Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Ludra, setelah jalal melihat ancaman

Kesenian, ludruk, terancam punah. di surabaya, ludruk kesepian penonton, apalagi dengan meninggalnya salah satu tokohnya, markuat. ayub abdul jalal mencoba mendirikan grup ludra (ludruk dan drama). (hb)

22 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JALAL atau nama komplitnya Ayub Abdul Jalal kini bukan hanya melawak, menyanyi atau main film. "Saya kepengin agar orang Jawa Timur juga mencari ludruk seperti mereka mencari Sri Mulat," ujarnya. Dan dia percaya, atas pengamatannya di panggung ludruk Beringin Jaya, THR Surabaya, kesenian rakyat asal Jombang ini akan punah. Kalau tidak cepat-cepat diselamatkan. Di rumahnya di Desa Karah (9 km dari Surabaya) Jalal kemudian membentuk satu grup baru dengan nama: .erkumpulan ludra (singkatan dari ludruk dan drama) Cendaki. Yaitu suatu bentuk ludruk yang diperbaharui, yang dikontemporerkan, seperti katanya lagi "Cendaki yang bermakna cendekia ini supaya memberi kesan modern pada ludruk kami." Ludruk -- seperti lenong untuk Jakarta--adalah teater rakyat yang mengambil ceritera-ceritera tentang jagoan, kepahlawanan yang dibawakan dengan nyanyian atau banyolan. Salah satu ceritera yang terkenal ialah Pak Sakerah. Di THR Surabaya, memang ada panggung untuk ludruk ini. Dalam seminggu, dipertunjukkan cuma 4 kali saja. Animo penonton akhir-akhir ini menyedihkan. Biarpun penontonnya terkadang cuma 5 orang, Beringin Jaya dengan setia mengisi acaranya di THR Surabaya. Satu-satunya wadah untuk kesenian rakyat ini cuma mendapat honor Rp 5.000 sekali gebrak di atas panggung. Sehingga sering, honor para pemain yang paling tinggi cuma Rp 500. Tapi juga tidak jarang, ada pemain peran kecil cuma mendapat honor Rp 100. "Dan sering kami tekor sendiri," kata Darmadi, pimpinan Beringin Jaya, "tapi biarpun begitu kami senang juga kok." Sepuluh tahun lebih usia Beringin Jaya ini. Kini mempunyai anak wayang sejumlah 34 orang dan sebagian besar adalah pria yang juga memerankan peran wanita. Begitu bagusnya cara membawakan peran wanita ini hingga merupakan salah satu daya tarik yang khas dalam ludruk. "Tapi ya, karena nasib kami begini, banyak juga yang membelot ke grup lain," ujar Darmadi lagi. Di Jombang sendiri, ludruk tidak pernah ditanggap lagi. "Kini orang malah mengundang orkes dangdut kalau ada pesta," kata Supardi, "dan merasa malu atau kampungan kalau mendatangkan ludruk." Supardi adalah penonton setia ludruk Beringin Jaya dan merasa sedih kalau ludruk kegemarannya ini nyaris disedot sakaratul maut. Tanpa Banci Karena itu Jalal ingin meninggalkan segala sesuatu yang tradisional dari ludruk. "Lha jangankan main ludruk, nonton ludruk saja bagi anak muda sekarang segan," ujar Jalal. Dia berpendapat bahwa lakon ceritera yang dari itu ke itu lagi, penampilan yang monoton, membuat ludruk sepi penggemar. Dan ludranya Jalal dengan anggota 40 orang itu sebagian besar adalah anak sekolah. "Kalau di Yogya ada mahasiswa main ketoprak, kenapa di Jawa Timur tidak ada," tambah Jalal. Selain mengganti versi dan pemakaian kostum disesuaikan dengan peranan hal baru dari ludra ialah peran wanita. Untuk peran ini, Jalal telah merobahnya dari kebiasaan. Kalau ludruk tradisional dimainkan pria, "ludra untuk peran wanitanya tanpa banci," ujarnya. Tetapi tidak semua sesepuh ludruk di Jawa Timur sefaham dengan tindakan Jalal ini. "Kalau mau main drama sebut saja drama," ujar Sukri Daryono yang telah tidak aktif lagi dalam grup ludruk Jombang. Tambahnya "Dan jangan bawa-bawa nama ludruk. Kalau memang dia mau membina ludruk dengan ikhlas, menggabung sajalah dengan yang sudah ada." Tanpa Markuat Darmadi dengan Beringin Jaya-nya juga merasa terancam. Apalagi dunia ludruk baru saja kehilangan tokoh terkenal pemeran Pak Sakerah yang ampuh, Markuat. Menderita sakit setahun lebih, bernasib memelas di akhir hidupnya, Markuat juga telah 20 tahun mengabdi pada RRI. Usia Markuat sendiri baru 49 tahun. Ayah dari 7 orang anak ini meninggal dunia 9 September lalu. Markuat adalah pelawak dan seniman ludruk untuk acara Prasetya RRI Surabaya. Beberapa waktu yang lalu, ketika teman-temannya seperti Suroto, Ruspentil atau Karjo ACDC hijrah ke Jakarta, Markuat juga nyaris ikut pindah. Tetapi dia terikat oleh RRI Surabaya, dengan honor Rp 32.000 setiap bulannya. "Kalau Yogya kehilangan Baslyo atau Jakarta kehilangan Bing Slamet, kami kehilangan Markuat," kata Siswadi, Kepala Studio RRI Surabaya. Dan mungkinkah tangan Jalal akan membuahkan bibit yang baik untuk ludruk kontemporer? Selama 3 bulan berdiri, grup Jalal ini telah muncul di teve Surabaya sebanyak 5 kali. Jadi belum jelas apakah mempunyai banyak penggemar. Akhir bulan ini, Cendaki merencanakan manggung di gedung Mitra, Surabaya. Salah satu judul yang telah dipentaskan di teve ialah Kemelut Cinta. Melihat judulnya, orang akan teringat pada Srimulat. "Jangan dikira plot-plot dalam ludra sama dengan plot ludruk," ujar Jalal. Seperti judulnya, ceritera Kemelut Cinta berkisar tentang cinta, larangan orangtua, hamil di luar perkawinan dan sebangsa itu. "Kalau dalam ludruk," tambah Jalal, alur ceritera bisa ditebak penonton. Tidak dalam ludra." Ludra-nya Jalal adalah ludruk gedongan, begitu paling tidak harapan Jalal. Dia bahkan menyamakan ceritera-ceritera dalam ludra seperti orang menonton film Papilin. Maksudnya? Jalal menegaskan "Memaksa penonton berfikir-fikir apa kelanjutan ceriteranya. Sedangkan ludruk konvensionil, adegan demi adegan sudah bisa diterka." Satu hal yang tidak diterangkan Jalal ialah: bagaimana memelihara stock ceritera agar tidak kehabisan atau tidak diulang-ulang. Ludra yang juga banyak memakai bahasa Indonesia ini (dan akan kehilangan keindahan bahasa Jawa dalam paikan atau plesedan) diharapkan akan meluas ke penonton kelas atas dan bawah, tua muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus