INI untuk pertama kali terjadi pertunjukan grup pop dari luar
negeri sama sekali sepi pengunjung. Acara Chuck Memphis & The
Bax Family, yang muncul 30 Juni lalu di Balai Sidang Senayan,
Jakarta, hanya dihadiri sekitar 300 orang. Padahal kapasitas
gedung 4.000 kursi. Maka gagallah rencana hendak mencari dana
untuk PMI dengan menjual karcis seharga Rp 6.000, Rp 4.000 dan
Rp 2.000.
Nyonya-nyonya yang tergabung dalam Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia (IWAPI) Jawa Barat, penyelenggaranya, tentu saja
kelihatan tersipu-sipu meski berusaha tetap tampak bergairah.
Sesudah waktu diulur beberapa menit tetapi tak ada tanda-tanda
pengunjung bertambah, pertunjukan pun dimulai. Diawali seperti
biasa, sambutan yang menerangkan bahwa acara itu dalam rangka
HUT IWAPI Ja-Bar yang pertama. Diperkenalkan pula siapa Chuck
Memphis yang di sini sama sekali tak dikenal itu.
Belanda Piknik
Grup musik pembuka ialah Test Plus -- yang juga tak pernah
dikenal, meski pengasuhnya, Abul Hayat, cukup diketahui. Mereka
menggebrakkan 4 lagu rock 'n roll -- rupanya disesuaikan dengan
tema malam itu, sebab konon Chuck, sebagaimana disebut dalam
poster, King of Rock 'n Roll. Berikutnya 2 grup musik asuhan
Prambors -- yang juga belum punya kaliber. Mestinya yang tampil
Prambors Band, sebagaimana disebut di spanduk-spanduk, tapi
entah kenapa tak jadi. Padahal Chuck sudah main sebelum ini --
di Bandung, 23 Juni -- dan Prambors Band turut serta dengan
bayaran Rp 1,5 juta.
Muncul pula orang yang memperkenalkan namanya sebagai Bang
Tabrani, mencoba melucu dalam bahasa Betawi. Dan suasana tetap
lengang. Untunglah penyanyi Belanda yang ingin disebut sebagai
penggemar Elvis Presley dan bersolek seperti sang raja Rock 'n
Roll itu segera muncul diiringi Bax Family, menyanyikan
lagu-lagu Elvis.
Memang benar hampir tak ada istimewanya orang itu. Dengan
jambang dan pakaian a la Elvis, dia nampak berusaha keras untuk
mirip dan karena itu menjadi kaku -- meski suaranya cukup enak
di kuping. Yang patut diberi penghargaan ialah semangatnya yang
besar untuk bertahan di panggung menggeber lebih 20 lagu
--antara lain I Remember Elvis Presley, Jailhouse Rock, He Gave
a Mountain dan Love Me Tender -- dan nampaknya tak kecil hati
oleh sedikitnya penonton. Hebat.
Toh sebenarnya tak begitu hebat-sebab ia kemari dengan tujuan
semacam piknik saja. Nama aslinya Karel van der Hoven. Kelahiran
Barendrecht, Belanda, 31 tahun lalu. Konon di Rotterdam ia
memang terkenal dan mendapat julukan 'Elvis Belanda' saking
pandainya meniru. Namun karena tak pernah punya album rekaman,
wajar jika publik di sini tak tahu-menahu dan karena itu ogah
menonton imitator itu. Apalagi kasus Boney M yang sampai
sekarang belum selesai (TEMPO, 2 Juni), barangkali salah satu
sebab keengganan orang untuk datang.
Namun entah kenapa, ketika ibu-ibu IWAPI Ja-Bar itu berseminar
di Rotterdam beberapa waktu lalu dan entah bagaimana bertemu
dengan Chuck Memphis -- yang mengutarakan hasratnya ingin ke
Indonesia -- langsung saja mereka menyediakan diri sebagai
sponsor. Penyanyi Belanda itu tentu saja bersenang hati meski
tak dibayar -- toh seluruh biaya makan dan penginapannya
ditanggung IWAPI.
10 Juni, dia dan rombongannya, Bax Family (2 perempuan, 3
lelaki), terbang kemari. Sesudah disensor oleh Komisi Peneliti
dan Penilai Kegiatan Kesenian/ Hiburan P&K, dan "kami membayar
satu setengah juta pada komisi itu," kata Hetty Pallencaoe,
Ketua IWAPI Ja-Bar, mereka naik panggung di Bandung 23 Juni.
Sukseskah di sana? Lumayan. "Bisa kembali modal saja," ujar
Hetty, alias tak ada untungnya. Ditambah dengan kerugian di
Jakarta, berarti hilanglah separoh dana yang sudah terkumpul.
Memang malang. Tapi dalam pada itu pihak Komisi Peneliti
menyanggah telah menerima uang seperti yang memang satu-dua kali
disebut-sebut orang. "Tidak. Tidak pernah. Dan dalam peraturan
ada disebutkan bahwa Komisi tidak memungut uang sesen pun dari
panitia penyelenggara! kata Sudiarjo SH, kaget ketika dihubungi
TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini