Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Liburan Ke Kota Yogyakarta, Ini Tiga Kampung Wisata Seru untuk Disambangi

Di Kota Yogyakarta, sedikitnya ada 25 kampung wisata yang juga bisa dikunjungi saat libur sekolah, ini tiga di antaranya.

21 Juni 2024 | 09.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Destinasi di Kota Yogyakarta bukan hanya kawasan Malioboro, Keraton, atau Kebun Binatang Gembira Loka. Di Kota Yogyakarta, sedikitnya ada 25 kampung wisata yang juga bisa menjadi salah satu referensi berwisata bersama sahabat atau keluarga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut tiga kampung wisata yang menarik untuk dijelajahi saat liburan ke Yogyakarta.

1. Kampung Wisata Purbayan Kotagede

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mencatat Kampung Wisata Purbayan Kotagede menjadi salah satu kampung yang memiliki situs cagar budaya terbanyak. Nama Purbayan sendiri berasal dari nama Pangeran Purbaya yang merupakan salah seorang anak dari Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam yang pertama (1586-1601).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kerajaan Mataram ini mengalami keemasan pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645), yang merupakan raja ke-3 Mataram Islam. 

Kampung wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa

Sebagai kampung pusaka, Purbayan masih menyimpan banyak situs peninggalan kerajaan Mataram dan masih banyak terdapat rumah tradisional khas Kotagede. 

Kampung Wisata Purbayan memiliki sedikitnya empat spot menarik di dalamnya. Pertama Kampung nDalem yang terletak di selatan Pasar Legi Kotagede. Kampung ini dulunya berfungsi sebagai pusat keraton dan tempat tinggal para raja Mataram sebelum ibu kota kerajaan dipindahkan ke Kerto.

Di Kampung nDalem banyak peninggalan sejarah semasa Panembahan Senopati memerintah, seperti Benteng Cepuri yang konon dijebol Raden Rangga dan juga ada Watu Gilang yang dipercaya sebagai singgasana Panembahan Senopati.

Kedua Kampung Alun-alun. Kampung ini di masa lampau sebagai alun-alun Kerajaan Mataram Islam. Sekarang, Kampung Alun-alun juga dikenal sebagai kampung Between Two Gates karena rumah-rumah di sana dibangun berjajar dari arah timur ke barat dan saling berhadapan dari utara ke selatan. 

Ketiga, Kampung Cokroyudan. Kampung ini juga disebut sebagai Kampung Pusaka Alun-Alun. Penamaan kampung ini dikisahkan berasal dari nama salah satu pangeran Kerajaan Mataram, yakni Pangeran Cokroyuda yang tinggal di wilayah tersebut. Di sini wisatawan dapat melihat banyak rumah dengan gaya arsitektur Jawa yang khas.

Keempat, Kampung Bumen. Kampung ini dulu dipercaya sebagai tempat tinggal Pangeran Mangkubumi sehingga dinamakan Kampung Bumen. Desa ini terkenal dengan kerajinan kalengnya dan juga pembuatan roti kembang waru.

Sebagai kampung penjaga tradisi, Purbayan masih memiliki banyak pengrajin perak yang masih berproduksi dan aktif menjaga tradisi Kotagede yang dikenal sebagai kota perak. Selain kerajinan perak, di kampung wisata Purbayan juga terdapat kuliner khas yaitu roti kembang waru, legamara, ukel dan banjar. 

2. Kampung Wisata Gunungketur  Pakualaman

Kampung Wisata Gunungketur Pakualaman adalah kawasan yang bersinggungan langsung dengan pusat peradaban Keraton Puro Pakualaman Yogyakarta.

Keberadaan wilayah Pakualaman tidak bisa lepas dari keberadaan Istana Kadipaten Puro Pakualaman dan Pangeran Natakusumo (Putra Sultan Hamengkubuwono I) yang kemudian dinobatkan menjadi Pakualam I.

Kawasan ini memiliki banyak destinasi sebagai pusat Pemerintahan Istana Puro Pakualaman, dilengkapi dengan Alun-alun (Sewandanan) Masjid, Pasar serta kawasan pemukiman penduduk dan abdi dalem untuk para petinggi istana.

Warisan budaya di kawasan itu seperti ndalem Kepatihan, ndalem Nototarunan, ndalem Brotodiningratan, Museum Sasmitaloka Pangsar Sudirman, juga Museum Biologi.

Kampung wisata ini juga memiliki potensi daya tarik pendukung lengkap mulai dari seni Karawitan, Jemparingan (panahan tradisional),  kerajinan batik tulis motif khas Puro Pakualaman, kerajinan berbahan dasar bambu, kuningan, kayu, dan lainnya. 

Kuliner tradisional yang tersedia antara lain jamu tradisional Jamu Ginggang kemudian juga ada enting-enting, Gudeg Permata serta adanya kawasan pusat jajanan dan kuliner Sewandanan yang juga menyediakan kuliner khas es krim rujak. 

3. Kampung Wisata Tahunan

Kampung wisata Tahunan berlokasi di wilayah Kelurahan Tahunan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Potensi unggulan yang dimiliki kampung ini adalah kerajinan batik dan kain jumputan serta atraksi seni budaya khususnya seni karawitan klasik gaya Yogyakarta.

Batik jumputan merupakan salah satu jenis batik yang mudah dibuat dengan dua cara menghias batik yakni dengan cara diikat dan dicelup. Bukan dilukis dengan canting.

Di kampung wisata ini juga tedapat industri kreatif pembuatan replika dan kostum tokoh-tokoh superhero. Selain itu, di kampung ini juga terdapat makam tokoh taman siswa dan tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara yang kerap disambangi study tour pelajar sekolah.

Para perajin batik jumputan memajang karya mereka di sebuah kafe di Kampung Celeban, Tahunan, Yogyakarta, yang menjadi titik singgah wisata sepeda. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Di kampung wisata Tahunan menekankan wisata edukasi bagi wisatawan mancanegara. Kampung ini kerap menjadi objek penelitian akademisi dan para peneliti mancanegara. 

Reputasi keberadaan atraksi karawitan di kampung wisata Tahunan bahkan sudah go international. Hal tersebut terbukti dengan adanya sebuah karya seorang empu seni karawitan warga Tahunan yang bernama Ki Wasitodiningrat. Karyanya diteliti untuk sebuah penelitian yang dilakukan oleh NASA.

Dalam penguatan atraksi daya tarik wisata dan produk khasnya, kampung wisata Tahunan kini menciptakan sentra kain jumputan. Banyak sanggar memajang produk batik dan kain jumputan di sepanjang jalan utama di Tahunan. 

Di berbagai tempat juga tersedia workshop kerajinan batik dan kain. Salah satu sanggar yang secara aktif menyelenggarakan workshop dan pelatihan pembuatan batik dan kain jumputan dikampung wisata Tahunan Yogyakarta yaitu Sanggar Maharani.

PRIBADI WICAKSONO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus