Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Kemeriahan itu Bernama Anggun

Anggun kembali menggelar konser di Jakarta. Konser terbesarnya di ibu kota dalam sepuluh tahun terakhir. Meriah dan sukses sebagai sebuah tontonan.

29 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Anggun C. Sasmi berganti baju empat kali. Ia mengenakan gaun merah tipis untuk menyanyikan, antara lain, Snow on the Sahara. Lagu simpel dengan irama yang dipertegas oleh bas dan drum, serta suara Anggun yang berulang-ulang. Di belakangnya-, band pengiring asal Prancis- yang terus- mengikuti Anggun selama tur internasional. Di depannya, blower yang siap menerbangkan gaun merahnya seka-li-gus memperlihatkan kakinya.

Kamis malam pekan lalu, Anggun C. Sasmi, dalam pertunjukannya yang terbesar di Indonesia sepuluh tahun terakhir ini, memang sering menghampiri blower yang menimbulkan efek sensual itu. Ya, sensualitas bagian terbesar pertunjukan. Pada penghujung show, manakala menyanyikan lagu-lagu lama yang banyak berirama disko, ia mengenakan setelan celana pendek dan kaus ketat tanpa lengan.

Tapi sensualitas Anggun tak berdiri sendiri. Dalam babak kedua itu penya-nyi sensual ini tampil bersama kelom-pok musik gesek asal Yogyakarta, Saunine, dengan nomor-nomor lama Anggun, seperti Bayang-bayang Ilusi, Laba-laba, Mimpi, Gaya Remaja, serta Takut. Ditata musisi Andy Ayunir, Mimpi mengalir dalam balutan instrumen gesek, tiup, dan piano. Dibuka denting piano Andy Ayunir, di belakangnya gesekan violin dan kontrabas. Lalu tiupan flute dan saksofon mengisi kekosongan, membuat lagu berirama slow rock itu terasa lain—lebih mirip lagu keroncong.

Puncak dari babak itu terjadi ketika- Anggun berduet dengan Candil Seurieus. Penampilan keduanya memba-wakan lagu Takut cukup memukau. Masih diiringi alat-alat musik gesek-nya Saunine, suara Anggun melengking tinggi melantunkan lagu yang pernah populer pada tahun 1990-an itu. Tapi, ketika masuk ke bagian refrainnya, vokal Candil melengking le-bih tinggi di atas Anggun. Dan seketika tepuk riuh dan histeria penonton pun membuncah.

Nama Anggun mulai melambung ketika menelurkan album keduanya, Tua-tua Keladi, sekitar tahun 1990. Single-nya Tua-tua Keladi menjadi hit di sejumlah tangga lagu di Tanah Air. Sejak itu, ia mulai masuk jajaran penyanyi papan atas Indonesia, dan secara berturut-turut—dari 1991 hingga 1993—ia merilis album setiap tahunnya: Anak Putih Abu-abu, Nocturno, dan Anggun C Sasmi...lah!

Pada 1994, terdorong obsesinya untuk- go international, perempuan ke-lahiran Jakarta 29 April 1979 ini memutuskan hijrah ke Prancis. Di ne-geri anggur itu ia bertemu Erick Benzi, seorang produser musik masyhur yang sukses mencetak Celine Dion, yang membawanya ke dapur rekaman. Lahirlah album Au Nom de Lune dengan single hit-nya Snow on the Sahara—yang kemudian kian merentangkan jalan penyanyi berdarah Jawa itu meraih obsesinya.

Album itu laku keras dan melejitkan nama Anggun tak hanya di Prancis tapi juga di sejumlah negara di Eropa. Lagu Snow on the Sahara menjadi hit nomor satu di Italia, Swiss, Spanyol-, dan beberapa negara Asia Timur. Di Indonesia, album internasional pertama-nya itu terjual lebih dari satu juta keping. Kesuksesan itu diikuti pula album berikutnya, Desirs Contraires atawa Chrysalis. Dua albumnya itu mengantarkannya menyabet berbagai penghargaan, antara lain The Women Inspire Award, French Music Awards, Diamond Award, dan The Cosmopolitan Asia Women Award.

Dan konser tunggalnya malam itu merupakan rangkaian promo tur album- terbarunya, Luminescence. Sebagi-an- besar dari 22 komposisi yang diba-wa-kan Anggun dalam konser kedua di Indonesia sejak tahun 2000 itu bersyair bahasa Inggris dan Prancis. Secara keseluruhan, konser itu cukup memukau—setidaknya dari sisi bisnis hiburan. Sekitar 4.500 lembar tiketnya—dibanderol mulai Rp 150 hingga Rp 750 ribu—ludes kira-kira sepekan sebelum konser digelar. ”Bagi saya, ini konser terpen-ting saya di Indonesia,” kata Anggun, bibirnya tersenyum lebar.

Nurdin Kalim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus