Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 27 Januari, menandai hari bersejarah bagi Indonesia, tepatnya pada tahun 1990, ketika budayawan dan pengusaha Jaya Suprana mendirikan Museum Rekor Indonesia. Bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek 2541 yang bershio Kuda, lahir sebuah lembaga yang kelak menjadi ikon pencatatan prestasi bangsa, yang kini dikenal sebagai Museum Rekor Indonesia (MURI).
Kilas Balik Sejarah MURI
Didirikan di kawasan perindustrian Jamu Jago, Srondol, Semarang Selatan, MURI diresmikan oleh dua Menteri Koordinator Republik Indonesia, Menko Kesra Soepardjo Roestam dan Menko Polkam Soedomo.
Awalnya bernama Museum Rekor Indonesia, lembaga ini kemudian bertransformasi menjadi Museum Rekor Dunia Indonesia pada April 2005, bersamaan dengan pembukaan galeri MURI di kawasan Candi Borobudur. Perubahan nama ini menandai perluasan cakupan MURI, tidak hanya mencatat rekor nasional tetapi juga prestasi berskala internasional yang diraih oleh Warga Negara Indonesia.
MURI menjadi pusat penting dalam mendokumentasikan beragam pencapaian luar biasa bangsa di berbagai bidang, mulai dari seni, olahraga, ilmu pengetahuan, budaya, hingga bidang lainnya. Lembaga ini menjadi saksi bisu kemajuan dan bakat luar biasa yang dimiliki Indonesia.
Bersama Jaya Suprana, sang istri, Aylawati Sarwono, turut berperan penting dalam pendirian Institut Prestasi Nasional. Institut ini menjadi manajemen profesional bagi MURI dan Jaya Suprana School of Performing Arts, sebagai wujud komitmen mereka untuk mewadahi dan mengembangkan potensi anak bangsa.
Dari Rekor Perdana Hingga Ekspansi Nasional
MURI mencatat rekor pertamanya pada 14 Juli 1990, yaitu rekor Pejalan Kaki Termuda yang dipegang oleh Vinas V. Lindri Saputri, yang menempuh jarak 55 km Semarang-Jakarta dalam 26 hari di usia 6 tahun. Pada Januari 1992, MURI telah mencatat 200 rekor, termasuk medali emas Olimpiade Barcelona 1992 yang diraih oleh Susi Susanti. Di tahun yang sama, MURI menerbitkan buku rekor yang memuat catatan dari tahun 1990 hingga 2008.
Perkembangan MURI terus berlanjut dengan peresmian Galeri MURI di berbagai lokasi strategis. Pada tahun 2013, Galeri MURI di Mall of Indonesia, Jakarta, diresmikan oleh Puan Maharani yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Kemudian, pada tahun 2019, Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur meresmikan Galeri MURI di Jatim Park 3, Batu, Jawa Timur.
Di usia ke-30 pada tahun 2020, MURI menggelar bakti sosial #MURIuntukIndonesia, memberikan bantuan kepada masyarakat dan tenaga kesehatan. Pada tahun yang sama, diluncurkan pula buku “Menjelajah Keindahan Indonesia” karya Aylawati Sarwono, yang berisi karya-karya peserta Lomba Foto MURI dan tim MURI.
Terakhir, diresmikan Gedung Jaya Suprana Institute yang berlokasi di kawasan Gading Kirana. Gedung ini menaungi kegiatan MURI, Jaya Suprana School, dan Laskar Indonesia Pusaka.
Mengunjungi MURI
MURI tidak hanya sekadar tempat penyimpanan catatan prestasi, tetapi juga pengingat akan pentingnya menghargai dan merayakan bakat serta kreativitas masyarakat Indonesia. Pengunjung dapat mengunjungi MURI secara gratis dari Senin hingga Jumat, pukul 09.00-14.00 WIB.
Di sana, pengunjung dapat melihat koleksi berbagai benda yang pernah mencetak rekor, ruang eksibisi data dan foto MURI, balai pertemuan, serta benda-benda bersejarah lainnya di gedung seluas 600 meter persegi. Dengan mengenang 27 Januari, kita tidak hanya mengenang pendirian sebuah museum, tetapi juga semangat untuk terus memajukan budaya dan pencapaian masyarakat Indonesia.
Sharisya Kusuma Rahmanda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: 34 Tahun Jaya Suprana Dirikan MURI, Menko Kesra dan Menko Polkam Meresmikannya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini