Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Dark Tourism: Berkunjung ke Monumen dan Artefak Pasca Tsunami Aceh

Tak hanya Masjid Baiturrahman yang masih berdiri tegak akibat hantaman gelombang tsunami Aceh 2004. Beberapa monumen menbjadi penanda bencana itu.

28 Desember 2021 | 19.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto Sebuah kapal laut terdampar di atas rumah warga usai terbawa arus saat Tsunami (atas) di Lampulo, Aceh, Januari 2005 dan foto di lokasi yang sama terlihat kapal tersebut dibiarkan berada di atas rumah untuk dijadikan sebagai monumen, 9 Desember 2014. FOTO: AP/Suzanne Plunkett dan TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami Aceh telah terjadi 17 tahun lalu dan dibalik tragedinya tersimpan hal-hal menakjubkan. Seperti masih tegak berdirinya Masjid Baiturrahman meski diterjang tsunami maha dahsyat tersebut. Selain itu masih ada barang-barang atau artefak lain yang ada di Museum Tsunami di Banda Aceh dan daerah sekitarnya. 

Museum yang digunakan untuk mengenang korban jiwa sebanyak sebanyak 173.741 jiwa meninggal di Aceh tersebut juga menyimpan berbagai artefak yang tersisa dari bencana alam tersebut. 

Tak hanya korban jiwa, dikutip dari buku “Aceh Pasca Lima Belas Tahun Tsunami: Kilas Balik dan Proses Pemulihan” yang diterbitkan oleh Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala banyak sektor lain turut terimbas. 

Sektor utama yang terdampak adalah bidang ekonomi dan penunjangnya. Kerusakan lahan, pelabuhan dan jalan mendorong turunnya perekonomian Aceh hingga 15 persen. Namun dalam pemulihannya kerusakan dan bukti tsunami Aceh dijadikan sebagai destinasi wisata sekaligus monumen peringatan. 

Selain Masjid Baiturrahman yang ikonik, terdapat juga Kapal PLTD Apung yang menjadi saksi dari kedahsyatan tsunami yang terjadi di Aceh 26 Desember 2004. Dikutip dari  Bandaacehtourism.com kapal pembangkit listrik seberat 2.600 ton dengan luas 1.900 meter persegi ini dapat terlempar hingga lima kilometer. 

Dari yang awalnya berada di Kecamatan Jaya Baru kini kapal yang dijadikan museum itu berada di pusat Kota Banda Aceh. Selain Kapal PLTD Apung, dalam kompleks museum ini juga terdapat dinding-dinding bekas perumahan warga yang diterjang tsunami. 

Tak hanya Kapal PLTD Apung kapal lain yang turut terdampar di perkampungan lainnya adalah Kapal Tsunami Lampulo. Dikutip dari Disbudpar.acehprov.go.id, kapal ini merupakan kapal yang terbawa gelombang tsunami hingga terdampar di kawasan perumahan penduduk di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam. 

Untuk mengenang kapal bersejarah yang kini ada di atas ‘rumah’, kapal Lampulo dijadikan sebagai objek wisata dan salah satu situs peringatan tsunami. Biasanya kapal Lampulo ini digunakan untuk melaut bagi nelayan masyarakat Lampulo. 

Selain kedua kapal ini, terdapat pula artefak lain yang disimpan di Museum Tsunami Aceh seperti helikopter, sepeda, motor, dan kitab yang ditemukan pasca bencana di ruangan The Hill of Light.

TATA FERLIANA

Baca: 4 Destinasi Wisata Serambi Mekah Sakti Bisu Tsunami Aceh 2004

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus