Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Makin Nasionalis usai Upacara Hari Kemerdekaan di Puncak Gunung

Travel influencer Febrian merasa makian nasionalis setelah upacara hari kemerdekaan di puncak gunung Ciremai

18 Agustus 2018 | 08.35 WIB

Puluhan mahasiswa dari berbagai Universitas yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam Sumatera Utara (Mapalasu) mengibarkan bendera Merah Putih untuk memperingati HUT ke-68 Kemerdekaan RI, di puncak Gunung Sibayak, Karo, Sumut, (17/8). ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
Perbesar
Puluhan mahasiswa dari berbagai Universitas yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam Sumatera Utara (Mapalasu) mengibarkan bendera Merah Putih untuk memperingati HUT ke-68 Kemerdekaan RI, di puncak Gunung Sibayak, Karo, Sumut, (17/8). ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Merayakan upacara 17 Agustus dari puncak gunung bukan hal yang asing bagi para pecinta alam. Termasuk bagi travel influencer, Febrian, 29 tahun. Lazimnya para pendaki, menyambangi puncak gunung tertentu, khusus untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, diklaimnya sebagai sebuah keharusan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Ada perasaan lain ketika kita mencintai dua hal, yakni alam dan Indonesia, lalu merayakan upacara 17 Agustus di puncak gunung,” tutur Febrian melalui telepon, Jumat, 17 Agustus 2018. Ia berkisah pertama kali mendaki khusus untuk seremoni sakral hari kemerdekaan adalah pada 2004. Kala itu Febrian tergabung dalam kelompok pecinta alam SMA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Gunug Ciremai di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 mdpl merupakan gunung yang didakinya pada waktu itu. Pada masa tersebut, perjalanan pendakian belum terlampau hype dan masif. Jalur pun masih cukup sepi dan orang-orang yang mendaki memang yang benar-benar memiliki minat khusus.

Tampak vegetasi yang cukup rimbun meski jalur sudah dibuka. Ia pun menjelajahi medan dalam kurun 3 hari 2 malam. “Cukup lelah, memang,” ujarnya. Apalagi, tipikal Gunung Ciremai yang tak memiliki sumber air di jalur pendakian atas, membuat ia dan rombongannya kudu membawa pasokan air yang cukup.

Sambil mendaki, saat itu, Febrian membopong 5 liter air. Meski diakui melelahkan, atmosfer upacara bendera yang dirasakan di gunung merontokkan rasa letihnya waktu itu. 

Upacara di puncak Ciremai dimulai dengan pengibaran bendera dan pembacaan teks proklamasi. Bonus yang ia terima saat itu ialah menyaksikan latar pemandangan yang indah. Suasana demikian membuat Febrian makin nasionalis. Ia dan ketujuh kawannya mengaku benar-benar merasakan merdeka dari kekangan.

“Bukan cuma merdeka dari penjajah, tapi juga merdeka menjelajahi banyak tempat,” ujarnya. Sejak merayakan indahnya upacara di puncak gunung itulah Febrian makin penasaran dengan kondisi kemerdekaan di tempat lain.

Ia berkisah, tiga hri lalu baru saja pulang dari Baubau, Sulawes Tenggara. Di Baubau, perayaan menyambut 17 Agustus tampak sangat meriah. Properti merah-putih dengan gampang dapat ditemukan di sudut-sudut daerah atau lorong-lorong gang. Di sepanjang jalan pun ditemukan aktivitas masyarakat yang mulai menggelar lomba-lomba. “Antusiasme masyarakatnya kalau di daerah itu keren,” ujar Febrian.

 

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus