Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Penakluk Bom Van Bandung

LIPI membuat prototipe robot penjinak bom. Lebih murah dan lebih hebat daripada produk impor.

29 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI itu sepotong bom tergeletak- di siang bolong. Meski tanpa -sumbu, sang calon pembunuh itu tetap mendatangkan teror. Ada kabel-kabel pemicu. Orang tahu, bom seperti ini bisa saja dikendalikan dari jarak jauh. Dan hanya dalam hitungan menit, benda itu akan meledak. Api dan logam bisa mencopot batang betis orang yang ada di ruangan itu.

Di ruangan yang lengang itu tiba-tiba melaju sebuah kotak hitam. Tanpa derum- suara mesin, mobil mini dengan panjang semeter itu meluncur. Sebuah lengan berkamera di atasnya bergerak-gerak mencari sesuatu. Setelah berjalan sekitar 20 meter, akhirnya ia menemukan targetnya: bom. Berlomba dengan waktu, kotak beroda itu menurunkan- lengannya dan membuka capitnya. -Hanya dalam hitungan detik, ”Krek,” kabel berdiameter dua milimeter itu terpotong.

Adegan itu bukanlah aksi penjinak bom di negeri seribu bom, Palestina. Bukan pula adegan film laga Tom Cruise terbaru: Mission Impossible III. Itu adalah video adegan simulasi penjinakan bom di Bursa Industri Pertahanan. Dan sang aktor adalah mobil baru buatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Morollipi. Inilah mobil penjinak bom pertama made in Indonesia. Adegan itu membuat banyak perwira yang menyaksikan tayangan itu manggut-manggut. ”Meski belum membeli, mereka sangat tertarik,” kata Estiko Rijanto, peneliti yang menelurkan mobil langka itu.

Hari itu Estiko sangat bahagia. Tentu bukan karena bom bohongan itu tak jadi meledak, tapi kerja keras timnya selama dua setengah tahun akhirnya rampung. Itulah cita-citanya sejak ia pulang ke Indonesia pada 2002, saat bom bunuh diri di Kuta, Bali, 12 Oktober 2002 meleduk dan mencabut nyawa ratusan orang.

Lelaki ini sudah 14 tahun berkutat dengan dunia robot. Ia bahkan meraih gelar doktor di bidang eletronika dan kontrol dari Tokyo University of Agriculture and Technology. Hanya dalam waktu singkat ia telah membikin corat-coret rancangan robot penjinak bom. Proposal riset kemudian diajukan ke LIPI. Gayung bersambut. Usul itu pun disetujui dan masuk ke program riset kompetitif LIPI.

Berkah dari persetujuan itu, mengu-curlah dana riset Rp 200 juta pada 2004. Mulailah peneliti itu bersama lima te-man-nya di LIPI mengutak-atik berba-gai- alat dan bahan di Pusat Peneliti-an Te-naga Listrik dan Mekatronik Ban-dung-—labarotarium ini sebelumnya te-lah menciptakan mobil listrik untuk patroli polisi atau kendaraan di lapangan golf. ”Tidak terlalu sulit, karena di Jepang saya pernah membuat robot pe-main- basket,” kata dia. Pria ini memang pencinta robot setengah mati. Di ru-mahnya, ia memasang sensor, sehingga bila ada orang masuk kamar mandi, lampu otomatis menyala.

Untuk Morollipi, Estiko mengandalkan bahan-bahan dari dalam negeri. Satu-satunya bahan yang masih harus di-impor dari Inggris adalah sabuk karet roda dua muka. Sabuk ini dipakai se-bagai alat bantu robot menaiki tangga. Contohnya, untuk mesin, Estiko menggunakan motor arus searah bertegangan 24 volt dan arus 20 ampere (daya 480 watt). Sumber tenaganya aki biasa. Rodanya cukup pakai roda Vespa. Adapun rangkanya tebuat dari baja agar kukuh. Mobil itu dibalut dengan aluminium.

Tak sampai setahun tim itu mer-am-pung-kan pembuatan kendaraan utama-. -Lengan robot baru selesai setahun kemudian dan langsung mendapat hak paten. Mobil itu kini sudah berfungsi penuh, bisa melaju, memutar lengan, dan memotong kabel. Namun Estiko masih punya impian untuk meningkatkan kemampuan robot itu: menaiki tangga.

Prototipe mobil robot penjinak bom ini mempunyai panjang satu meter, lebar- satu meter, tinggi 90 sentimeter, dan -berat 80 kilogram. Mobil robot ini bisa berjalan dengan kecepatan enam kilo-meter per jam, atau setara dengan- ke-cepatan berjalan orang dewasa. Morollipi- juga mampu menaiki bidang de-ngan kemiringan 27 derajat.

Komponen istimewa robot ini adalah lengannya yang mempunyai derajat- kebebasan lima. Ini hanya setingkat di bawah kemampuan gerak manusia. Dengan begitu, tungkai dapat bergerak ke atas, bawah, kiri, kanan, dan memutar sekaligus. Lengan mempunyai dua tungkai- yang masing-masing panjangnya 70 senti-meter.

Di ujung lengan dipasang pemegang dan pemotong. Di bagian tengah lengan juga disematkan kamera video closed-circuit television (CCTV). Seluruh kendali gerak dan kamera dilakukan dari jarak jauh. Jarak yang bisa dijangkau sampai enam kilometer. Proses pemancaran dan pengiriman sinyal menggunakan frekuensi 1.200 megahertz.

Saat ini, kata Estiko, mobil masih meng-gunakan empat roda, yaitu dua roda peng-gerak di belakang dan dua la-gi roda kemudi di depan. Namun pada Juli mendatang ia berharap sudah mem-peroleh sabuk roda yang sesuai, se-hingga- jumlahnya dapat ditambah menjadi delapan. Dengan penambahan ini, di-pastikan robot penakluk bom van Bandung- itu dapat menaiki tangga, memanfaatkan gerak seperti tank. ”Polri- su-dah memiliki robot penjinak bom impor-, tapi tidak dapat menaiki tangga-,” ujarnya.

Kepolisian memang sudah memiliki enam unit robot penjinak bom sumbang-an Irlandia, Hobo L3A11. Robot ini pernah dipamerkan dalam Kontes Robot Indonesia pada Mei 2005. Sayang, ketika diuji coba robot ini gagal menaiki tangga- pelataran Balairung Universitas Indonesia.

Estiko berani menjamin, produk LIPI lebih murah dibanding robot impor yang men-capai Rp 900 juta per unit. Selain itu, fungsi yang ada di Morollipi dapat disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia. ”Karena kami di Indonesia juga, otomatis perawatannya jadi mudah,” kata bapak dua anak ini.

Satu lagi obsesi Estiko adalah membuat robot ini menjadi otonom. Maksudnya, robot mempunyai keahlian mendeteksi sendiri letak bom, melakukan tindakan atas bom yang ditemukan, dan berkomunikasi dengan stasiun kendali untuk menjinakkan bom. Jadi, tanpa ada perintah, bom langsung dijinakkan.

Tentu saja Estiko bukan satu-satunya- orang yang tergerak membantu kerja polisi dengan membuat robot penjinak bom. Universitas Bhayangkara, Surabaya, pada pertengahan Mei lalu meng-umumkan rencana mereka membuat robot penakluk bom. Rektor Universitas Bhayangkara, Komisaris Besar R. Hardy Bagus, mengatakan bahwa lembaganya tengah mempersiapkan purwarupa robot penjinak bom untuk diikutsertakan dalam Kontes Robot Indonesia. ”Setelah kontes, kami akan bekerja sama dengan Kepolisian Jawa Timur untuk membuat robot penjinak bom,” ujarnya.

Ketua tim robot Adhadi menjelaskan, robot yang akan diikutkan untuk kontes robot di Universitas Indonesia pada 3-4 Juni mendatang itu dibangun dengan biaya Rp 40 juga. Robot itu bisa mengangkat balok dan menyusunnya menjadi menara. Kelak, de-ngan menambah kamera CCTV, detektor logam, sabuk karet, serta selimut baja, robot ini bisa disulap menjadi penjinak bom.

Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI Su-nartoto Gunadi mengatakan, hambatan untuk membangun industri pertahanan yang tangguh adalah kurangnya kemau-an dari pejabat pemerintah. ”Kecende-ru-ngannya hanyalah membeli, tidak mau membuat,” ujarnya.

Padahal, kata dia, LIPI mampu me-ngembangkan teknologi pertahanan. LIPI, misalnya, mampu membuat alat bidik senapan, teropong bidik malam, periskop tank, pengukur jarak laser, sistem penglihatan peluncur roket, dan memperbaiki periskop kapal selam. Akhirnya, semua itu akan berguna bila ada niat baik militer.

Efri Ritonga dan Adi Mawardi (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus