Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Berusia 93 Tahun, Pasar Gede Mantap jadi Ikon Destinasi Wisata di Solo

Menilik sejarah Pasar Gede, pasar itu dibangun pada zaman pemerintahan Raja Paku Buwono (PB) X.

13 Januari 2023 | 09.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perayaan hari jadi ke-93 tahun Pasar Gede Solo bertajuk Kembul Agung Pasar Lelangen digelar di depan pintu masuk pasar setempat, Kamis, 12 Januari 2023. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Solo - Pasar Gede Hardjonagoro atau Pasar Gede Solo pada Kamis, 12 Januari 2023 genap berusia 93 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk kali pertama pascapandemi Covid-19, hari jadi pasar tertua di Kota Bengawan ini diperingati segenap pedagang dengan menggelar acara syukuran yang diberi tajuk Kembul Agung Pasar Lelangan di depan pintu masuk pasar setempat Kamis pagi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para pedagang yang tergabung dalam Komunitas Paguyuban Pasar Gede (Kompag) itu menyediakan sebanyak 112 tumpeng untuk dipotong dan dibagikan kepada para pedagang dan pengunjung pasar, lalu dimakan bersama. 

Koordinator Kompag Wiharto mengatakan acara Kembul Agung Pasar Lelangen itu bukan sekadar untuk merayakan ulang tahun Pasar Gede, melainkan sekaligus untuk mempromosikan pasar itu kepada masyarakat secara lebih luas. Ia menjelaskan istilah kembul agung berasal dari kata kembulan yang artinya makan bersama dan agung yang berarti besar sehingga diartikan dengan makan bersama secara besar-besaran. 

Adapun istilah pasar lelangen terinspirasi dari Pasar Gede yang menjadi ikon pasar wisata di Kota Solo. "Istilah lelangen secara filosofi memiliki arti bersenang-senang, tempat berhibur, menyenangkan hati, menghibur diri. Kata lelangen ini menjadi pilihan kami untuk mengekspresikan slogan Pasar Gede untuk bisa dikenal masyarakat," kata Wiharto kepada awak media di sela-sela acara di Pasar Gede Solo, Kamis. 

Lelangen juga merupakan akronim dari tiga kata, yaitu lestari, laris dan ngangeni. Lestari yang artinya bertahan, langgeng dan berusia panjang. Adapun laris, karena diharapkan Pasar Gede selalu dikunjungi masyarakat dan banyak yang membeli. 

Lalu istilah ngangeni memiliki arti bahwa Pasar Gede itu akan selalu dirindukan oleh masyarakat yang pernah berkunjung dan berbelanja di pasar itu serta senantiasa ingin kembali lagi. "Harapannya ini memberikan berkah secara spiritual juga memberikan semangat, khususnya bagi kami para pedagang di Pasar Gede agar selalu bersyukur dalam kondisi apapun. Pasar Gede sampai hari ini masih bisa eksis dan sampai hari ini Pasar Gede sudah menjadi tujuan wisata sekaligus menjadi ikon Kota Solo," kata Wiharto.

Wiharto pun berharap Pemerintah Kota Solo juga terus gencar mempromosikan pasar-pasar tradisional di kota itu. Kalangan pedagang juga berharap agar pasar-pasar lainnya juga dapat digerakkan menjadi pasar yang menjadi destinasi wisata seperti halnya Pasar Gede itu. 

"Pasar kini harus dikembangkan agar memiliki daya tarik bagi pengunjung atau wisatawan, dapat mempertemukan antara entrepreneur dengan entertainment, usaha sekaligus untuk tempat hiburan, dengan harapan agar pasar-pasar itu dapat berkembang," kata Wiharto. 

Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Solo Training Hartanto menjelaskan jika bangunan Pasar Gede telah ditetapkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya (BCB). Selain itu, pasar ini menjadi salah satu wisata alternatif di kala objek wisata yang menjadi tujuan mayoritas wisatawan tutup.

"Pasar Gede itu sudah menjadi pasar wisata yang didatangi oleh banyak tamu dari luar kota," kata Training.

Menilik sejarah Pasar Gede, Wiharto menyebut pasar itu dibangun pada zaman pemerintahan Raja Paku Buwono (PB) X. Pembangunan fisik pasar dimulai pada 1927. 

Desain bangunan fisik Pasar Gede dibuat oleh arsitek dari Belanda, Insinyur Herman Thomas Kartsen. Setelah pembangunan selesai, Pasar Gede kemudian diresmikan oleh PB X pada 12 Januari 1930. 

Pasar Gede merupakan pasar dengan konsep best modernitas pasar tradisional yang pertama kalinya di Solo. Bangunan Pasar Gede awalnya hanya berada di sebelah timur. Namun, mengalami perkembangan bangunan dengan diperluas hingga ke sebelah barat. Pada 1999, Pasar Gede sempat kebakaran, lalu dibangun lagi pada 2000 dan diresmikan pada 2001. 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus