Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Investasi Hijau Agar Papua dan Papua Barat Jadi Ekowisata Dunia

Pemerintah mengundang investasi hijau di Papua dan Papua Barat, agar alamnya tetap terpelihara dan bisa menjadi ekowisata kelas dunia.

28 Februari 2020 | 21.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Burung Cendrawasih di Hutan Nonggou di Distrik Sausapor Papua Barat (dok. Kemenpar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hutan-hutan Papua merupakan salah satu yang masih terpelihara dengan baik, saat provinsi lain harus berhadapan dengan deforestasi. Maka, pengembangan sektor pariwisata di Provinsi Papua dan Papua Barat harus memperhatikan konsep ramah lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan konsep itu, Bumi Cendrawasih bisa menjadi destinasi ekowisata terbaik dunia. Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo  saat menghadiri "Forum High Level Meeting on Green Investment For Papua and West Papua" di Sorong, Papua Barat, Kamis (27/2/2020).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan, keanekaragaman yang dimiliki Papua dan Papua Barat harus dipelihara dan dimanfaatkan dengan memperhatikan aspek kelestariannya. Salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah memastikan pengembangannya dilakukan dengan investasi hijau/berkelanjutan.

“Sebagai rumah dari setengah biodiversitas negeri, pengembangan ekowisata di Papua dan Papua Barat dapat membawa dampak positif, di antaranya peningkatan kehidupan masyarakat setempat, serta melahirkan wirausaha-wirausaha baru,” kata Angela. 
 
Lebih lanjut ia mengatakan, kekayaan dan keindahan alam di Papua dan Papua Barat harus sama-sama dijaga oleh semua stakeholder, baik pemerintah pusat, swasta, kelompok adat, kelompok agama, kelompok pemuda hingga masyarakat. 
 
“Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki potensi yang besar untuk menjadi salah satu destinasi ekowisata terbaik dunia. Komitmen dan sinergi dari pemerintah pusat, daerah, beserta sektor swasta dan seluruh pemangku kepentingan diperlukan untuk mewujudkannya,” kata Angela. 
 
Dalam Forum Tingkat Tinggi Investasi Hijau tersebut hadir pula Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan dan Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal.
 
Wisatawan berkunjung ke kawasan wisata Piaynemo, di Desa Pam, Kecamatan Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, 22 November 2019. Berkunjung ke Piaynemo, wisatawan harus mendaki sekitar 320 anak tangga dan setibanya dipuncak, wisatawan dapat meihat keindahan gundukan kecil pulau-pulau karst dengan warna laut. TEMPO/Fardi Bestari
 
Pertemuan ini bertujuan menjajaki potensi investasi hijau yang bisa mencapai US$200 juta (setara Rp2,8 triliun) dan berdampak pada kesejahteraan 60.000 keluarga di Papua dan Papua Barat. Model investasi hijau ini mengikuti prinsip pembangunan berkelanjutan yang inklusif.
 
Pertemuan ini diharapkan menjadi cikal bakal lahirnya solusi inovatif, bagi perlindungan hutan dan pengembangan rantai nilai potensial di Papua dan Papua Barat. 
 
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, konsep investasi hijau yang akan diterapkan di Papua dan Papua Barat dapat memacu pertumbuhan ekonomi di tanah Papua, namun tetap ramah terhadap lingkungan.
 
"Jadi dengan masuknya investasi, masyarakat akan memulai kegiatan ekonomi. Perekonomian akan tumbuh dan orang bisa mendapatkan manfaat sosial darinya, namun investasi yang dilakukan haruslah investasi yang ramah lingkungan," kata Menko Luhut.
 
Konsep investasi hijau dalam tahap awal rencana realisasinya akan menyasar aktivitas Investasi pada hasil pertanian dan perikanan, yang berpotensi untuk dieskspor, serta sektor ekowisata. Adapun beberapa komoditas yang akan dikembangkan antara lain tanaman kopi, pala, dan kakao. 
 
Pria Suku Dani dari Lembah Baliem, Papua. Rully Kesuma
 
Tidak hanya itu, rencana pengelolaan karbon kredit Indonesia juga menjadi salah satu bahasan dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut yang nantinya akan ditangani langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).  
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus