Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Perbukitan Menoreh akan didaftarkan menjadi cagar biosfer dunia ke UNESCO pada September 2019. Pendaftaran cagar biosfer itu dibahas dalam pertemuan antara perwakilan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI dengan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa 2 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Komite Nasional Man and Biosphere UNESCO Indonesia yang juga Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati mengatakan pihaknya menemui Pemda DI Yogyakarta untuk membahas usulan program cagar biosfer tersebut.
Musababnya, dukungan dan komitmen berkelanjutan pemerintah daerah di kawasan cagar biosfer dibutuhkan sehingga sidang Man and The Biosphere Programme International Coordinating Council (MAB-ICC) UNESCO tahun 2020 dapat meyakini dan menyetujui penetapan cagar biosfer itu.
"Semua pihak yang ada di kawasan cagar biosfer diharapkan mendukung untuk pengelolaan multi pihak secara berkelanjutan," ujar Enny seusai bertemu Sultan. Cagar biosfer, dia menjelaskan, meliputi wilayah di dua provinsi, yakni DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, serta sembilan kabupaten.
Program pengusulan cagar bioafer ini telah dirancang dan disiapkan selama dua tahun terakhir. Jika disetujui dalam sidang UNESCO, maka Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Perbukitan Menoreh menjadi cagar biosfer pertama untuk kawasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, dan menjadi yang ke-17 di Indonesia.
Usulan program penetapan cagar biosfer ini, Enny melanjutkan, wajib dilengkapi rencana pengelolaan selama 10 tahun ke depan. Management plan yang disusun pun wajib melibatkan berbagai sektor pemerintah yang menangani, yakni infrastruktur, lingkungan, dan pariwisata.
Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Perbukitan Menoreh dipilih karena syarat cagar biosfernya dianggap terpenuhi. Antara lain memiliki keunikan bio diversity, bio geografi, kultur, serta ekosistem. Flora dan fauna yang unik untuk menjadi cagar biosfer juga harus memiliki potensi pengembangan berkelanjutan serta sumber daya logistik dan riset memadai.