Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puncak Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya di Papua menjadi sorotan setelah dua pendaki wanita asal Jakarta, Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia saat mendaki gunung tersebut. Mereka mengalami hipotermia di tengah perjalanan menuju puncak yang terkenal sebagai salah satu dari Seven Summits Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar duka ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Rahman Mukhlis, pada Sabtu pagi, 1 Maret 2025. Menurutnya, kedua jenazah berhasil diturunkan hingga Lembah Kuning pada sore harinya, sementara proses evakuasi lebih lanjut dijadwalkan berlangsung pada Senin, 3 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mengonfirmasi bahwa jenazah Elsa Laksono telah berhasil dievakuasi dengan helikopter, sementara evakuasi Lilie Wijayati masih menunggu proses lebih lanjut.
Mengenal Puncak Carstensz
Puncak Carstensz Pyramid merupakan salah satu keajaiban alam di Papua. Meski berada di wilayah tropis, puncaknya diselimuti salju abadi yang semakin menipis akibat perubahan iklim. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2016 hingga 2022, ketebalan es di kawasan ini berkurang sekitar 2,5 meter setiap tahun. Pada 2022, luas tutupan es hanya tersisa sekitar 0,23 kilometer persegi dan terus mengalami pencairan.
Sejarah penamaan puncak ini berawal dari penjelajah Belanda, Jan Carstenszoon, yang pertama kali mencatat keberadaan gunung bersalju di Papua pada tahun 1623. Temuannya sempat diragukan karena wilayah tersebut dikenal sebagai daerah tropis. Pada 1963, ketika Papua resmi bergabung dengan Indonesia, puncak ini sempat dinamai Puncak Soekarno sebelum akhirnya berganti menjadi Puncak Jaya. Namun, di kalangan pendaki internasional, nama Carstensz Pyramid tetap digunakan.
Gunung ini juga memiliki status istimewa sebagai bagian dari World Seven Summits, yaitu tujuh puncak tertinggi di setiap benua. Dalam daftar ini, Puncak Carstensz mewakili wilayah Oseania, bersama dengan Kilimanjaro di Afrika, Elbrus di Eropa, Denali di Amerika Utara, Aconcagua di Amerika Selatan, Everest di Asia, dan Vinson Massif di Antartika.
Sejarah pendakian Puncak Jaya mencatat ekspedisi pertama yang berhasil mencapai puncak ini dilakukan oleh Heinrich Harrer pada 1962. Pendaki Austria ini memimpin sebuah tim yang terdiri dari Robert Philip Temple, Russell Kippax, dan Albertus Huizenga. Philip Temple dari Selandia Baru, yang sebelumnya telah mengeksplorasi jalur ke puncak ini, akhirnya bergabung dalam ekspedisi Harrer sebagai penunjuk jalan. Meskipun perannya penting, nama yang lebih dikenal dalam sejarah pendakian tetaplah Heinrich Harrer.
Medan pendakian ke Puncak Carstensz terkenal sulit dan memerlukan keahlian panjat tebing yang mumpuni. Pendaki harus menguasai teknik rappelling, penggunaan tali tetap, serta kemampuan bergerak di medan berbatu. Ada beberapa jalur pendakian yang biasa digunakan, di antaranya melalui Timika menuju Kampung Dolinokogo (Tsinga) dan Carstensz Selatan, atau melalui Nabire menuju Ilaga dan Carstensz Utara. Alternatif lainnya adalah jalur dari Nabire ke Sugapa yang kemudian melewati Kampung Ugimba atau Zakumba menuju Puncak Carstensz.
Mila Novita dan Raden Putri Alpadillah Ginanjar berkontribusi dalam penulisan artikel ini.