Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai mewanti-wanti sejumlah kasus yang berpotensi mencoreng sektor wisata menjelang libur Lebaran tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah kasus yang dimaksud mulai dari kasus nuthuk atau menaikkan harga gila-gilaan baik untuk kuliner hingga tarif parkir. Lalu juga layanan jasa yang menjebak wisatawan hingga oleh-oleh yang layak beli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tak boleh ada lagi layanan jasa yang menjebak misalnya seperti tukang becak yang kemarin menipu wisatawan atau oleh-oleh yang ternyata kadaluwarsa," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahardjo, Rabu, 13 April 2022.
Pada Maret 2022, sempat viral seorang wisatawan merasa dijebak tukang becak ketika hendak menuju Malioboro justru diarahkan ke pusat oleh-oleh yang mahal harganya. Tukang becak tersebut diduga menjebak wisatawan dengan alasan lupa jalan atau akses Malioboro sedang ditutup hanya demi mendapat pemasukan atau fee dari toko oleh-oleh yang ditujunya.
"Untuk pengawasan operasional moda ini kami berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan," kata Singgih.
Singgih mengatakan Dinas Pariwisata juga telah berkomunikasi dengan Dinas Koperasi UMKM terkait kontrol harga di beberapa spot cinderamata dan kuliner di Yogyakarta agar jangan sampai terjadi kasus nuthuk ini dan wisatawan jadi korban. "Tolong beri harga yang sewajarnya, dengan keterangan yang sejelas jelasnya," kata dia.
Masih membekas dalam kasus nuthuk harga setahun silam. Ketika wisatawan mengeluhkan harga paket pecel lele di lesehan ruas kawasan Malioboro yang ternyata dipecah-pecah mulai dari nasi, lauk hingga sambalnya sehingga harganya dirasa terlalu mahal.
"Selain kontrol harga juga penting kontrol kualitas barang yang dijual," kata Singgih. Ia tak mau lagi kasus oleh-oleh wingko babat berjamur yang ditemukan wisatawan saat berbelanja di Teras Malioboro pada 1 Maret lalu terulang lagi.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan pemulihan ekonomi di Yogyakarta seiring melandainya kasus Covid-19 saat ini masih bertumpu sepenuhnya pada kunjungan wisatawan domestik. "Kunjungan wisatawan domestik yang saat ini mulai normal, menjadi pendongkrak sektor perekonomian," kata dia.
Stabilnya kunjungan wisata itu pun perlu dijaga agar tetap dalam tren positif. Sebab, pandemi Covid-19 ini menurut Sultan membuat pemulihan pariwisata Yogyakarta tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. "Ada perubahan preferensi wisatawan pada fase new normal, di mana wisatawan lebih mengutamakan faktor higienitas baik pada akomodasi, tempat wisata, dan amenitas-nya. Saat ini, kami juga mengupayakan promosi wisata yang bersifat inklusif, berbasis brain awareness," kata Sultan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.