Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta mengimbau warga juga wisatawan yang berkunjung tetap waspada dan memperhatikan keselamatan terkait potensi bencana akibat cuaca ekstrem awal tahun ini. Imbauan itu menyusul perpanjangan status siaga darurat bencana hidrometeorologi yang ditetapkan Pemerintah Kota Yogyakarta hingga 28 Februari 2025 mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Seluruh wilayah kota masih berada dalam periode rawan bencana hidrometeorologi," kata Ketua Tim Kerja Pencegahan Dan Kesiapsiagaan Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan Dan Data Informasi Komunikasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta Darmanto, Selasa 7 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Darmanto mengungkapkan selama periode Oktober hingga Desember 2024, tercatat 50 lebih kejadian bencana di Kota Yogyakarta. Insiden itu meliputi atap bangunan roboh, talud longsor atau retak, dan pohon tumbang.
Meskipun sejauh ini belum ada kawasan destinasi yang operasionalnya terdampak cuaca ekstrem, namun Kota Yogyakarta sebagai salah satu pusat kunjungan wisata yang senantiasa ramai tetap mengantisipasi berbagai potensi.
"Cuaca ekstrem saat ini tidak hanya meningkatkan risiko banjir dan longsor, tetapi juga kerusakan akibat angin kencang dan pohon tumbang, terutama di area padat penduduk,” kata Darmanto.
Pemerintah Kota Yogyakarta, kata Darmanto, memperpanjang status siaga darurat bencana dengan beberapa pertimbangan. Salah satunya terkait edaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, yang memprediksi jika curah hujan Januari hingga Maret 2025 berada pada kriteria menengah hingga sangat tinggi. Hingga mencapai 201–500 mm per bulan.
Semenatara puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Februari 2025, dengan risiko meningkatnya bencana hidrometeorologi seperti banjir, talud longsor, angin kencang, dan pohon tumbang. "Kami tetap mengoperasikan Posko Siaga Darurat Hidrometeorologi di Kantor BPBD Kota Yogyakarta hingga akhir masa status siaga darurat bencana," kata dia. Posko yang juga melibatkan Kampung Tangguh Bencana atau KTB itu berfokus pada penanganan cepat dan mitigasi, termasuk distribusi bantuan darurat.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Noviar Rahmad menyatakan perpanjangan status siaga darurat juga telah diterapkan di tingkat provinsi. "Jika sebelumnya status itu berakhir pada 2 Januari 2025, kami putuskan perpanjang hingga 3 Februari 2025 untuk tingkat DIY," kata dia.
Perpanjangan status siaga darurat ini, kata Noviar, karena adanya laporan dari BMKG jika bibit siklon tropis 98S dapat memicu gelombang tinggi di Samudra Hindia selatan Jawa Timur dan Bali serta cuaca buruk di wilayah Jawa.
BPBD DIY sendiri mencatat sejak Oktober 2024 hingga awal Januari 2025 ini sudah terdapat 377 titik longsor yang tersebar di lima kabupaten/kota se DIY. Baik di Kabupaten Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. "Kami mencatat ada 262 kejadian cuaca ekstrem dan 27 kejadian banjir sepanjang tahun 2024," kata dia.