Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Antara Jakarta dan Kota Ferizaj di Kosovo terbentang jarak 10.000 km lebih. Tapi ada satu hal yang menyamakan dua kota itu: keduanya memiliki gereja dan masjid yang saling bertetangga, sebagai simbol kerukunan antarumat beragama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Kosovo, yang terimbas terbelahnya Yugoslavia dalam perang pada 1990-an. Kosovo pun bergolak, Kristen dan Islam pun bentrok, mewarisi konflik panjang dua agama di wilayah Balkan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, simbol dua agama itu pernah rukun terdapat di Kota Ferizaj, di mana Gereja Ortodoks Serbia dan sebuah masjid berdiri bersama. Dinukil dari Atlas Obscura, identitas agama ini telah berubah menjadi identitas nasional, karena orang Serbia didominasi Kristen sedangkan Albania, yang merupakan mayoritas Kosovar, adalah Muslim. Mereka semua hidup di Kosovo.
Kota Ferizaj dalam bahasa Albania atau Urosevac dalam bahasa Serbia, terletak di Kosovo selatan. Di kota itu, sebuah masjid, yang dikenal sebagai Masjid Madhe, dibangin pada tahun 1890-an, pada masa Kekaisaran Ottoman. Namun dihancurkan oleh pembom Jerman selama Perang Dunia II.
Masjid saat ini selesai dibangun kembali pada tahun 1943 dan peningkatan pembangunan, termasuk menara kedua, diselesaikan paling lambat tahun 2013. Lalu, Pada akhir 1920-an, diputuskan bahwa gereja Ortodoks Serbia akan dibangun di halaman yang sama dengan masjid. Kemudian bernama Gereja Kaisar Suci Uros, yang didedikasikan untuk Kaisar Serbia Uros V.
Selama bertahun-tahun, perselisihan dan konflik memakan korban bangunan gereja, termasuk penjarahan dan kebakaran setelah dimulainya Perang Kosovo pada tahun 1999. Grafiti umumnya ditemukan di temboknya sampai hari ini. Namun, secara umum, halaman yang menampung dua ideologi yang tampaknya bertentangan itu berlangsung dengan damai.
Di Indonesia, terdapat Masjid Agung Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang saling bertetangga. Dinukil dari tirto.id, pada 1950-an, Bung Karno menginginkan sebuah masjid nasional yang berdekatan dengan bangunan simbol negara lainnya, seperti Istana Negara. Disebutkan dalam buku 'Sejarah Gereja Katolik Indonesia' (1972) terbitan Majelis Agung Waligereja Indonesia, pendirian gereja bersejarah ini sudah dilakukan sejak 1892 dan diresmikan pada 21 April 1901.
Sejumlah warga berjalan menuju Masjid Istiqlal untuk melaksanakan Salat Idul Adha seusai memarkir kendaraan bermotornya di Gereja Katedral, Jakarta, Ahad, 11 Agustus 2019. Selain menyediakan tempat parkir, otoritas gereja juga mengubah jadwal ibadah misa Minggu dari pukul 06.00 WIB menjadi pukul 10.00 WIB untuk menghormati umat muslim yang merayakan Hari Raya Idul Adha pada Minggu, 11 Agustus 2019. ANTARA/Aprillio Akbar
Dengan dua rumah ibadah yang bertetangga, Bung Karno ingin menyampaikan pesan bahwa bangsa ini memiliki semangat persatuan dan toleransi beragama yang sangat kuat, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bahkan, yang terpilih sebagai arsitek pembangunan Masjid Istiqlal bernama Fredrerich Silaban, seorang pemeluk Nasrani dan anak pendeta Kristen Protestan di tanah Batak, Sumatera Utara. Pemilihan ini dilakukan setelah digelar suatu sayembara.
Hingga saat ini, dua rumah ibadah itu menjadi landmark kota, baik di Jakarta maupun di Ferizaj. Keduanya juga menjadi destinasi wisata kota, di mana turis bisa menikmati kemegahan gereja dan masjid sekaligus.