Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sudah sepekan lebih Yogyakarta diwarnai situasi darurat sampah pasca Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Piyungan ditutup karena overload. Dampaknya, sampah rumah tangga di tiga wilayah baik Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul tak terangkut hingga dibuang sembarangan di berbagai titik tak terkecuali sekitar destinasi wisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Area pasar-pasar tradisional juga tak luput jadi sasaran pembuangan sampah sembarangan orang-orang tak bertanggung jawab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal beberapa pasar tradisional di Kota Yogya seperti Pasar Beringharjo di ujung Jalan Malioboro, Pasar Ngasem, juga Pasar Prawirotaman ramai dikunjungi wisatawan.
"Pedagang pasar sendiri tertib sebenarnya, mereka membawa pulang sendiri sampahnya, tapi ada saja yang buang sampahnya dekat pasar," kata Lurah Pasar Beringharjo Yogya, Udiyitno Selasa, 1 Agustus 2023.
Pedagang pasar, kata Udiyitno, membawa pulang sampahnya sendiri setelah melalui proses pemilahan antara sampah anorganik dan organik.
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Perdagangan telah menginstruksikan membawa pulang sampah itu bagi pedagang demi menjaga kenyamanan pasar tradisional yang selama ini sudah terjaga.
"Kalau pedagang sayur atau buah biasanya sampah organik dibawa pulang untuk makan ternak atau pupuk, jadi situasi di dalam pasar tetap terjaga bersih," kata dia.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Veronica Ambar Ismuwardani mengatakan ada 29 pasar tradisional di Kota Yogyakarta yang seluruh pedagangnya diminta membawa pulang sendiri sampahnya.
"Dengan gerakan bawa pulang sampah ini mampu menurunkan jumlah sampah residu di pasar tradisional dari 17 ton per hari menjadi 7,5 ton per hari," kata Ambar.
Pengelolaan sampah anorganik maupun organik di pasar tradisional itu sendiri sudah dilakukan sejak awal tahun 2023 sesuai dengan Surat Edaran Wali Kota Yogyakarta tentang Gerakan Zero Sampah Anorganik.
Untuk menekan sampah dari pasar tradisional, Ambar mengatakan pemerintah juga membuat beberapa biopori di beberapa pasar yang memungkinkan. Seperti Pasar Terban, Pasar Pasty, dan Pasar Giwangan.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko mengatakan para pelaku pariwisata diwajibkan pula mengelola sampahnya agar destinasi yang jadi wilayah operasionalnya tetap nyaman dan terjaga bersih.
"Pelaku wisata terutama pengelola wajib melakukan pemilahan sampah secara kontinyu," kata dia.
Sampah yang boleh dibuang, kata Wahyu, hanya yang benar-benar residu alias tidak bisa diolah lagi dan tidak bernilai ekonomi. Hingga awal pekan ini, tumpukan sampah masih terlihat seperti di Alun Alun Selatan (Kidul), juga pinggir ruas -ruas jalan menuju Malioboro seperti Jalan K.H. Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
PRIBADI WICAKSONO