Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lebak - Kantor Bahasa Provinsi Banten berikhtiar melestarikan seni angklung buhun masyarakat Baduy agar tidak punah.
"Kami melakukan revitalisasi sastra angklung buhun dengan melibatkan 100 siswa SMA/SMK," kata staf Kantor Bahasa Banten, Nondi Sopandi, saat dihubungi di Lebak, Selasa, 13 Februari 2018.
Kantor Bahasa Banten memperkenalkan dan mengajarkan cara bermain angklung buhun kepada 100 pelajar SMA/SMK di Lebak. Mereka dilatih selama tiga hari oleh seniman-seniman yang didatangkan dari Baduy.
"Semoga para pelajar itu bisa memainkan seni angklung buhun Baduy sehingga bisa berkembang di masyarakat," kata Nondi.
Salah satu seniman Baduy, Kendut, 50 tahun, mengatakan seni angklung buhun sudah ada sejak nenek moyang mereka. Permainan ini digawangi 11 orang dengan memainkan alat, seperti beduk, kalingting, ketik, indung, ringkong, dongdong, pujing, engklok, indung letik, torolog, dan roel.
"Kami berharap pemerintah mempromosikan seni angklung buhun sehingga bisa menembus dunia internasional," kata Kendut.
Kegiatan pelestarian budaya masyarakat Banten sebelum angklung buhun ini, sudah dilakukan sejak 2010. Di antaranya dengan merawat seni ubrug dan wayang garing yang berkembang di wilayah Kabupaten dan Kota Serang.
Budaya seni angklung buhun Baduy biasanya dipentaskan saat masyarakat Baduy melaksanakan tanam padi huma.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini