Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktor dan sutradara kenamaan Hollywood, Justin Baldoni menghadapi gugatan dari mantan publisis-nya, Steph Jones, yang diajukan pada Selasa, 24 Desember lalu. Gugatan ini memperkeruh suasana setelah sebelumnya muncul tuduhan serius terhadap Baldoni terkait dugaan kampanye hitam terhadap lawan mainnya dalam film It Ends With Us, Blake Lively.
Kronologi Gugatan Eks Publisis kepada Justin Baldoni
Menurut laporan Variety, Jones—pemilik firma Jonesworks—menuduh Baldoni melanggar kontrak kerja yang mewajibkan pembayaran sebesar US$ 25.000 atau sekitar Rp 392,5 juta per bulan. Baldoni menghentikan kontrak tersebut pada Agustus, hanya beberapa bulan setelah perjanjian satu tahun dimulai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemutusan ini terjadi setelah Jennifer Abel, publisis Jonesworks untuk Baldoni, meninggalkan perusahaan untuk mendirikan firma PR miliknya sendiri. Jones tidak hanya menggugat Baldoni tetapi juga Abel dan publisis lainnya, Melissa Nathan, dengan tuduhan bahwa mereka menjalankan kampanye hitam terhadap Lively tanpa sepengetahuannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hingga saat ini, Abel dan Nathan terus menyalahkan Jones dengan tuduhan palsu setelah perilaku mereka sendiri mulai terungkap, serta mencemarkan nama baik dan menyerang Jones di industri ini," tulis gugatan tersebut.
Dalam gugatannya, Jones juga menuduh Abel telah merencanakan selama berbulan-bulan untuk keluar dari Jonesworks, mencuri klien, dan merusak reputasi perusahaan. Dokumen pengadilan menyebutkan bahwa Jones menemukan bukti kampanye hitam tersebut dari ponsel perusahaan yang digunakan Abel, yang telah diarsipkan secara forensik setelah Abel diberhentikan.
“Abel dan Nathan secara rahasia menjalankan kampanye yang merusak, yang terungkap dengan jelas melalui data ponsel perusahaan setelah Abel diberhentikan,” tulis Jones dalam gugatannya. Menurut Jones, Nathan mendorong Abel keluar dari Jonesworks agar memiliki akses lebih besar ke klien Baldoni dan lainnya. “Skema ini pada akhirnya menimbulkan kerugian besar pada Jones dan Jonesworks,” ungkapnya.
Blake Lively dan Justin Baldoni dalam cuplikan film It Ends with Us. Foto: Sony Pictures.
Tuduhan Pelecehan Seksual terhadap Blake Lively
Permasalahan ini bermula dari gugatan Blake Lively kepada Justin Baldoni dan tim publisisnya, yang diajukan ke California Civil Rights Department pada Jumat, 20 Desember lalu. Dalam gugatan tersebut, Lively menuduh Baldoni melakukan pelecehan seksual di lokasi syuting film It Ends With Us pada 2023. Ia juga menuding tim publisis Baldoni telah mengatur pemberitaan negatif tentang dirinya sebagai balasan atas keluhan pelecehan seksual yang dia alami.
Lively mengklaim bahwa ia telah menyampaikan keluhan tersebut melalui pengacaranya sebelum produksi dilanjutkan tahun ini. Namun, menurut dokumen pengadilan, ketegangan semakin memuncak selama tur promosi film pada musim panas lalu.
Dalam salah satu pesan teks yang terungkap, tim publisis Baldoni dilaporkan mendiskusikan strategi untuk menghancurkan reputasi Lively. Dokumen ini menjadi inti dari gugatan Lively, yang mengungkapkan adanya upaya sistematis untuk membalas keluhan yang ia ajukan terkait pelecehan seksual.
Lively mengajukan gugatannya pada 20 Desember, sehari sebelum The New York Times mempublikasikan laporan investigasi terkait skandal ini. Gugatan tersebut menyertakan ribuan halaman dokumen, termasuk pesan teks dan email. Menanggapi klaim bahwa pesan-pesan tersebut bocor, tim hukum Lively menegaskan bahwa semua dokumen diperoleh secara sah.
“Dokumen internal yang disebutkan dalam pengaduan dihasilkan sesuai dengan proses hukum. Kami berharap rincian lebih lanjut mengenai proses panggilan hukum ini akan terungkap,” kata perwakilan hukum Lively.
Perlawanan Balik dari Tim Hukum Justin Baldoni
Di tengah gugatan yang diajukan Blake Lively terhadapnya, Justin Baldoni melibatkan pengacara ternama Bryan Freedman, yang sebelumnya dikenal karena menangani kasus-kasus besar di Amerika Serikat. Dilansir dari Daily Mail, Freedman berargumen bahwa laporan The New York Times tentang pesan yang bocor justru membantu memperkuat narasi Lively, yang menurutnya menggunakan taktik PR yang meragukan.
Ia menyebut pesan-pesan teks yang diungkapkan dalam gugatan Lively telah diambil di luar konteks. Freedman juga menuding bahwa pesan-pesan tersebut telah bocor secara tidak sah. Kemudian ia juga membela tim krisis Baldoni, The Agency Group PR (TAG PR), yang disebut merancang perencanaan skenario untuk menghadapi potensi tuduhan dari Lively.
“Perencanaan skenario standar yang disusun TAG PR terbukti tidak diperlukan, karena audiens secara organik menilai tindakan Lively sendiri selama tur promosi yang kurang disukai,” kata Freedman.
VARIETY | DAILY MAIL
Pilihan Editor: Amunisi Gugatan ke Justin Baldoni Bertambah, Blake Lively Didukung Bintang It Ends with Us