Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Desa Wisata Kerujuk, Tercipta dari Keterpurukan

Desa Wisata Kerujuk merupakan salah satu desa wisata di Lombok Utara. Dusun ini dibangun menjadi desa wisata usai terjadi tanah longsor.

31 Desember 2019 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gerbang Desa Wisata Kerujuk terbuat dari bambu. Dok. Pokdarwis Kerujuk Lestari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Entah karena banyak kepiting di wilayah Dusun Kerujuk, namun nama desa itu dalam bahasa Sasak, kerujuk berarti kepiting. Tapi kemudian bermetamorfosis menjadi Desa Wisata Kerujuk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dusun Kerujuk merupakan bagian dari Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenan,g Kabupaten Lombok Utara. Ya di dusun itu, warga mudah mendapatkan kepiting di sungai yang menjadi lokasi anak-anak bermain air selepas pulang sekolah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi ada pula yang mengatakan ruju dari bahasa Arab yang berarti kembali setelah pergi merantau. Namun ada pula yang menyebutkan dari asal kata kepiting di sungai setempat.

Kini, nama Dusun Kerujuk itu populer menjadi lokasi desa wisata. Tidak sedikit pengunjung yang berasal dari luar daerah. Bahkan, kalangan akademisi pun melakukan peninjauan. Wisatawan dari kota-kota di Jawa dan Sulawesi, juga mengunjunginya.

Bagaimana dusun kecil ini bisa populer? Berawal dari tragedi tanah longsor dan banjir pada tahun 2002, anak-anak muda di sana membangun kepedulian terhadap lingkungan. Menurut Ketua Pengelola Desa Wisata (Pokdarwis) Kerujuk Lukmanul Hakim, 31, ia bersama teman - temannya melakukan kegiatan konservasi alam dan budaya. "Supaya terhindar dari terulangnya bencana," katanya kepada TEMPO, Senin 30 Desember 2019 sore.

Warga terlibat mengelola desa wisata termasuk homestay. Dok. Pokdarwis Kerujuk Lestari

Sehari-hari, Lukmanul Hakim adalah anggota Badan Permusyawaratan Desa, selain menjadi dosen pengajar biologi di Universitas Muhammad Mataram.

Semula mereka melakukan konservasi alam dan budaya. Situs budaya yang mereka revitalisasi adalah beberapa situs tidak terawat, makam Loang Landak, makam Kubur Atas dan Batu Melesong. Mereka melakukan pemugaran situs budaya termasuk konservasi alam, reboisasi dan menanam pohon bambu.

Menggunakan lahan sekitar 20 hektar kawasan Dusun Kerujuk dijadikan objek wisata alam. Ini sebagian dari luas areal yang tersedia di sana seluas 900 hektar. Ada perbukitan, ada kebun warga, kawasan hutan lindung, sawah, permukiman, fasilitas umum masjid dan musholla. Bahkan ada kuburan umum.

Jika kita berangkat dari arah Mataram yaitu dari arah selatan menuju utara, sebelum pendopo Bupati Lombok Utara berbelok ke arah kanan jalan utama berjarak sekitar 1.200 meter. Sejak semula dikelola sebagai agrowisata pada bulan November 2015 kemudian dijadikan paket wisata pada Oktober 2016.

Umumnya pengunjung berkelompok minimum 10 orang, yang jika masuk ke Dusun Kerujuk dikenai pembayaran Rp75.000 per orang tetapi untuk pelajar dan mahasiswa Rp65.000 per orang. Wisatawan tak perlu lagi memeikirkan konsumsi, karena warga telah menyediakan jajanan dan makan prasmanan. Menu makannya berupa sayur plecing dan kuah kelor, tahu, tempe, kerupuk, ikan, sayur ares (batang pisang) dan rebung (bambu muda).

Seperti yang dilakukan karyawan Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Senin 30 Desember 2019, "Mereka melakukan kegiatan outbond," ujar Lukmanul Hakim. Untuk masuk ke Dusun Kerujuk diperlukan waktu pesan minimal dua hari sebelumnya untuk persiapan layanan.

Di area Dusun Kerujuk, pengelola menyediakan flying fox dan jalur trekking. Jalur ini terbagi dua: keliling rumah warga dan susur sungai atau keliling kebun, sawah dan camping ground. Mengenai durasi, pilihannya trekking dua jam, enam jam atau 12 jam.

Dusun Kerujuk sangat sejuk karena rindangnya pepohonan seperti pohon produksi kakao, kopi dan buah rambutan, durian, manggis, kelengkeng, kelapa, mangga, aren dan bambu. Wisatawan menjalani rute trekking berjarak satu kilometer dan 3,5 kilometer. ''Yang berjarak dekat sekedar keliling sawah,'' ucap Lukmanul Hakim.

Tawaran lainnya adalah berjalan seharian (walking tour) menyusuri sungai sampai mendatangi lima air terjun di antaranya Loang Bukal. Ada air terjun Tiu Kelambu, Tiu Pane yang memiliki ketinggian air terjun 10 - 12 meter.

Dari sisi aspek pemberdayaan sumber daya ekonomi masyarakat, Pokdarwis Kerujuk Lestari juga mengajak tamu menanam pohon bambu. Ini berawal dari adanya warga yang meracuni sungai untuk mencari udang, kepiting, dan ikan. Bahkan juga menggunakan strom dan potasium.

Pokdarwis Kerujuk Lestari juga memanfaatkan bambu selain penggunaannya untuk bahan bangunan rumah dan berugak (gazebo), kurung batang (keranda) orang meninggal di Lombok. "Dari aspek ekologis kenapa bambu karena menyimpan air lebih banyak dibanding tanaman lainnya," kata Lukmanul Hakim.

Bambu yang tumbuh di Dusun Kerujuk dimanfaatkan untuk permainan outbond. Dok. Pokdarwis Kerujuk Lestari

Karena itu, Pokdarwis Kerujuk Lestari ingin mendirikan laboratorium bambu dalam kawasan khusus, yang berisi semua tanaman bambu yang tumbuh di Lombok dan Indonesia. 

Pada 2019, mereka bekerja sama dengan Kesatuan Pemangku Hutan  Rinjani Barat, untuk menanam bambu petung dan rebung (bambu muda) yang bisa dijadikan bahan sayur di Lombok. Selama ini, warga menggunakan bambu sebagai alat permainan tradisional egrang, terompa, silung tering, beldug (pledokan), dan tulup (supit).

Dari sisi pemberdayaan ekonomi, Pokdarwis Kerujuk Lestari melibatkan warga sebagai mitra kelompok kerajinan, kelompok kuliner, kelombok kebersihan, kelompok tani, ada kelompok wanita tani. Adapula kelompok pemandu wisata, kelompok homestay, dan kelompok budi daya ikan.

Warga juga menghasilkan kerajinan berupa gantungan kunci, miniatur berugak, bale balak (rumah panggung). Untuk kulinernya ada minuman nira jahe (air nira dicampur jahe), kerake (parutan kelapa dicampur ketan atau nasi dan gula aren), gogos ( terbuat dari parutan kelapa singkong dan gula merah dibakar). Ada keciping bahannya sagu (aren ditebang dulu lalu sari endapannya) parutan kelapa gula merah.

Wisatawan diajak menikmati suasana desa dan melakukan kegiatan masyarakat sehari-hari. Dok. Pokdarwis Kerujuk Lestari

Kerujuk juga menghasilkan minyak oles virgin coconut oil untuk mengobati sengatan lebah atau lainnya seharga Rp25.000 per botol. Lainnya adalah menghasilkan caping (tutup kepala), tikar lampit dari kulit rotan.

SUPRIYANTHO KHAFID

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus