Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Krisis Sampah di Phuket Thailand Diperparah Lonjakan Wisatawan, Masyarakat Lokal Dirugikan

Ketika musim liburan, jumlah sampah yang dikumpulkan Phuket jauh lebih besar mencapai 1.400 ton per hari.

18 Januari 2025 | 14.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Phuket, pulau terbesar di Thailand, memiliki daya tarik dengan pantai serta air laut biru kehijauan. Pulau ini menjadi salah satu tempat terbaik untuk melihat matahari terbenam. Namun, kini Pulau Phuket harus menghadapi masalah besar dengan krisis sampah yang terus meningkat. Botol plastik dan kaleng bir berserakan di dasar laut. Sementara di darat, gunungan sampah terus menumpuk di pulau yang memiliki pantai-pantai terkenal dan ramai dikunjungi wisatawan asing ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap harinya, Phuket mengumpulkan sebanyak 1.000 ton sampah. Sampah-sampah tersebut diangkut ke tempat pembuangan yang terus semakin meluas. Ketika musim liburan, jumlah sampah yang dikumpulkan Phuket jauh lebih besar mencapai 1.400 ton per hari.

Merugikan Masyarakat Lokal

Jumlah pembuangan sampah yang terus menggunung ini menggantikan pemandangan indah yang dilihat dari rumah seorang penduduk setempat, Vassana Toyou. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tidak ada kehidupan di luar rumah, (kami) hanya tinggal di rumah," katanya, sebagaimana dilaporkan Reuters. "Baunya sangat menyengat, Anda harus memakai masker," ia menambahkan.

Tumpukan sampah yang menggunung tersebut memberikan dampak negatif yang merugikan kehidupan masyarakat lokal. Vasana mengatakan untuk mengurangi bau tidak sedap, ia harus mengandalkan pendingin ruangan dan pembersih udara sepanjang hari. Karena hal itu, tagihan listrik yang harus dibayarnya bertambah dua kali lipat. 

Phuket Didatangi 13 Juta Turis Asing

Pulau terbesar di Thailand ini terus berkembang dengan cepat berkat dorongan pariwisatanya. Tidak hanya itu, sektor ini turut menjadi penyumbang utama ekonomi Negeri Gajah Putih. Pada 2024, Thailand didatangi wisatawan asing sebanyak 35,5 juta kunjungan. Negara itu mencatat sekitar 13 juta turis asing datang untuk berlibur ke Phuket.

"Pertumbuhan kota (Phuket) jauh lebih pesat dari yang seharusnya," kata Suppachoke Laongphet, Wakil Wali Kota Phuket.

Lonjakan jumlah pelancong dan pembangunan konstruksi yang terus berlanjut ikut menambah volume sampah hingga melebihi batas dari sebelum adanya pandemi Corona. 

Pangkas Produksi Sampah

Agar volume sampah di pulau ini berkurang, pihak berwenang berencana untuk memangkas produksi sampah hingga 15 persen dalam kurun waktu enam bulan. Upaya lain yang dilakukan pemerintah setempat ialah memperluas area pembuangan sampah, dan akan dibangun insinerator baru untuk membakar sampah.

Namun, menurut para ahli, solusi yang ditawarkan pemerintah bukan solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis sampah di Phuket.

"Jika hanya terus memperluas insinerator limbah, saya rasa itu bukan satu-satunya solusi," kata Panate Manomaivibool, asisten profesor pengelolaan limbah Universitas Burapha. 

Solusi yang diberikan pemerintah lebih berorientasi pada mencari tempat lain untuk membuang sampah yang lebih berisiko menambah gunungan sampah yang semakin mengganggu.

"Mereka perlu fokus pada pengurangan dan pemisahan limbah," kata Panate.

Ambisi jadi Objek Wisata Berkelanjutan

Dengan ambisi menjadi objek wisata yang berkelanjutan pada 2026, Thailand harus dihadapkan pada masalah sampah yang semakin tidak terbendung. Negara ini menghadapi tantangan besar untuk menyeimbangkan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Tingginya angka wisatawan asing yang datang menjadi sumber utama pendapatan negara, namun Thailand harus mengalami dampak buruk dari pariwisata itu sendiri. 

Pengelolaan sampah yang terus menggunung menjadi tugas yang harus diselesaikan agar objek wisata berkelanjutan bisa segera direalisasikan. Sebab, sampah-sampah yang ditumpuk dan berserakan di pantai dikeluhkan oleh wisatawan. Limbah tersebut selain mengeluarkan bau tidak sedap juga mengganggu pemandangan alam dan merusak lingkungan. Dalam mengatasi masalah ini perlu bantuan semua pihak termasuk pemilik akomodasi sampai wisatawan, agar keindahan alam Phuket tetap terjaga dan bisa terus dinikmati.

NIA NUR FADILLAH | REUTERS

Mila Novita

Mila Novita

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus