Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Vokalis band dreampop asal Sidoarjo itu merasa deg-degan sekaligus bangga. Amanda dan tiga kawannya yang bermusik di bawah nama Drizzly diundang tampil di panggung Joyland Festival 2024, satu lineup dengan nama-nama besar lokal hingga mancanegara. Mereka manggung atas ajakan band ibu kota, White Shoes and the Couples Company.
WSATCC – nama singkatan White Shoes and the Couples Company – mengkurasi panggung Lily Pad di Joyland kali ini, yang digelar di stadion baseball Gelora Bung Karno, Jakarta pada 22 – 24 November 2024. Belok kanan dari dua panggung besar Joyland Stage dan Plainsong Live Stage, terdapat area dengan panggung yang lebih pendek dan sebuah bilik DJ di bawah putaran lampu disko.
Drizzly menjadi salah satu pembuka Joyland di hari pertama. Jadwal tampilnya hanya terpaut sepuluh menit dari band lokal, Feast; ketika grup yang terkenal dengan single “Peradaban” itu manggung pada pukul 16.20 di panggung sebelah, Drizzly mulai bermain pada 16.30.
Instrumen Playful Drizzly Hangatkan Joyland Festival Jakarta 2024
Instrumental yang terasa playful dan ceria membuka penampilan Drizzly, di hadapan para audiens yang menonton sambil berayun dan menikmati sore hari. Drizzly membawakan beberapa lagu dari dua EP-nya, Fairyland dan Best Prom Ever, yang dirilis pada 2023.
Formasi Drizzly terdiri dari Manda sang vokalis, Moza di bagian bass, Faye di gitar, dan Rascillo di belakang drum. Kepada Tempo, empat sekawan ini menceritakan proses mereka bisa tampil di Joyland Festival Jakarta 2024. Namun terlebih dahulu, sang vokalis mengungkap rasa senang menjadi salah satu penampil di festival garapan Plainsong Live itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pasti bangga, sih. Kita jauh-jauh dari Sidoarjo, Jawa Timur, ke Jakarta, terus bisa main sama band-band yang keren banget,” ucap Manda dalam percakapan di balik panggung, Jumat, 22 November 2024.
Drizzly sebelumnya sempat berbagi panggung dengan band The Adams. Grup musik yang mengisi soundtrack film Janji Joni (2005) itu salah satunya beranggotakan Saleh Husein, yang juga aktif bermusik di WSATCC. Pria yang disapa Drizzly sebagai Mas Ale tersebut lantas menjadi pintu masuk menuju Joyland, lewat pesan Instagram.
Mengingat kembali interaksi yang terjadi sekitar tiga bulan lalu itu, Rascillo berujar, “Mas Ale sempat DM Instagram-nya Drizzly untuk ngajak main di Joyland. Terus kami pikir, ‘Oh, bercanda ini orang. Masa, sih?’”
Tentang Perempuan, Musik, dan Ruang Aman
Dengan anggota yang semuanya perempuan, deskripsi “all-female band” biasa disematkan pada Drizzly. Ketika ditanya pandangan tentang label tersebut, mereka berkata perlakuan orang-orang terhadap musisi laki-laki dan perempuan berbeda. Mereka mengaku kerap dilihat sebelah mata hanya karena identitas gender.
Meski demikian, mereka tak ambil pusing. “Kami ke sini bukan gara-gara perempuan. Kami memang punya passion untuk seru-seruan main band,” ujar Manda.
Menilik visual yang digunakan Drizzly dalam karyanya – ilustrasi warna-warni dan gambaran diri mereka sebagai kartun – sekilas mengingatkan pada girl group beraliran K-Pop, NewJeans. Terlebih, keduanya mengangkat tema cinta masa muda dalam lirik mereka, diiringi melodi yang cenderung upbeat.
Namun, salah satu inspirasi mereka sebenarnya adalah band perempuan dengan genre twee pop asal Lombok, The Dare. “Itu inspirasi awal-awal kita. Ya, musisi-musisi perempuan di Indonesia ini inspirasi kita,” tutur Manda.
Saat tampil di gigs atau pertunjukan di lokasi yang lebih kecil, Drizzly memiliki cara tersendiri untuk menciptakan ruang aman bagi para penonton perempuan. Pasalnya, pertunjukan musik belum menjadi tempat yang sepenuhnya aman dari berbagai tindak pelecehan.
Hal yang selama ini mereka lakukan, kata Moza, adalah meminta para penonton perempuan membuat barisan di bagian depan panggung. “Kalau misal ada apa-apa, bisa lebih gampang terjangkau,” ucapnya.
Kini, Drizzly sedang sibuk mempersiapkan album barunya. Para pemusik kelahiran 1997 sampai 2002 ini harus menyeimbangkan waktu dengan kesibukannya di luar musik, yakni bekerja 9-to-5 dan kuliah.
Mereka mengungkap album barunya akan berbeda dari rilisan-rilisan sebelumnya. Memang, Drizzly tidak terpaku pada satu genre. Sambil tertawa, Manda cs mengaku sempat mempertimbangkan beralih genre setelah berkolaborasi dengan unit punk asal Bandung, Dongker.
Tetapi, hal itu bisa dibicarakan lain waktu. “Mungkin someday, ya. Kita nggak terlalu kaku juga (soal genre). Pokoknya enjoy aja,” ujar Manda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini