Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Mau tinggal di mana lagi

Sandiwara berbahasa sunda miss tjitjih dulu bertempat di kramat, kemudian pindah ke tubagus angke, jakarta kota. gubernur ali sadikin pernah meletakkan batu pertama untuk kompleks miss tjitjih. (hb)

2 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIMAPULUH meter dari Jalan Tubagus Angke, Kota yang bopeng dan bergelombang itu, ada umbul-umbul berwarna merah, kuning dan hijau. Di situ ada bangunan dari papan yang reyot dan mengkhawatirkan, namanya Miss Tjitjih. Di sekitar bangunan papan itu menempel pula papan tambahan yang berfungsi sebagai tempat berteduh para pemain. Mereka menamakan tempat ini asrama. Tiap keluarga dapat kapling 3 x 3 meter. Malah ada yang 2 x 3 meter. Yang tidak kebagian kapling tinggal di sebelah atau di balik layar. 30 keluarga -- kurang lebih 100 orang -- menghuni kompleks Miss Tjitjih di atas 1320 mÿFD tanah. Luas kompleks ini sudah termasuk gedung untuk pertunjukan yang kapasitasnya 750 orang. Ruang pertunjukan kalau dibilang gedung terlalu mewah. Sebab tak lebih dari papan yang disusun separuhnya tanpa langit-langit. Tiang penyangga dari kayu. Kalau hujan deras, bocor. Sianghari di musim panas, kompleks yang tak berhalaman dan tertutup seng ini, panasnya bukan main. Hanya ada sisa tanah 1 meter yang memanjang kurang lebih 100 meter. Tanah ini berfungsi sebagai gang, dapur, juga sebagai tempat jemuran dan main anak-anak. Bau asap kompor, goreng tempe, minyak tengik campur aduk di gang yang sempit itu setiap hari? Dibanding kompleks mereka dulu, di Kramat, memang yang sekarang jauh dari layak. Dulu masih ada ruang buat menerima tamu. Sekarang, tidur pun sering sembarangan. Penghasilan memang sedikit naik. Dulu, tahun 1972 paling tinggi bayaran yang diterima Rp 300. Sekarang sehari ada Rp 500, Rp 300, Rp 200 dan juga Rp 150. Siang hari dibolehkan cari tambahan lain. Asrama, listrik, ditanggung gratis. Tapi apa cukup? Mohamad Ali bin Saripin, yang pernah kecipratan honor dari cerita Beranak Dalam Kubur, bilang "Dulu kecil, tapi cukup. Sekarang agak besar malah kurang. Kebutuhannya tambah banyak." Anaknya, Eko Mintarsa (26 tahun), yang juga sering membantu menjadi sutradara, mengatakan "Ya dicukup-cukupkan," katanya, Di sebelah layar, ada dapur. Ibu Tjioh yang sudah ditinggal suaminya dan hidup bersama 3 puteranya di kompleks Miss Tjitjih sedang menggoreng tempe. Dua meter dari tempat ia menggoreng ada pemain tidur dengan lelap. Ia sudah biasa dengan bebauan dari dapur. "Mau tinggal di mana lagi?" ujarnya. Apa cukup uang 500 rupiah untuk hidup sehari? "Ya, cukup. Kalau tak cukup, sudah lama saya keluar dari sini," katanya ayem. Harun bin Sayid Abdullah Bafagih memang tak tinggal diam. Tanah yang disewa dari PNKA, bangunan yang disewa dari keluarganya, bukan jadi tujuan selamanya. Bang Ali, satu bulan sebelum habis masa jabatannya sudah bertindak meletakkan batu pertama kompleks Miss Tjitjih di Tanah Abang Bongkaran. Tapi, sampai saat ini, proyek itu terbengkalai. Lebih dari puluhan kali, Harun mondar-mandir menanyakan ke DKI apakah proyek ini sudah hangus. "Kalau memang hangus, ya sudah, kita tak nunggu-nunggu lagi," katanya. "Tunggu saja, pak!" jawab DKI hingga sekarang. Beberapa bulan lalu, terbetik berita anggota DPR akan meminjau asrama Miss Tjitjih. Penyambutan sudah disiapkan tapi mereka toh tak muncul. "Kita menyadari, mereka memang sibuk," kaa Harun dengan sabar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus