ini, yang sudah memperhitungkan ketika semua kubah itu runtuh," kata Agus.

Perhitungan pertumbuhan volume kubah lava Merapi diukur dari pantauan drone, menurut Agus, berkisar belasan ribu meter kubik per hari. "Pertumbuhan volume kubah sekitar 15 ribu meter kubik per hari," ujarnya.

Angka pertumbuhan kubah ini, jika dibandingkan sejarah erupsi Merapi yang rata-rata laju ekstrusi magmanya sekitar 60 ribu meter kubik per hari, termasuk kategori masih normal.

Saat kubah barat daya dan barat laut jadi perhatian belakangan, kubah tengah kawah Merapi relatif anteng. BPPTKG mencatat berapa bulan terakhir kubah tengah kawah tidak mengalami pertumbuhan signifikan.

Profil suhu kubah tengah relatif lebih rendah dibanding kubah barat daya. "Meski tidak bisa juga dinyatakan kalau kubah tengah tidak aktif karena masih ada titik panas di atas 100 derajat Celcius di situ," kata Agus.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Ninis Chairunnisa

Ninis Chairunnisa

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus