Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Ketegangan pertama, kedua, dst

Rombongan explosive motoring dari australia mengadakan pertunjukan di stadion utama. dinegerinya, rombongan ini amat populer & secara rutin mengadakan pertunjukan.

3 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM keadaan Opstib tidak banyak lagi membikin ketegangan, di Stadion Utama Senayan Jakarta muncul kejutan Explomo. Rombongan Explosive Motoring dari Australia itu main sampai enam hari -- terakhir 21 Mei yang lalu. Ketegangan pertama: penonton harus menunggu 30 menit lebih dari waktu yang semestinya jam 19.00. Ketegangan kedua: pemadaman lampu stadion secara mendadak. Lantas belum lagi orang insaf apa yang bakal terjadi, dentuman-dentuman bak meriam membahana. Dan kembang-kembang api membuat cemerlang stadion yang kebetulan malam itu cuma diisi tak lebih dari 2000 orang. Dan penonton yang sudah dirogoh kantongnya dengan tarif Rp 500 sampai Rp 3000 itu disuguhi pesta kembang api yang tentunya bukan barang aneh. Tapi rasa terkejut rupanya memang diusahakan merambat. Disusulkan lemudian tontonan kembang api yang digelar di lapangan yang biasa dipakai bertanding sepakbola itu: letupan-letupan api yang muncul dari tiang-tiang bambu yang bertebaran. Dan, eh, letupan-letupan itu menjelmakan huruf reklame perusahaan penerbangan dan bentuk pesawat. Disusul sponsor dari perusahaan taxi, alat pemadam kebakaran dan lainnya. Di tengah perbauran canaya, satu cahaya lain berlari-lari secara horisontal dan bila sampai pada titik tertentu kernbali berputar ke asal datangnya. Oh, rupanya cahaya merah yang membentuk gambar bumerang, senjata penduduk pribumi benua Kanguru itu, muncul dari jalur-jalur kawat. Pesta cahaya yang berlangsung sekitar 30 menit diakhiri dengan kejutan pula. Selama 3 menit sebelum beralih ke pertunjukan berikut, penonton diberi kebebasan bergelap-gelap. Tiga menit itu lama, lho. Bisa dipakai pacaran --meskipun tidak bagi rombongan Explomo sendiri. Grup 18 orang itu mengisi kesempatan tersebut buat bersiap-siap. Sebuah kotak raksasa setinggi 3 meter sudah mendekam di tengah-tengah lapangan begitu lampu kembali terang. Juga susunan drum terdiri 6 dan 10 buah, sudah rapi. Tak lama kemudian deru, mesin sepeda motor trail berkecepatan tinggi memecah lapangan. Berlari dengan hanya roda belakang, David membawa motornya berkeliling. Lalu masuk lapangan hijau dan melompati drum-drum yang disusun mendatar atau ditumpuk setinggi 1 meter. Dengan entengnya David melompati drum-drum itu. Tapi begitu akan melompati kotak setinggi 3 meter, tampak ia sedikit tertegun. Ia perlu bikin ancang-ancang. Eh, taunya ini hanya akal untuk bikin penonton tetap tegang. Sebab toh ia akhirnya bisa nangkring di kotak itu dengan asooi. Ini diulanginya lagi tatkala akan turun: ragu-ragu. Padahal, sialan: begitu motor dibiarkannya turun, ia nyengir bagai kuda Australi. Menyenggol Mobil Lain Tapi penonton tak sempat nyengir begitu 4 Holden Torana menderu-deru mengitari lapangan dan kemudian mendekam di tiap sudut. Dan setelah perhatian penonton menetap pada benda-benda itu, dengan kecepatan tinggi mobil-mobil itu seakan mau saling menabrak. Tapi meski ada penonton yang menutupi muka dengan kedua tangan (tentunya perempuan, ya?), jangan harap mobil-mobil mulus itu saling tabrak. Sebab pengemudinya, para veteran pembalap Errol Bognuda, ia Ridel, Keith Self, Bob Morgan, ternyata bisa mengegoskan kendaraan masing-masing jadi ormasi 2 - 2, 3 - 1 atau bergandengan 4. Tentu tidak istimewa kalau tak dalam keadaan rapat sekali -- nyaris saling menyerempet. Yah, meski satu mobil sempat menyenggol temannya waktu menaiki kotak setinggi 40 cm dan pecah lampu dengannya. Sebelumnya, mobil yang satu ini memang sudah mogok dan sering didorong-dorong. Adapun tontonan berikutnya berupa sepeda motor trail menerobos kobaran api, tak perlu dibilang istimewa. Karena ternyata motornya tersungkur dan si pengendara yang sudah dilumuri bensin tadi berselimutkan api -- dan inilah alasan untuk memadamkannya dengan pemadam merek tertentu. Veteran Pembalap Namun pertunjukan Dale Bugin Jr., 17 tahun, menghentikan gerutuan penonton yang nyaris timbul. Si bocah ini mampu melompati deretan 10 taxi. Padahal, menilik tampangnya sih, ia takkan sanggup. Ternyata ia juga pura-pura buat bikin tegang. Sebab toh anak Dale Bugin ini sudah dapat semacam pengakuan ayahnya yang biasa melakukan acara itu. Dan begitu pertunjukan usai sang bocah dapat keroyokan kagum dari bocah-bocah pribumi. Begitulah, biasa. Maka berkatalah Peter Nance: "Tidak satu pun ada trick. Semuanya dengan ketrampilan. Berdasar latihan." Di negeri asalnya, katanya, Explomo sih amat populer. Setiap tahunnya diadakan pertunjukan 6 kali di 6 kota besar Australia. Pernah pula bertandang ke Pilipina, Malaysia, misalnya. "Tak lama lagi kami akan ke Amerika," tutur Nance kepada Said Muchsin dari TEMPO. Menurut Ny. Lotte Mohamad, nama seorang pimpinan penyelenggaranya, Ratu Inggeris pernah memberi Explomo surat penghargaan. Tak heran Ny. Mohomad berusaha cari untung dengan mendatangkan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus