Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ketakutan Covid-19, Ratusan Yacht Diparkir di Pulau Wilayah AS

Ratusan pemilik yacht buang jangkar di Kepulauan Virgin AS karena khawatir virus corona. Akibatnya, perairan pulau tersebut tercemar sampah.

28 April 2020 | 21.09 WIB

Kepulauan Virgin AS merupakan salah satu jalur pelayar yacht di Kepualauan Karibia. Foto: Getty Images/Travel Agent Cetral
Perbesar
Kepulauan Virgin AS merupakan salah satu jalur pelayar yacht di Kepualauan Karibia. Foto: Getty Images/Travel Agent Cetral

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan yacht berkerumun di perairan sekitar Kepulauan Virgin Amerika Serikat (AS). Pasalnya, pulau-pulau lain di wilayah Karibia menutup pelabuhan marinanya, untuk mencegah penyebaran virus corona.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Persoalannya adalah yacht dan para penumpangnya itu, menciptakan masalah sampah di perairan Kepulauan Virgin AS. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kepulauan Virgin AS adalah salah satu dari sedikit wilayah di Karibia, yang saat ini tidak menolak pelaut. Akibatnya, yacht berbondong-bondong ke marina mereka melebihi kapasitas dan menciptakan rekor tersendiri.

Emily Palmer dari The New York Times melaporkan bahwa sebanyak 600 yacht, terlihat di perairan wilayah tersebut pada suatu waktu. Jumlah itu melebihi kapasita marina Kepulauan Virgin AS yang hanya 200-an yacht.

Banyak pelaut yang diwawancarai oleh Palmer sedang berlibur di Karibia ketika pandemi melanda. Mereka tak bisa kembali, karena marina dinyatakan tertutup. 

Kepulauan Virgin AS, yang merupakan wilayah Amerika Serikat dan memiliki populasi lebih dari 100.000. Penduduknya tersebar pada empat pulau: St. Croix, St. Thomas, St. John, dan Pulau Air. Pemerintah pulau-pulau itu tidak dapat sepenuhnya menutup pelabuhan atau bandara karena hal itu akan menghentikan impor makanan dan medis.

Pulau-pulau tersebut juga tidak dilengkapi fasilitas kesehatan yang memadai untuk menangani wabah virus corona. Wilayah ini telah berurusan dengan wabah virus corona sejak Maret. Kepualauan Virgin AS memiliki 51 kasus dikonfirmasi virus corona pada pertengahan April.

Pada 13 Maret, Gubernur Albert Bryan Jr menyatakan keadaan darurat untuk pulau-pulau tersebut. Dia mengeluarkan mandat tinggal di rumah pada 23 Maret.

Karena pembatasan tersebut, para pemilik yacht harus tinggal di kapal mereka dan hanya diizinkan ke pulau-pulau untuk mengambil pasokan penting. Pulau St. John's tidak memiliki stasiun pompa, jadi pelaut harus berlayar ke tengah laut untuk membuang limbah mereka.

Seperti dilaporkan The Times, kapal yang diparkir di dekat Taman Nasional Kepulauan Virginia, khususnya, berhadapan dengan luapan sampah karena pemungutan sampah di Taman Nasional tersebut telah berhenti. Taman Nasional kini mengandalkan penduduk untuk membantu pengumpulan sampah serta pengiriman bahan makanan.

Nate Fletcher, pemilik Blue Line Yacht Charters, mengatakan kepada The Times bahwa ia menggunakan kapalnya untuk mengumpulkan sampah dua kali seminggu dari yacht di laut. Dia menagih US$5 per kantong sampah, dan itu membantunya membayar tagihannya.

Hamptons, Sedona, dan Jackson Hole juga beradaptasi dengan masuknya pengunjung. Situasi di Kepulauan Virgin AS mirip dengan yang ada di banyak bagian daratan Amerika.

Tempat-tempat liburan populer di seluruh negeri berhadapan dengan gelombang masuknya orang, yang jumlahnya sangat besar memicu ketegangan dengan warga lokal.

Business Insider sebelumnya melaporkan bahwa penduduk kota yang berbondong-bondong ke Hamptons, telah menyebabkan harga sewa melonjak. Toko bahan makanan lokal melaporkan kekurangan makanan.

Pulau St John di Kepulauan Virgin AS dalam keadaan normal, hanya bisa menampung 200-an yacht. Foto: @garydouglasvisuals

Di Sedona, Arizona, orang-orang di luar kota berkerumun di perkemahan dan jalur hiking, mendorong pemerintah kota meminta turis untuk "menjauh."

Sementara itu, di Pulau Nantucket, para pejabat khawatir tentang orang-orang yang melarikan diri dari kota-kota besar dan berlindung di rumah kedua mereka di pulau itu selama pandemi. Pulau itu, yang telah digambarkan sebagai gurun medis, hanya memiliki 14 tempat tidur rumah sakit.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus