Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ini yang Dilakukan Pilot jika Menerima Ancaman Bom dalam Penerbangan

Ada juga prosedur khusus yang tidak boleh diketahui umum demi keselamatan penerbangan. Namun, secara umum, setiap ancaman bom ditangani dengan serius.

1 Desember 2024 | 20.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pesawat (Pixabay)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan bom palsu di bandara atau pesawat semakin meresahkan. Di India, maskapai penerbangan menerima 999 ancaman bom palsu sepanjang 2024. Jumlah ini 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun lalu, menurut Murlidhar Mohol, wakil menteri penerbangan sipil India, pada Kamis, 28 November 2024. Pekan lalu, seorang warga Singapura ditangkap karena diduga membuat ancaman bom palsu di Bandara Internasional Don Mueang Bangkok. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Laporan tentang bom di bandara atau pesawat akan ditanggapi serius oleh pihak berwenang. Penanganannya membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Jika pesawat masih di bandara, semua penumpang dan bagasi dalam pesawat diturunkan untuk diperiksa mendatil satu per satu. Pesawat juga akan diperiksa untuk memastikan semua aman. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lalu, bagaimana jika laporan bom palsu diterima dalam penerbangan? Reuters menulis beberapa prosedur umum yang dilakukan pilot. Ada juga prosedur khusus yang tidak boleh diketahui umum demi alasan keselamatan. Namun, secara umum, setiap ancaman bom ditangani dengan serius.

1. Pilot dapat peringatan bom

Peringatan atau ancaman bom yang diterima pilot atau petugas dapat datang dari mana saja, seperti penumpang di dalam pesawat atau melalui media sosial.

2. Aktivasi darurat

Pilot akan mengirimkan kode 7700 melalui transponder pesawat--pemancar radio yang memungkinkan kontrol lalu lintas udara melacaknya--atau pengontrol darat akan mengeluarkan perintah ke pesawat. Setelah kode 7700 diaktifkan, pilot bertanggung jawab penuh atas langkah selanjutnya, dimulai dengan mencari bandara aman di dekatnya.

3. Kurangi ketinggian

Langkah awal lainnya adalah mengurangi ketinggian pesawat sehingga jika tekanan kabin hilang, atmosfer tidak terlalu tipis untuk dihirup penumpang.

4. Tetapkan area aman di sekitar pesawat

Kontrol lalu lintas udara akan memprioritaskan area pendekatan dan rute pesawat, sekaligus memastikan area aman yang jelas di sekitarnya.

5. Mengerahkan jet tempur

Beberapa negara mengerahkan jet militer untuk mengawal pesawat hingga mendarat. Misalnya, Singapura mengirim dua jet tempur F-15SG untuk mengawal penerbangan Air India pada 15 Oktober setelah adanya ancaman bom. 

6. Pendaratan darurat di bandara terdekat

Pilot perlu melakukan pendaratan darurat dengan aman. Bandara mana pun dapat digunakan asalkan landasan pacu dapat menampung ukuran pesawat. Biasanya tujuan utamanya adalah bandara terdekat.

7. Menempatkan pesawat di area terpencil 

Bandara memiliki protokol berbeda untuk penanganan ancaman bom. Layanan darurat bisa dilakukan untuk memindahkan pesawat ke bagian bandara yang terpencil.

8. Mengalihkan penerbangan 

Penerbangan dialihkan dari tujuan awal. Setidaknya dalam dua insiden di India, jet tempur angkatan udara digunakan, di Inggris dan Singapura. Pesawat-pesawat itu dibawa ke jalur penerbangan melingkar yang jauh dari bandara tujuan.

Setelah ancaman bom, penerbangan IndiGo 162 dialihkan ke Hyderabad dalam perjalanannya dari negara bagian resor Goa ke kota timur Kolkata. Jalur penerbangan menunjukkan pesawat itu dibawa ke daerah terpencil di bandara, jauh dari terminal utama dan bangunan-bangunan lainnya. Pesawat itu juga dikelilingi oleh kendaraan darurat saat mendarat. Pesawat itu diizinkan melanjutkan perjalanan sekitar empat jam kemudian.

9. Penundaan penerbangan

Protokol keamanan sering kali membuat keberangkatan tertunda saat pesawat masih di darat. Namun jika sudah mengudara, ancaman tersebut dapat membuat penerbangan dialihkan. Ini juga menyebabkan penundaan keberangkatan.

Dalam beberapa kasus, maskapai penerbangan akan mengatur pergantian pesawat, seperti dalam kasus Penerbangan 127 Air India dari Delhi ke Chicago yang mendarat di bandara terpencil Kanada pada tanggal 15 Oktober. Para penumpang diangkut dengan pesawar Angkatan Udara Kanada setelah terlantar selama lebih dari 18 jam.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus