Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Merayakan upacara 17 Agustus dari puncak gunung bukan hal yang asing bagi para pecinta alam. Termasuk bagi travel influencer, Febrian, 29 tahun. Lazimnya para pendaki, menyambangi puncak gunung tertentu, khusus untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, diklaimnya sebagai sebuah keharusan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ada perasaan lain ketika kita mencintai dua hal, yakni alam dan Indonesia, lalu merayakan upacara 17 Agustus di puncak gunung,” tutur Febrian melalui telepon, Jumat, 17 Agustus 2018. Ia berkisah pertama kali mendaki khusus untuk seremoni sakral hari kemerdekaan adalah pada 2004. Kala itu Febrian tergabung dalam kelompok pecinta alam SMA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gunug Ciremai di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 mdpl merupakan gunung yang didakinya pada waktu itu. Pada masa tersebut, perjalanan pendakian belum terlampau hype dan masif. Jalur pun masih cukup sepi dan orang-orang yang mendaki memang yang benar-benar memiliki minat khusus.
Tampak vegetasi yang cukup rimbun meski jalur sudah dibuka. Ia pun menjelajahi medan dalam kurun 3 hari 2 malam. “Cukup lelah, memang,” ujarnya. Apalagi, tipikal Gunung Ciremai yang tak memiliki sumber air di jalur pendakian atas, membuat ia dan rombongannya kudu membawa pasokan air yang cukup.
Sambil mendaki, saat itu, Febrian membopong 5 liter air. Meski diakui melelahkan, atmosfer upacara bendera yang dirasakan di gunung merontokkan rasa letihnya waktu itu.
Upacara di puncak Ciremai dimulai dengan pengibaran bendera dan pembacaan teks proklamasi. Bonus yang ia terima saat itu ialah menyaksikan latar pemandangan yang indah. Suasana demikian membuat Febrian makin nasionalis. Ia dan ketujuh kawannya mengaku benar-benar merasakan merdeka dari kekangan.
“Bukan cuma merdeka dari penjajah, tapi juga merdeka menjelajahi banyak tempat,” ujarnya. Sejak merayakan indahnya upacara di puncak gunung itulah Febrian makin penasaran dengan kondisi kemerdekaan di tempat lain.
Ia berkisah, tiga hri lalu baru saja pulang dari Baubau, Sulawes Tenggara. Di Baubau, perayaan menyambut 17 Agustus tampak sangat meriah. Properti merah-putih dengan gampang dapat ditemukan di sudut-sudut daerah atau lorong-lorong gang. Di sepanjang jalan pun ditemukan aktivitas masyarakat yang mulai menggelar lomba-lomba. “Antusiasme masyarakatnya kalau di daerah itu keren,” ujar Febrian.