Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Blake Lively, aktris Hollywood yang dikenal lewat perannya dalam serial Gossip Girl (2007) mengajukan gugatan hukum terhadap Justin Baldoni, lawan mainnya dalam film It Ends With Us (2024) yang juga bertindak sebagai sutradara dalam adaptasi layar lebar tersebut. Dalam gugatan yang diajukan pekan ini, Lively menuduh Baldoni melakukan pelecehan seksual terhadapnya di lokasi syuting serta melancarkan kampanye fitnah untuk merusak reputasinya. Selain Baldoni, beberapa anggota tim produksi film tersebut turut disebut dalam gugatan yang diajukan kepada California Civil Rights Department dan menuntut kompensasi yang tidak disebutkan jumlahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aktris 37 tahun itu juga mengajukan tuntutan terhadap Wayfarer Studios, pihak produksi film yang turut disebut dalam laporan gugatan tersebut. Pihak Justin Baldoni, melalui pengacaranya Bryan Freedman, dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Dalam pernyataannya pada 21 Desember lalu, Freedman menyebut tuduhan Lively sebagai upaya untuk memperbaiki reputasinya yang buruk. “Tuduhan tersebut sangat salah, mengada-ada, dan sengaja dilebih-lebihkan dengan niat untuk merusak reputasi publik,” ungkapnya, dilansir dari People.
Potensi Mediasi dan Langkah Hukum Selanjutnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Gregory Doll, seorang pengacara dari Doll Amir & Eley yang berbasis di Los Angeles, jika solusi mediasi tidak tercapai, kasus ini berpotensi untuk dibawa ke pengadilan. Sebagai informasi, Gregory tidak terlibat dalam kasus ini dan tidak mewakili pihak mana pun. Namun, ia menjelaskan bahwa Lively dan Baldoni masih memiliki kesempatan untuk mencapai kesepakatan di luar pengadilan. Ia menambahkan bahwa California Civil Rights Department memiliki waktu 60 hari untuk memutuskan apakah mereka akan menyelidiki kasus ini atau tidak. “Pihak berwenang mungkin akan mencoba untuk memediasi penyelesaian dengan Baldoni dan Wayfarer Studios sebelum menerima gugatan ini,” tuturnya.
Blake Lively dan Justin Baldoni dalam cuplikan film It Ends with Us. Foto: Sony Pictures.
Namun, jika mediasi gagal, Lively bisa menerima surat yang dikenal sebagai right to sue, memberikan hak untuk melanjutkan gugatan ke pengadilan. Gregory menilai, meskipun Hollywood sering kali menyelesaikan kasus seperti ini di luar pengadilan, kemungkinan besar gugatan ini akan berlanjut ke pengadilan karena sifat tuduhan yang sangat pribadi dan emosional.
“Ketika proses dimulai, yakni pertukaran dokumen yang mengungkapkan lebih banyak informasi yang tidak diketahui sebelumnya, hal itu bisa memicu kemarahan pihak penggugat," ujar Gregory. Dalam hal ini, Lively mungkin akan memperoleh lebih banyak bukti berupa pesan teks dan email yang akan memperburuk posisi Baldoni.
Potensi Gugatan Balik dari Justin Baldoni
Meskipun demikian, Gregory percaya bahwa penyelesaian secara mediasi masih lebih mungkin terjadi dalam kasus ini, mengingat Lively telah berhasil menyuarakan tuduhannya melalui media. "Jika tujuan utama Lively adalah untuk mengungkapkan narasi ini dan membongkar apa yang terjadi, dia sudah melakukannya melalui pemberitaan," ungkapnya. Gregory yakin mungkin saja Lively tidak ingin melanjutkan gugatan tersebut selama bertahun-tahun. Namun, ia memprediksi bahwa Justin kemungkinan besar akan menggugat balik.
Dalam pernyataannya kepada The New York Times, Lively juga berharap tindakan hukumnya dapat mengungkap taktik balas dendam yang merugikan mereka yang berani bersuara. "Saya berharap langkah hukum ini bisa membuka tabir taktik balas dendam yang kejam dan melindungi mereka yang mungkin menjadi target berikutnya," ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk melawan praktik yang merugikan dan melindungi korban pelanggaran di masa depan. Sementara itu, pada 21 Desember, Baldoni telah dikeluarkan dari agensinya, WME, sebagai dampak langsung dari gugatan yang diajukan oleh Lively meskipun ia hingga kini belum mengajukan permohonan maaf atau klarifikasi lebih lanjut.
PEOPLE | THE NEW YORK TIMES