Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Maestro Tari Jaipong Gugum Gumbira Tutup Usia

Gugum Gumbira adalah tokoh seni tari dan karawitan Jawa Barat yang menciptakan atau menjadi koreografer tari jaipongan pada 1970-an.

4 Januari 2020 | 09.56 WIB

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (kiri) bersama pencipta Tari Jaipongan, Gugum Gumbira. ANTARA/Fahrul Jayadiputra
Perbesar
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (kiri) bersama pencipta Tari Jaipongan, Gugum Gumbira. ANTARA/Fahrul Jayadiputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Bandung - Pencipta tari jaipong Gugum Gumbira meninggal pada Sabtu dinihari, 4 Januari 2020. Gugum meninggal di rumah sakit sekitar pukul 01.55 WIB pada usia 74 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Seniman Bandung, Ismet Ruchimat mengatakan pementasan terakhir Gugum Gumbira berlangsung pada Desember 2019. "Saar itu, beliau masih mementaskan dua karya tari yang baru ditampilkan ke publik," ujar Ismet Ruchimat saat dihubungi Tempo, Sabtu, 4 Januari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Gugum meninggal dunia karena sakit yang dideritanya sejak lama. Sebelumnya, Gugum sempat dirawat di Rumah Sakit Santosa. Jenazah Gugum disemayamkan di rumah duka Jalan Kopo Nomor 17-19 Bojong Loa, Kota Bandung.

Almarhum Gugum akan dimakamkan di pemakaman keluarga Pada Ulun di Majalaya, Kabupaten Bandung, Sabtu, 4 Januari 2020 pukul 10.00 WIB. Seniman kelahiran Bandung, 4 April 1945 itu meninggalkan empat anak dari pernikahannya dengan Euis Komariah yang lebih dulu wafat.

Ismet mengatakan, Gugum adalah tokoh seni tari dan karawitan Jawa Barat. Selain menciptakan atau menjadi koreografer tari jaipongan pada 1970-an, Gugum menggubah tembang-tembang Sunda seperti Cianjuran. "Sebagian untuk lagu tarian jaipongan," katanya. Puluhan karya tari dan musiknya tercipta bersama Grup Jugala yang dibentuk sejak 1976.

Gugum Gumbira, menurut Ismet, mengembangkan ansambel gamelan untuk bisa tampil menonjol dan tidak hanya melayani atau mengiringi tarian. Gubahannya turut melahirkan banyak juru kawih dan pemain kendang atau gendang. "Pengaruhnya seperti permainan kendang ke musik tradisional lain seperti di Banyuwangi dan Bali," ujar Wakil Direktur Pascasarjana Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung itu.

 

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus