Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berkunjung ke kawasan Candi Borobudur tak lengkap jika tak menyusuri kawasan desa wisata di sekitarnya. Kali ini, Tempo mendapat kesempatan mengelilingi desa penopang wisata Candi Borobudur dengan menggunakan andong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjalanan di mulai dari Desa Wisata Karangrejo yang melewati pesawahan yang ditanami berbagai jenis tanaman seperti cabai, singkong, tembakau dan lainnya. Setiap desa memiliki Balai Ekonomi Desa atau Balkondes, yang menyediakan berbagai fasilitas di masing-masing desa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Balkondes merupakan kerja sama antara desa dan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Misalnya, di Desa Karangrejo, Balkondes-nya bekerja sama dengan PT Pertamina Gas Negara Tbk.
Setiap Balkondes memiliki ciri khas tersendiri, baik dari sisi bangunan maupun kegunaannya. Adapun fasilitasnya biasanya ada home stay, bahkan tempat singgah hanya untuk sekadar menyeruput kopi sambil bersantai. “Di Balkondes bisa menginap, harganya murah ada yang Rp 250 ribu, ada yang Rp 300 ribu,” ucap Mbah Ompong, kusir andong yang ditumpangi.
Tak lama berselang sampai di wilayah Desa Karanganyar. Di wilayah ini dapat terlihat puncak dari Candi Borobudur, yang berjarak sekitar 3,6 kilometer. Rumah penduduk di desa ini juga menjadi home stay dan menjual toko oleh-oleh yang menjual baik makanan, kaos, aksesori, dan lainnya. Sementata Balkondes-nya bekerja sama dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN.
Perjalanan terus berlanjut ke Desa Tuksongo, yang Balkondes-nya bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Di wilayah ini ada spot menarik yang kerap dikunjungi wisatawan, yaitu Lapangan Randualas.
Benar saja, saat itu terlihat beberapa pengunjung berkelompok berfoto bersama di atas mobiln klasik merek Volkswagen atau VW yang dicat berwarna warni. “Kalau mau sewa mobil VW itu 2 jam Rp 400 ribu. Jumlahnya sekarang sudah banyak,” kata Mbah Ompong.
Tak jauh dari Lapangan Randualas, terdapat Pati Aren Borobudur, tempat pengolahan pohon aren. Di sini diperlilhatkan bagaimana cara mengolah aren hingga menjadi tepung aren. Pengunjung juga dapat mencicipi hasil olahannya seperti mi lethek hingga gula aren yang masih berbentuk seperti batu.
Perjalanan selanjutnya menuju galeri seni milik Atmojo, yang kerap disapa Mbah Mojo. Ketika sampai di galeri, sedang diperlihatkan proses pembuatan blangkon dari awal hingga akhir. Selain itu juga dapat melihat koleksi puluhan lukisan karya Mbah Mojo yang dipamerkan di dinding galeri seni yang juga rumahnya.
Namun, kunjungan ke galeri seni milik Mbah Mojo bukan yang terakhir. Andong Mbah Ompong kemudian melaju ke Jamur Borobudur, di Desa Wanurejo. Di kawasan ini dapat melihat bagaimana cara budidaya jamur, media tanamnya, hingga mencicipi hasil olahannya seperti kripik jamur, rendang jamur, dan lainnya.