Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Bukan elvis, lalu siapa ?

Grup musik chuck memphis & the bax family muncul di jakarta dan bandung atas sponsor iwapi jawa barat. panitia penyelenggara merugi karena penonton sedikit. (hb)

14 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI untuk pertama kali terjadi pertunjukan grup pop dari luar negeri sama sekali sepi pengunjung. Acara Chuck Memphis & The Bax Family, yang muncul 30 Juni lalu di Balai Sidang Senayan, Jakarta, hanya dihadiri sekitar 300 orang. Padahal kapasitas gedung 4.000 kursi. Maka gagallah rencana hendak mencari dana untuk PMI dengan menjual karcis seharga Rp 6.000, Rp 4.000 dan Rp 2.000. Nyonya-nyonya yang tergabung dalam Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Jawa Barat, penyelenggaranya, tentu saja kelihatan tersipu-sipu meski berusaha tetap tampak bergairah. Sesudah waktu diulur beberapa menit tetapi tak ada tanda-tanda pengunjung bertambah, pertunjukan pun dimulai. Diawali seperti biasa, sambutan yang menerangkan bahwa acara itu dalam rangka HUT IWAPI Ja-Bar yang pertama. Diperkenalkan pula siapa Chuck Memphis yang di sini sama sekali tak dikenal itu. Belanda Piknik Grup musik pembuka ialah Test Plus -- yang juga tak pernah dikenal, meski pengasuhnya, Abul Hayat, cukup diketahui. Mereka menggebrakkan 4 lagu rock 'n roll -- rupanya disesuaikan dengan tema malam itu, sebab konon Chuck, sebagaimana disebut dalam poster, King of Rock 'n Roll. Berikutnya 2 grup musik asuhan Prambors -- yang juga belum punya kaliber. Mestinya yang tampil Prambors Band, sebagaimana disebut di spanduk-spanduk, tapi entah kenapa tak jadi. Padahal Chuck sudah main sebelum ini -- di Bandung, 23 Juni -- dan Prambors Band turut serta dengan bayaran Rp 1,5 juta. Muncul pula orang yang memperkenalkan namanya sebagai Bang Tabrani, mencoba melucu dalam bahasa Betawi. Dan suasana tetap lengang. Untunglah penyanyi Belanda yang ingin disebut sebagai penggemar Elvis Presley dan bersolek seperti sang raja Rock 'n Roll itu segera muncul diiringi Bax Family, menyanyikan lagu-lagu Elvis. Memang benar hampir tak ada istimewanya orang itu. Dengan jambang dan pakaian a la Elvis, dia nampak berusaha keras untuk mirip dan karena itu menjadi kaku -- meski suaranya cukup enak di kuping. Yang patut diberi penghargaan ialah semangatnya yang besar untuk bertahan di panggung menggeber lebih 20 lagu --antara lain I Remember Elvis Presley, Jailhouse Rock, He Gave a Mountain dan Love Me Tender -- dan nampaknya tak kecil hati oleh sedikitnya penonton. Hebat. Toh sebenarnya tak begitu hebat-sebab ia kemari dengan tujuan semacam piknik saja. Nama aslinya Karel van der Hoven. Kelahiran Barendrecht, Belanda, 31 tahun lalu. Konon di Rotterdam ia memang terkenal dan mendapat julukan 'Elvis Belanda' saking pandainya meniru. Namun karena tak pernah punya album rekaman, wajar jika publik di sini tak tahu-menahu dan karena itu ogah menonton imitator itu. Apalagi kasus Boney M yang sampai sekarang belum selesai (TEMPO, 2 Juni), barangkali salah satu sebab keengganan orang untuk datang. Namun entah kenapa, ketika ibu-ibu IWAPI Ja-Bar itu berseminar di Rotterdam beberapa waktu lalu dan entah bagaimana bertemu dengan Chuck Memphis -- yang mengutarakan hasratnya ingin ke Indonesia -- langsung saja mereka menyediakan diri sebagai sponsor. Penyanyi Belanda itu tentu saja bersenang hati meski tak dibayar -- toh seluruh biaya makan dan penginapannya ditanggung IWAPI. 10 Juni, dia dan rombongannya, Bax Family (2 perempuan, 3 lelaki), terbang kemari. Sesudah disensor oleh Komisi Peneliti dan Penilai Kegiatan Kesenian/ Hiburan P&K, dan "kami membayar satu setengah juta pada komisi itu," kata Hetty Pallencaoe, Ketua IWAPI Ja-Bar, mereka naik panggung di Bandung 23 Juni. Sukseskah di sana? Lumayan. "Bisa kembali modal saja," ujar Hetty, alias tak ada untungnya. Ditambah dengan kerugian di Jakarta, berarti hilanglah separoh dana yang sudah terkumpul. Memang malang. Tapi dalam pada itu pihak Komisi Peneliti menyanggah telah menerima uang seperti yang memang satu-dua kali disebut-sebut orang. "Tidak. Tidak pernah. Dan dalam peraturan ada disebutkan bahwa Komisi tidak memungut uang sesen pun dari panitia penyelenggara! kata Sudiarjo SH, kaget ketika dihubungi TEMPO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus