Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Hanung Tanggapi Soal Petisi Tolak Iqbaal Ramadhan Perankan Minke

Peran Minke di film Bumi Manusia yang jatuh ke tangan Iqbaal Ramadhan rupanya menuai pro-kontra. Hanung Bramantyo beberkan alasan pemilihan Iqbaal

27 Mei 2018 | 18.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bumi Manusia 3: Sutradara Hanung Bramantyo memotong tumpeng untuk pemeran Annelies, Mawar Eva de Jongh menandai akan dimulainya syuting film Bumi Manusia pada Juli mendatang di Studio Alam Gamplong, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Kamis, 24 Mei 2018 malam. (Tempo/Pito Agustin)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Peran Minke di film Bumi Manusia yang jatuh ke tangan Iqbaal Ramadhan rupanya menuai pro-kontra. Banyak alasan yang dibeberkan khususnya oleh para warganet soal layak atau tak layaknya pemeran Dilan itu untuk memerankan salah satu karakter kuat karangan Pramoedya Ananta Toer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahkan muncul petisi online yang digagas warganet bernama Ady Gilang. Ia mengajukan sebuah petisi kepada Falcon Pictures melalui change.org. “24 Mei 2018 malam hari, Falcon pictures mengumumkan cast untuk film Bumi Manusia. Mereka mengdapuk Iqbal sebagai pemeran Minke,” tulis Ady dalam pengantar petisi yang ia buat.

Ia lanjut menuturkan, bahwa petisi tersebut dibuat bukan berarti ia membenci atau tak menyukai sosok Iqbaal Ramadhan. Alasannya lebih pada tak ditemukannya aura sosok Minke di seorang Iqbaal. “Iqbal sudah menjadi sosok yang begitu pas untuk menjadi Dilan, dan identitas itu sungguh melekat tak bisa dipisahkan.”

Masih dalam tulisan yang sama, Ady mengkhawatirkan pemilihan Iqbaal sebagai pemeran Minke hanya sebagai pancingan agar bisa memperoleh jumlah penonton yang tinggi lantaran melihat animo masyarakat terutama kalangan muda yang menggandrunginya. Selain itu kekhawatiran lainnya adalah fokus cerita yang bakal digarap hanya akan mengangkat soal kisah cinta Minke-Annelies.

Anak Pram, Astuti Ananta Toer (kiri) menyerahkan novel Bumi Manusia karya ayahnya kepada Produser Falcon Pictures, Frederica di Studio Alam Gamplong, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Kamis, 24 Mei 2018 malam. TEMPO/Pito Agustin

Menanggapi hal itu, sutradara film Bumi Manusia, Hanung Bramantyo menuturkan kalau memfilmkan novel dengan pembaca sebanyak novel Bumi Manusia memang bukan hal mudah. Ia harus bergulat dengan upaya memenuhi ekspektasi pembaca serta imajinasi yang terbentuk setelah membaca karya tersebut.

Namun menurut Hanung, patut diingat kalau novel dan film jelas dua medium berbeda. Keduanya sama-sama berkewajiban menyuguhkan impresi emosi yang dalam dan actual, namun penyikapan pembaca dan penonton terhdap dua karya itu pasti berbeda.

“Ketika pembaca sedang membaca Novel, tidak ada tuntutan untuk harus selesai membacanya dalam waktu 3 jam. Sedangkan dalam Film, penonton harus menyelesaikannya dalam 3 jam,” tutur Hanung kepada Tempo, Ahad 27 Mei 2018.

Ia menambahkan, malah kalau bisa selama 3 jam itu penonton mereka tak sempat menikmati pop corn yang mereka beli karena terbius dengan imaji yang ditampilkan dalam layar. “Seorang sutradara dianggap gagal justru ketika penonton di pertengahan Film sibuk dengan Hp, Pop Corn, bahkan keluar bioskop. Sangat berbeda dengan ketika membaca Novel.”

Terkait pemilihan aktor utama, menetapkan sosok Iqbaal Ramadhan sebagai Minke tak berdasar pada keberhasilannya bermain di film Dilan. “Jauh sebelum Dilan dirilis, saya sudah bertemu Iqbal,” kata Hanung.

Kepada Iqbaal Hanung sempat menanyakan beberapa hal soal Bumi Manusia. Rupanya Iqbaal sudah pernah membaca karya tersebut karena menjadi salah satu tugas sekolahnya. “ Kami lantas berbicara panjang lebar tentang novel itu lebih jauh. Tanpa sama sekali menawarkan kepadanya peran Minke. Saya tidak ingin gegabah menawarkan sesuatu yang berat dan agung itu kepadanya.”

Pengalaman Iqbaal Ramadhan sekolah di luar negeri, hidup sebagai minoritas, serta berkompetisi dengan anak-anak muda seusianya dari berbagai macam dunia, menjadi catatan penting bagi Hanung. Apa yang dijalani Iqbaal menurutnya tak mudah. Belum lagi sebelumnya juga, latar belakang Iqbaal sebagai mantan personel boyband sempat dipandang sinis beberapa penggemar novel Dilan yang tak rela karakter ciptaan Pidi Baiq itu diperankan olehnya.

Hanung menjelaskan maksud dia soal Iqbaal yang tak perlu lagi membaca Bumi Manusia untuk memahami Minke. Menurutnya, saat sebuah peran disematkan kepadanya, maka ia sudah menjadi sosok tersebut. “ Tugas saya justru memberikan iqbal isi kepala Minke. Iqbal harus membaca karya Multatuli, Snough Hurgonye, Tolstoy, Marx, Shakespeare. Bahkan Babad Tanah Jawi, Ronggowarsito,” beber Hanung.

Bagi Hanung, seni peran bukan hanya soal apa yang diucapkan, namun apa yang tidak diucapkan atau disebut juga inner acting.

Ini jadi tantangan baru bagi Iqbaal untuk kembali membuktikan diri. “Saya percaya dia bisa melakukan itu jika diberikan kesempatan. Tampaknya saat ini kesempatan sulit sekali didapat hanya karena stigma. Tapi saya yakin, baik Iqbal, saya, HB Naveen, Salman Aristo dan seluruh kru tetap memilih untuk terus adil sejak dalam pikiran dan perbuatan. Seperti pesan Pram di Bumi Manusia,” tutup Hanung Bramantyo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus