Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Keindahan Kampung Halaman Des Alwi, Anak Angkat Bung Hatta dan Sutan Sjahrir dari Banda Neira

Banda Neira dikenal sebagai salah satu pulau terindah di Indonesia. Ini kampung halaman Des Alwi, anak angkat Bung Hatta dan Sutan Sjahrir.

18 November 2023 | 16.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Banda Neira terkenal akan pesona alamnya yang masih asri dan terjaga dengan baik. Banda Neira merupakan salah satu pulau di Kepulauan Banda, dan merupakan pusat administratif  Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Dilansir dari BPKP Maluku, secara administratif, Banda Neira terbagi dalam 6 desa, yakni Dwiwarna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Rajawali, dan Tanah Rata. Di Indonesia, Banda Neira juga dikenal sebagai daerah asal tokoh berpengaruh, Des Alwi yang dulunya merupakan anak angkat dari Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir saat diasingkan di pulau tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banda Neira memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Tanahnya yang subur menghasilkan berbagai rempah sejak ratusan tahun yang silam. Sedangkan, keindahan alamnnya mampu memukau para wisatawan, terutama para pencinta alam bawah laut. Keindahan dan kekayaan hayati bawah laut Banda Neira merupaan salah satu yang terbaik di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banda Neira dulunya menjadi pusat perdagangan pala dan fuli dunia, karena Kepulauan Banda merupakan satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19. Kota modernnya didirikan oleh anggota VOC yang membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada tahun 1621 dan membawa yang tersisa ke Batavia untuk dijadikan budak. 

Banda Neira bukan sekadar perkampungan biasa yang terletak di Pulau Banda, Maluku. Namun, ada banyak hal yang bisa Anda lakukan di sini, mulai dari wisata budaya hingga wisata alam. Selain itu, Anda juga bisa mengunjungi destinasi wisata sejarah sekaligus budaya dengan berlibur ke Benteng Belgica, Benteng Nassau, Istana Mini, dan bangunan-bangunan kolonial di Banda Neira.

Hal tersebut karena pulau ini dulunya menjadi basis pertahanan tentara VOC, sehingga saat bepergian ke sana, Anda akan banyak menemui gaya bangunan khas Belanda. Simak deretan destinasi wisata di Banda Neira berikut.

1. Gunung Api Banda

Gunung Api Banda terletak di Laut Banda, lautan terdalam di Indonesia. Pulau Gunung Api Banda sebagai salah satu pulau di Kepulauan Laut Banda ini mempunyai ketinggian 0-656 meter dari permukaan laut. Secara administratif pemerintahan Taman Wisata Alam ini termasuk ke dalam Kecamatan Banda, Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tengah.

Dilansir dari laman BKSDA Maluku, berbagai jenis flora termasuk pohon Pala (Myristica fragrans), tertua di Indonesia, Anggrek dan flora lain sebagai hasil suksesi alami. Beberapa jenis fauna khas antara lain Kus-kus (Phalanger orientalis), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), dan Lumba-lumba (Dolphinidae) yang dilindungi Undang-undang. Jika Anda akan berkunjung ke sana, menggunakan kapal PELNI dengan lama perjalanan 16 jam atau dapat menggunakan pesawat udara dengan jadwal 1 kali seminggu.

2. Pulau Sjahrir 

Pulau Pisang merupakan salah satu pulau yang berada di gugusan Kepulauan Banda dan berpenghuni di Maluku. Pulau Pisang hanya memiliki sekitar 50 orang penduduk, satu perkebunan pala dan satu perkebunan kelapa. Nama lain dari pulau ini yakni Pulau Sjahrir, karena pada zaman dahulu Sutan Sjahrir sering mengunjungi pulau ini dan menjadi lokasi favoritnya. 

Salah satu spot terkenal di pulau ini yakni Tanjung Pisang atau dikenal juga dengan Tanjung Serang. Tanjung Pisang layak untuk diselami oleh para pecinta diving. Batas kedalaman maksimum penyelaman di lokasi ini yakni sekitar 25 meter dengan kedalaman rata-rata 8 meter. Tanjung Seram memiliki arus lemah sampai sedang searah pantai dan suhu perairan mulai dari 26°C hingga 29°C.

3. Benteng Belgica

Benteng Belgica meruupakan benteng VOC yang dibangun di atas sebuah bukit dan ditempuh hanya 10 menit berjalan kaki dari Delfica Guest House. Benteng ini berada di sebelah barat daya Pulau Neira dan terletak pada ketinggian 30 meter dari permukaan laut. Posisinya yang strategis, membuat Anda bisa melihat ke segala penjuru pulau. Dahulu, keberadaan Benteng Belgica memudahkan VOC mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Banda.

Dilansir dari Indonesia Travel, Benteng Belgica adalah salah satu benteng Eropa terbesar yang tersisa di Indonesia dan masih memiliki pesona menawan bagi para wisatawan. Rumah-rumah mewah, dan tua sejak masa perkebunan Belanda masih ada, beberapa di antaranya telah direnovasi. Jika dilihat dari atas, benteng ini menyerupai Pentagon di Amerika Serikat. Benteng ini sebelumnya digunakan untuk menampung pemberontakan penduduk setempat yang menentang monopoli perdagangan pala.Kini benteng ini menjadi peninggalan bersejarah dari era kolonial.

4. Rumah Pengasingan Bung Hatta

Dikutip dari laman Kebudayaan Kemdikbud, Rumah Bung Hatta berada di samping penjara atau lapas Banda Neira, tidak jauh dari benteng Belgica dan Nassau. Rumah Hatta terdiri dari tiga bangunan yakni bangunan utama, bangunan belakang dan bangunan samping. Semuanya menggunakan atap seng, bangunan utama atap bertipe perisai dan dua bangunan lain menggunakan tipe pelana. 

Plafon menggunakan papan kayu sedangkan lantainya  menggunakan bahan terakota. Bangunan utama terdiri dari lima ruangan dan dua teras, di depan dan di belakang. Di teras depan terdapat tangga masuk berbentuk seperempat lingkaran di samping kanan-kiri teras. Berpagar menggunakan kayu dengan tinggi 90 cm. Terdapat pintu samping di sebelah kanan dari teras depan. Pada bangunan utama ini dulu digunakan oleh Bung Hatta untuk kegiatan sehari-hari seperti menemui tamu-tamu beliau, menulis, membaca buku, tidur, dan kegiatan lainnya.

5. Rumah Budaya Banda Neira

Rumah ini memamerkan berbagai catatan sejarah dan artefak tentang Banda Neira selama masa era kolonial mulai dari furnitur, lukisan, meriam, dan banyak benda bersejarah lainnya yang menarik. Salah satu hal yang menarik perhatian pecinta sejarah adalah lukisan raksasa tentang pembantaian tokoh-tokoh terkenal di Banda selama pendudukan Belanda pada tahun 1621. Pengunjung akan dibawa ke kehidupan penduduk asli pada masa itu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus