Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ke Lombok Tengah, Jangan Lupa Beli Oleh-oleh dari Desa Adat Ini

Lombok, pulau yang digaungkan sebagai destinasi halal oleh Kementerian Pariwisata, belakangan telah berbenah menambah amenitas

20 Januari 2018 | 08.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang perempuan berusia 19 tahun sedang memintal benang di depan bale tani, Desa Adat Sade, Lombok Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Lombok - Lombok, pulau yang digaungkan sebagai destinasi halal oleh Kementerian Pariwisata, belakangan telah berbenah menambah amenitas (fasilitas wisata). Salah satunya adalah penyediaan oleh-oleh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kalau dulu pelancong cuma kenal mutiara untuk dibawa pulang, kini pulau yang jadi ekor barat daya NTB itu punya sederet produk buah tangan alternatif. Misalnya beberapa suvenir berikut ini, yang dijajakan penduduk lokal di Desa Adat Sade, Lombok Tengah--perkampungan adat yang jaraknya 12 kilometer dari Bandara Internasional Lombok.

  1. Kain Tenun

Ini menarik. Ketika berkunjung ke Desa Adat Sade, pelancong bakal melewati lorong-lorong rumah warga. Rumah tersebut dijuluki bale tani. Di beranda hampir semua bale, para ibu menunjukkan atraksi menenun kain secara manual. Tentu dengan alat pembuat kain tenun yang sederhana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kain yang sudah jadi lalu digantung di atap beranda. Ukurannya macam-macam. Mulai yang lebarnya hanya 30 sentimeter—yang bisa dipakai untuk scarf—, hingga 2 meter yang dapat digunakan menjadi sarung.

Motifnya pun beragam. Namun yang paling khas adalah kain dengan motif pucuk rebung. Motif ini menggambarkan keadaan geografis Pulau Lombok yang berbukit dan bergunung. Kain songket dijual kepada pelancong sebagai buah tangan. Harganya bervariasi, mulai Rp 100 ribu. Semua tergantung ukuran dan motifnya.

     2. Kalung Koin KunoKalung-kalung koin kuno yang dipamerkan di depan bale tani, Desa Adat Sade, Lombok Barat. Tempo/ Francisca Christy Rosana

Sekilas koin yang ditawarkan di sini tak terlihat berbeda dengan kalung koin lawas yang dijual di kawasan pasar barang antik Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, atau Pasar Klitikan, Pakuncen, Yogyakarta. Namun ada satu yang membuat kalung koin kuno di Desa Sade tampak otentik: benang kalungnya.

Kalung ini terbikin dari sisa-sisa benang kain tenun. Sama dengan bahan yang digunakan untuk membuat gelang Sasak. Maka itu, penampilannya tampak lebih eksotis. Kalung koin kuno dijual mulai Rp 30 ribu. Tentu bisa lebih murah bila pengunjung menawar.

     3. Gelang Sasak

Disebut juga gelang tenun. Aksesori untuk tangan ini digubah dari benang-benang yang sama bahannya dengan komponen utama pembuat songket. Bentuknya seperti lingkaran lilitan benang yang cukup tebal. Ronanya warna-warni.

Juga ada yang bermotif. Motifnya berasal dari modifikasi percampuran benang beragam warna. Gelang ini rata-rata dijual Rp 10 ribu per buah. Bisa lebih murah kalau pelancong mau menawar.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiscus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus