PASALNYA sepele saja. Belakangan ini Nyonya SH enggan "melayani"
suaminya. Alasannya ia selalu saja "ngantuk". Di samping itu si
nyonya gampang tersinggung. Cekcok yang panas berkali-kali
terjadi antara suami isteri itu.
Setelah diselidiki akhirnya sang suami tahu: tingkah-laku
isterinya yang rada gembrot belakangan ini ada hubungannya
dengan pengobatan yang dijalaninya di "klinik" Nyonya Paula
alias Kwan Nin Chin di Jalan Kotabaru, Medan.
Cekcok suami-isteri tersebut berbuntut jadi urusan polisi.
Akibatnya 3 September lalu Nyonya Paula ditahan dan tempat
prakteknya ditutup. Sejumlah alat suntik, obat-obat cair dan
buku cabul disita. Saksi-saksi, terutama nyonya-nyonya gemuk
yang pernah berhubungan dengan Paula, dikumpulkan dan diperiksa.
Tindakan polisi ini menurut Dantabes Medan Kol. Pol. Darwo
Sugondo, jelas karena Paula menyelenggarakan praktek kedokteran
gelap. Sementara itu setelah meneliti beberapa obat dan
akibatnya terhadap para pasien yang kelak akan tampil sebagai
saksi, tak salah lagi tuduhan polisi: obat-obat yang dipakai
Paula untuk melangsingkan tubuh pasiennya adalah Amphetamine.
Yaitu, menurut polisi, sejenis obat perangsang yang tentu saja
dilarang beredar bebas.
Hingga kini sudah 6 orang wanita diperiksa di kamar unit
narkotika kepolisian Medan. Semuanya gemuk-gemuk dan kebanyakan
dari kalangan Tionghoa yang pernah berurusan dengan Paula. Itu
belum semuanya. Menurut Kol. Darwo Sugondo masih banyak lagi
yang akan diperiksa. Sebab praktek Paula memang cukup beken di
kalangan warga Tionghoa Medan.
Guru Agama Budha
Siapa Paula? Dia pernah menjadi perawat pada praktek dr Yong
Cang Kok di Jalan Bintang Medan. Di situlah dia tahu manfaat
segala macam obat dan vitamin serta cara menyuntikkannya ke
tubuh pasien. Di situ pula, menurut polisi, Paula pernah
mendengar perihal Amphitamine yang konon bermanfaat untuk
menguruskan tubuh gembrot.
Berhenti sebagai perawat, menurut Kapten Pol. Daud Lubis dsri
"anti kemaksiatan" kepolisian Medan, Paula menjadi guru
keliling. Mengajar Agama Budha dan metematika dari rumah ke
rumah muridnya. Ketika itulah, katanya, dia mendengar keluhan
nyonya-nyonya yang merasa terganggu karena kegemukan. Teringat
akan obat Ampbitamine, yang pernah didengarnya dapat membantu
melangsingkan tubuh, timbul niatnya: mengapa tak membuka praktek
melangsingkan tubuh saja? Ya, "menghibur diri sambil menolong
orang lain," katanya seperti diceritakan oleh Kapten Daud Lubis
kepada TEMPO.
Pasien pertamanya, Mei 1978, adalah Nyonya Sun Yong (28 tahun).
Dia tak tahu mendapat suntikan apa dari "dokter" Paula. Yang
jelas, seperti halnya pasien yang belakangan makin banyak,
setelah mendapat suntikan badan rasanya nyaman, perasaan senang
dan tenang. Tapi celakanya, bila telat sedikit berkunjung ke
kamar praktek Paula, menurut mereka, badan rasanya tak keruan.
Lemas dan mengantuk saja maunya. Lebih payah lagi, sebagian dari
para pasien jadi ketagihan.
Belum jelas
Tak heran bila kemudian ada yang datang setiap hari minta
disuntik. Praktek Paula makin hari makin ramai. Apalagi tarif
suntiknya murah juga: Rp 1.200 sekali tusuk! Bukti manfaat
pengobatan klinik Paula belum jelas. Tapi dari mulut ke mulut
makin tersiar kabar kemujaraban pengobatan melangsingkan tubuh
ala Paula. Yunah Halim (27 tahun), misalnya, mengaku berat
tubuhnya berkurang 1 kg semenjak berhubungan dengan Paula.
Suami Nyonya SH yang kemudian melaporkan praktek Paula kepada
polisi. Yaitu, ketika melihat sikap isterinya yang aneh, ngantuk
melulu dan enggan melayaninya, semenjak berobat ke Paula. Kepada
TEMPO Paula membantah mempergunakan obat perangsang bagi
pasien-pasiennya. "Saya hanya menyuntik mereka dengan vitamin
biasa saja," katanya. Suaminya, A Hui, pedagang onderdil, sibuk
sendiri. Urusan isterinya, katanya, "itu urusannya sendiri--saya
tidak tahu apa-apa."
Heboh upaya melangsingkan tubuh tersebut bukan yang pertama di
Medan. Hanya bila praktek Paula adalah gelap, yang dilakukan dr
Effendy Nasution sebelumnya adalah praktek resmi.
Tiga dari empat pasien dr Effendy berhasil dilangsingkan dengan
cara operasi memendekkan usus pasien. Yang seorang, dari
Semarang, gagal. Itulah sebabnya heboh. Padahal, menurut
dokternya, itu kesalahan si pasien sendiri. "Dia suka
bergadang," kata dr Effendy, sehingga tersengat infeksi dan
mati.
Bagaimana dengan Amphitamine? Dokter Effendy tak melihat
manfaatnya bagi ikhtiar melangsingkan tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini