Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Perayaan Tahun Baru Imlek 2025 di Palembang pada Rabu, 29 Januari 2025 mendatang, sudah mulai dipersiapkan. Terutama di Klenteng Chandra Nadi (Soei Goeat Kiong) atau yang akrab disebut Klenteng Dewi Kwam Im.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Klenteng Dewi Kwam Im merupakan klenteng tertua di Palembang yang sudah berdiri sejak tahun 1773. Klenteng yang berlokasi di Kelurahan 9/10 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu (SU) I, Kota Palembang itu, sudah dihiasi dengan ratusan lampion dengan warna merah di sisi depan kelenteng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tahun ini, kami telah memasang sekitar 550 lampion di pelataran parkir klenteng," kata Pengurus Klenteng Dewi Kwam Im, Suwardi Kasim saat ditemui Tempo pada Kamis, 23 Januari 2025.
Suwardi mengatakan, jumlah lampion yang dipasang tahun ini sangat sedikit, jika dibandingkan dengan tahun kemarin, yang mencapai tiga ribu lampion. Alasan jumlah lampion tersebut berkurang karena terdapat banyak lampion yang mati saat malam perayaan.
"Tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Kami menghindari lampion yang rusak di luar kelenteng," kata dia.
Suwardi menambahkan, selain memasang lampion, dia dan pengurus lainnya tengah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut umat yang akan beribadah dan menyambut tahun baru dengan shio Ular Kayu Yin.
"Lampion sudah terpasang. Saat ini kami masih dalam tahap pembersihan (pelataran) kelenteng," kata Swardi.
Suasana Klenteng Dewi Kwam Im yang terletak di Kelurahan 9/10 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu (SU) I, Kota Palembang, menjelang perayaan tahun baru Imlek 2025. Kamis, 23 Januari 2025. TEMPO/Yuni Rahmawati
Saat Tempo mencoba masuk ke dalam klenteng, persiapan tengah dilakukan, mulai dari membasuh rupang atau patung-patung, sembari para umat Tionghoa berdatangan untuk sembahyang.
Wakil Ketua Pengurus, Tjik Harun mengatakan, sebelumnya pengurus telah menghantar dewa dan dewi ke langit untuk melaporkan kegiatan selama satu tahun, sehingga proses bersih-bersih rupang bisa dilakukan.
"Karena sudah kita hantarkan ke langit, artinya rupang sudah kosong, dan saatnya kita bersihkan, dan kita ganti bajunya. Kurang lebih ada seratus yang kita bersihkan," kata Harun.
Harun juga mengatakan, proses Imlek cukup panjang. Saat malam menjelang Imlek, para umat akan melakukan sembahyang kepada leluhur dan dewa-dewi yang ada di rumah, dilanjutkan makan malam bersama. "Disitu puncak ajang silaturahmi bersama keluarga," kata Harun, sebelum memasuki rangkaian Imlek selanjutnya, hingga Cap Go Meh.
Terakhir, ia berharap agar Imlek tahun ini lebih banyak kebahagiaan dan keberkahan. "Harapannya normatif ya, semoga di tahun ini kita lebih baik, lebih bijak dan membuang sifat-sifat buruk," katanya.
Pilihan editor: Merayakan Imlek di 5 Destinasi Wisata ini di Medan