Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kerajinan anyaman berbahan daun pandan berduri di Desa Sungai Bakau, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, kini terlihat lebih estetik sehingga berpotensi menjadi komoditas ekspor. Hal itu berkat sentuhan para dosen yang tergabung dalam Tim Pengabdian Masyarakat dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerajinan anyaman pandan telah mengakar dalam budaya dan telah jadi bagian identitas masyarakat setempat. Daun pandan liar yang tumbuh dianyam menjadi tikar, tempat bumbu dapur, dan beberapa produk anyaman sederhana dengan jumlah produksi yang masih terbatas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
”Pada awalnya, anyaman pandan itu hanya dijadikan tikar berbagai produk lainnya yang tidak memiliki nilai estetika,” kata Tri Sulistyaningtyas, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari ITB, Rabu, 16 Oktober 2024.
Ia menambahkan bahwa desain yang dirancang masih monoton, membuat produknya sulit menembus pasar internasional.
Pendampingan sejak 2021
Dia menyayangkan warisan budaya yang berpotensi ekonomi besar ini belum mampu bersaing karena minimnya pendampingan dari para pakar. Kondisi itu mendorong para dosen di Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB untuk memberdayakan para perajin anyaman pandan Desa Sungai Bakau guna meningkatkan kualitas kerajinannya. Kegiatan pendampingannya rutin dilakukan sejak 2021 yang berkolaborasi dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITB, Rumah BUMN, dan PT Pegadaian (Persero).
Pelatihan yang diberikan mencakup teknik pewarnaan, variasi desain, dan teknik menjahit. Dian Widiawati dari Kriya ITB memandu pelatihan teknik pewarnaan alami. Bahan baku pewarnanya memanfaatkan potensi lokal, seperti daun ketapang, daun jati, daun mangga, dan bunga-bungaan. Selain ramah lingkungan, menurut Tri, pewarna alami dapat menggantikan pewarna sintetis yang sulit diperoleh di daerah tersebut.
Materi lainnya mengenai variasi desain oleh Husen Hendriyana, dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, serta Herman Subrata sebagai pakar menjahit. Sebanyak 35 orang peserta pelatihan yang juga perajin bisa langsung menjajal beragam teknik yang dicontohkan para pakar. Tim dosen juga membawakan contoh bahan dan produk yang dilirik pasar internasional.
“Para perajin didorong untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk yang sesuai dengan selera pasar,” katanya.
Anyaman pandan bisa dikreasikan dengan bahan lain, seperti kain katun, kain denim, hingga kulit. Tim dosen ikut mengenalkan teknik pilin untuk pandan agar produknya bisa lebih kokoh dan unik.
“Dengan mengkreasikan desain produk anyaman pandan ini, dapat meningkatkan harga jual dan permintaan produk,” kata anggota tim, Yani Suryani. Sejak 2023, para pengrajin ikut pameran produk kerajinan terbesar di Asia Tenggara dan meraih berbagai prestasi dan penghargaan.