Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Klinik anti gembrot nyonya Paula

Praktek dokter gelap di medan yang konon dapat melangsingkan badan ditutup oleh polisi, dan pelakunya ditangkap berikut barang-barang bukti. (krim)

22 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PASALNYA sepele saja. Belakangan ini Nyonya SH enggan "melayani" suaminya. Alasannya ia selalu saja "ngantuk". Di samping itu si nyonya gampang tersinggung. Cekcok yang panas berkali-kali terjadi antara suami isteri itu. Setelah diselidiki akhirnya sang suami tahu: tingkah-laku isterinya yang rada gembrot belakangan ini ada hubungannya dengan pengobatan yang dijalaninya di "klinik" Nyonya Paula alias Kwan Nin Chin di Jalan Kotabaru, Medan. Cekcok suami-isteri tersebut berbuntut jadi urusan polisi. Akibatnya 3 September lalu Nyonya Paula ditahan dan tempat prakteknya ditutup. Sejumlah alat suntik, obat-obat cair dan buku cabul disita. Saksi-saksi, terutama nyonya-nyonya gemuk yang pernah berhubungan dengan Paula, dikumpulkan dan diperiksa. Tindakan polisi ini menurut Dantabes Medan Kol. Pol. Darwo Sugondo, jelas karena Paula menyelenggarakan praktek kedokteran gelap. Sementara itu setelah meneliti beberapa obat dan akibatnya terhadap para pasien yang kelak akan tampil sebagai saksi, tak salah lagi tuduhan polisi: obat-obat yang dipakai Paula untuk melangsingkan tubuh pasiennya adalah Amphetamine. Yaitu, menurut polisi, sejenis obat perangsang yang tentu saja dilarang beredar bebas. Hingga kini sudah 6 orang wanita diperiksa di kamar unit narkotika kepolisian Medan. Semuanya gemuk-gemuk dan kebanyakan dari kalangan Tionghoa yang pernah berurusan dengan Paula. Itu belum semuanya. Menurut Kol. Darwo Sugondo masih banyak lagi yang akan diperiksa. Sebab praktek Paula memang cukup beken di kalangan warga Tionghoa Medan. Guru Agama Budha Siapa Paula? Dia pernah menjadi perawat pada praktek dr Yong Cang Kok di Jalan Bintang Medan. Di situlah dia tahu manfaat segala macam obat dan vitamin serta cara menyuntikkannya ke tubuh pasien. Di situ pula, menurut polisi, Paula pernah mendengar perihal Amphitamine yang konon bermanfaat untuk menguruskan tubuh gembrot. Berhenti sebagai perawat, menurut Kapten Pol. Daud Lubis dsri "anti kemaksiatan" kepolisian Medan, Paula menjadi guru keliling. Mengajar Agama Budha dan metematika dari rumah ke rumah muridnya. Ketika itulah, katanya, dia mendengar keluhan nyonya-nyonya yang merasa terganggu karena kegemukan. Teringat akan obat Ampbitamine, yang pernah didengarnya dapat membantu melangsingkan tubuh, timbul niatnya: mengapa tak membuka praktek melangsingkan tubuh saja? Ya, "menghibur diri sambil menolong orang lain," katanya seperti diceritakan oleh Kapten Daud Lubis kepada TEMPO. Pasien pertamanya, Mei 1978, adalah Nyonya Sun Yong (28 tahun). Dia tak tahu mendapat suntikan apa dari "dokter" Paula. Yang jelas, seperti halnya pasien yang belakangan makin banyak, setelah mendapat suntikan badan rasanya nyaman, perasaan senang dan tenang. Tapi celakanya, bila telat sedikit berkunjung ke kamar praktek Paula, menurut mereka, badan rasanya tak keruan. Lemas dan mengantuk saja maunya. Lebih payah lagi, sebagian dari para pasien jadi ketagihan. Belum jelas Tak heran bila kemudian ada yang datang setiap hari minta disuntik. Praktek Paula makin hari makin ramai. Apalagi tarif suntiknya murah juga: Rp 1.200 sekali tusuk! Bukti manfaat pengobatan klinik Paula belum jelas. Tapi dari mulut ke mulut makin tersiar kabar kemujaraban pengobatan melangsingkan tubuh ala Paula. Yunah Halim (27 tahun), misalnya, mengaku berat tubuhnya berkurang 1 kg semenjak berhubungan dengan Paula. Suami Nyonya SH yang kemudian melaporkan praktek Paula kepada polisi. Yaitu, ketika melihat sikap isterinya yang aneh, ngantuk melulu dan enggan melayaninya, semenjak berobat ke Paula. Kepada TEMPO Paula membantah mempergunakan obat perangsang bagi pasien-pasiennya. "Saya hanya menyuntik mereka dengan vitamin biasa saja," katanya. Suaminya, A Hui, pedagang onderdil, sibuk sendiri. Urusan isterinya, katanya, "itu urusannya sendiri--saya tidak tahu apa-apa." Heboh upaya melangsingkan tubuh tersebut bukan yang pertama di Medan. Hanya bila praktek Paula adalah gelap, yang dilakukan dr Effendy Nasution sebelumnya adalah praktek resmi. Tiga dari empat pasien dr Effendy berhasil dilangsingkan dengan cara operasi memendekkan usus pasien. Yang seorang, dari Semarang, gagal. Itulah sebabnya heboh. Padahal, menurut dokternya, itu kesalahan si pasien sendiri. "Dia suka bergadang," kata dr Effendy, sehingga tersengat infeksi dan mati. Bagaimana dengan Amphitamine? Dokter Effendy tak melihat manfaatnya bagi ikhtiar melangsingkan tubuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus